Tiga pemuda asal Provinsi Kalimantan Barat membagikan pengalaman dan manfaat beasiswa Program Young Southeast Asian Leaders Initiative (YSEALI) tahun 2023 yang disediakan pemerintah Amerika Serikat bagi pelajar, komunitas dan profesional.

“Banyak sekali manfaat terutama pengalaman berharga yang saya dapat selama lima pekan sebagai penerima beasiswa YSEALI yang membantu saya meningkatkan kemampuan kepemimpinan,” kata penerima beasiswa program YSEALI Academic Fellowship, Idiyansa di aula American Corner Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Kamis.

Idiyansa mengangkat isu pekerja migran dan perdagangan orang dalam esai yang ditulisnya sebagai syarat untuk disaring sebagai calon peserta program ini.

Menurutnya isu pekerja migran dan kaitannya yang cukup erat dengan perdagangan orang yang masih ditemukan di Kalimantan Barat cukup penting untuk disuarakan ke tingkat global.

“Kebetulan saya juga aktif dalam organisasi serikat pekerja atau buruh migran yang ada di Kalimantan Barat dan kami ikut mengadvokasi pekerja migran yang sering jadi target korban perdagangan orang,” katanya.

Dua pemuda Kalbar lainnya yang menerima beasiswa YSEALI adalah Ryan Cipta Julianda untuk program YSEALI Workshop Fellowship dan Kenny Cetera penerima beasiswa YSEALI Professional Felllowship.

Kenny Cetera dari World Resources Institute (WRI) Indonesia mengatakan lewat program ini, ia berkesempatan bekerja layaknya profesional selama lima minggu di Amerika Serikat yang disesuaikan dengan kompetensi profesinya yaitu penegakan hukum lingkungan terutama di bidang kejahatan kehutanan.

“Saya mempelajari tentang metode identifikasi kayu untuk kepentingan penegakan hukum kejahatan kehutanan, terutama perdagangan kayu ilegal,” kata Kenny.

Sementara Ryan Cipta Julianda yang fokus pada isu pendidikan mengikuti program YSEALI Regional Workshop tahun 2023 yang digelar di Vietnam.
Ia mengatakan mendapat pengalaman cukup berharga tentang perkembangan pendidikan tinggi di negara-negara Asia Tenggara, terutama dalam penggunaan teknologi dalam sistem pembelajaran.

Dalam kesempatan berbagi pengalaman ini American Corner yang berada di bawah pengampuan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia juga menghadirkan peserta program pertukaran YSEALI resiprocal asal AS, Tina Schneider yang merupakan direktur Forest Governance and Policy, WRI-USA.

Tina membagikan informasi tentang teknologi verifikasi kayu yang dikembangkan WRI bersama sejumlah peneliti Institut Pertanian Bogor (IPB) bernama “Wood ID” untuk membangun data dasar dan informasi tentang jenis dan asal kayu yang diperdagangkan secara global.

 

Pewarta: Helti Marini Sipayung

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024