Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menilai Bank Indonesia (BI) akan kembali mempertahankan suku bunga acuan di tengah ketidakpastian global.
"BI masih akan hold (mempertahankan) suku bunga dan tidak ada perubahan kebijakan karena masih ada risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
BI membahas arah kebijakan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang berlangsung pada 22 dan 23 November 2023, dan akan mengumumkan hasil keputusan rapat pada Kamis (22/12) sore.
Ariston memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga acuannya meskipun ekspektasi pasar sudah tinggi terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Hal itu dikarenakan masih banyak ketidakpastian di pasar seperti ketegangan geopolitik dan isu perlambatan ekonomi global. The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga acuannya pada Maret 2024.
Sementara itu Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan ada tiga tantangan besar yang mewarnai 2024 dan akan memengaruhi ekonomi Indonesia.
Tiga tantangan tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi China karena China merupakan mitra dagang utama ekspor Indonesia, arah kebijakan suku bunga acuan global ke depan, serta kondisi geopolitik global dan faktor kesehatan.
"Kita memang sangat tergantung dengan China dalam artian bahwa ekspor kita mayoritas atau paling besar adalah ke China. Tentu saja sangat penting bagi kita untuk memahami bagaimana pertumbuhan ekonomi China ke depan," ujarnya.
Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi China ke depan akan memengaruhi harga beberapa komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara.
Selanjutnya, ia menekankan penting untuk mencermati arah kebijakan dari suku bunga acuan global ke depannya, apakah siklus kenaikan akan terus berlanjut atau dalam waktu dekat akan ada pemangkasan suku bunga acuan. Hal itu akan mempengaruhi volatilitas dan aliran modal asing ke Indonesia dan emerging market lainnya.
Andry memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75 persen pada 2024. The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023 memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR) di level 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Di sisi lain, ia berharap tidak ada faktor kesehatan seperti pandemi COVID-19 yang dapat memukul sektor belanja masyarakat ke depannya atau menghantam mobilitas dan sektor-sektor terkait di dalamnya.
"Faktor geopolitik sangat penting dalam beberapa tahun terakhir bersama-sama faktor kesehatan. Ini adalah black swan yang akan mempengaruhi perekonomian 2024 dan juga akan mempengaruhi perekonomian di domestik," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023
"BI masih akan hold (mempertahankan) suku bunga dan tidak ada perubahan kebijakan karena masih ada risiko pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS," kata Ariston kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
BI membahas arah kebijakan suku bunga acuannya dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang berlangsung pada 22 dan 23 November 2023, dan akan mengumumkan hasil keputusan rapat pada Kamis (22/12) sore.
Ariston memperkirakan BI tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga acuannya meskipun ekspektasi pasar sudah tinggi terhadap pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed.
Hal itu dikarenakan masih banyak ketidakpastian di pasar seperti ketegangan geopolitik dan isu perlambatan ekonomi global. The Fed diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunga acuannya pada Maret 2024.
Sementara itu Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan ada tiga tantangan besar yang mewarnai 2024 dan akan memengaruhi ekonomi Indonesia.
Tiga tantangan tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi China karena China merupakan mitra dagang utama ekspor Indonesia, arah kebijakan suku bunga acuan global ke depan, serta kondisi geopolitik global dan faktor kesehatan.
"Kita memang sangat tergantung dengan China dalam artian bahwa ekspor kita mayoritas atau paling besar adalah ke China. Tentu saja sangat penting bagi kita untuk memahami bagaimana pertumbuhan ekonomi China ke depan," ujarnya.
Ia menuturkan pertumbuhan ekonomi China ke depan akan memengaruhi harga beberapa komoditas ekspor Indonesia seperti batu bara.
Selanjutnya, ia menekankan penting untuk mencermati arah kebijakan dari suku bunga acuan global ke depannya, apakah siklus kenaikan akan terus berlanjut atau dalam waktu dekat akan ada pemangkasan suku bunga acuan. Hal itu akan mempengaruhi volatilitas dan aliran modal asing ke Indonesia dan emerging market lainnya.
Andry memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75 persen pada 2024. The Fed pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2023 memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya atau Fed Fund Rate (FFR) di level 5,25 persen hingga 5,50 persen.
Di sisi lain, ia berharap tidak ada faktor kesehatan seperti pandemi COVID-19 yang dapat memukul sektor belanja masyarakat ke depannya atau menghantam mobilitas dan sektor-sektor terkait di dalamnya.
"Faktor geopolitik sangat penting dalam beberapa tahun terakhir bersama-sama faktor kesehatan. Ini adalah black swan yang akan mempengaruhi perekonomian 2024 dan juga akan mempengaruhi perekonomian di domestik," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2023