Wakil Duta Besar Polandia untuk Indonesia Piotr Firlus mengunjungi Monumen Tugu Khatulistiwa Pontianak untuk memperingati jejak Joseph Conrad, salah satu penulis novel dunia terkenal asal Polandia yang pernah menulis novel dengan latar belakang Kalimantan Barat.
"Di Pontianak, kota di mana sungai Kapuas yang indah bermuara ke Laut Jawa dan kota dengan Tugu Khatulistiwa menjadi latar belakang dari novel yang pernah di tulis oleh Joseph Conrad, salah satu Novelis dunia asal Polandia," kata Piotr Firlus di Pontianak, Sabtu.
Dia menjelaskan, nama asli Joseph Conrad adalah Józef Konrad Korzeniowski. Ia lahir di Polandia pada tanggal 3 Desember 1857, dan meninggal di Inggris pada tanggal 3 Agustus 1924, dan tahun ini kita memperingati 100 tahun meninggalnya Joseph Conrad.
Konrad Korzeniowski, yang kemudian dikenal oleh seluruh dunia pembaca buku sebagai Joseph Conrad, lahir pada tanggal 3 Desember 1857 di Berdyczów (kota ini sekarang berada di Ukraina). Saat Conrad lahir, Polandia berada di bawah pembagian kekuasaan (Polandia tidak merdeka).
"Joseph Conrad adalah putra dari patriot Polandia. Joseph Conrad sangat tidak bahagia dengan ketidakmerdekaan Polandia, tanah air tercintanya," tuturnya.
Ketika Joseph Konrad berusia 20 tahun, ia memulai karirnya sebagai pelaut Inggris. Dia mendapatkan diploma sebagai kapten kapal. Dia berlayar-biasanya di kapal layar selama beberapa tahun di laut dan samudra di seluruh dunia.
"Dia mengunjungi Kepulauan Melayu beberapa kali. Ketika Joseph Conrad berusia 32 tahun, ia mulai menulis buku dan novel, dan novel pertama Joseph Conrad adalah "Almayer's Folly," yang diterbitkan pada tahun 1895," katanya.
Novel ini berlatar di Borneo, di mana cerita ini membuat Borneo semakin terkenal sebagai tempat yang menarik. Selain itu, cerita ini menunjukkan konteks sejarah Borneo pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Novel ini mengeksplorasi berbagai tema seperti benturan budaya dan pilihan pribadi yang sulit. "Almayer's Folly" menetapkan gaya naratif Conrad dan meletakkan dasar bagi bahasa yang kompleks dan atmosferik yang akan menjadi ciri khas karya-karya Conrad yang kemudian.
"Novel paling terkenal Joseph Conrad berjudul "Lord Jim". Dalam buku ini, Borneo juga disebutkan beberapa kali dan cerita ini mengikuti Jim, seorang kapten laut muda, yang terlibat dalam kejadian tragis di laut, di mana novel ini memberikan sekilas tentang dunia maritim di Asia Tenggara pada masa Conrad," kata Piotr Firlus.
Dia menambahkan, Kedutaan Besar Polandia di Jakarta sangat senang untuk memperingati karya-karya Joseph Conrad. Buku-buku Joseph Conrad menunjukkan semangat kemanusiaan, cinta akan kebebasan, dan termasuk deskripsi brilian tentang kehidupan maritim di abad ke-19.
Buku-buku tersebut juga menekankan situasi di Asia Tenggara pada abad ke-19. Yang sangat penting adalah novel-novel Joseph Conrad menjelaskan keindahan, keajaiban, dan kehidupan yang bersemangat di Borneo.
"Kedutaan Besar senang untuk mengunjungi Pontianak pada tahun 2024, dalam peringatan 100 tahun setelah meninggalnya Joseph Conrad. Senang untuk mengunjungi kota di mana sungai Kapuas yang indah bermuara ke Laut Jawa dan kota dengan Tugu Khatulistiwa," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Di Pontianak, kota di mana sungai Kapuas yang indah bermuara ke Laut Jawa dan kota dengan Tugu Khatulistiwa menjadi latar belakang dari novel yang pernah di tulis oleh Joseph Conrad, salah satu Novelis dunia asal Polandia," kata Piotr Firlus di Pontianak, Sabtu.
Dia menjelaskan, nama asli Joseph Conrad adalah Józef Konrad Korzeniowski. Ia lahir di Polandia pada tanggal 3 Desember 1857, dan meninggal di Inggris pada tanggal 3 Agustus 1924, dan tahun ini kita memperingati 100 tahun meninggalnya Joseph Conrad.
Konrad Korzeniowski, yang kemudian dikenal oleh seluruh dunia pembaca buku sebagai Joseph Conrad, lahir pada tanggal 3 Desember 1857 di Berdyczów (kota ini sekarang berada di Ukraina). Saat Conrad lahir, Polandia berada di bawah pembagian kekuasaan (Polandia tidak merdeka).
"Joseph Conrad adalah putra dari patriot Polandia. Joseph Conrad sangat tidak bahagia dengan ketidakmerdekaan Polandia, tanah air tercintanya," tuturnya.
Ketika Joseph Konrad berusia 20 tahun, ia memulai karirnya sebagai pelaut Inggris. Dia mendapatkan diploma sebagai kapten kapal. Dia berlayar-biasanya di kapal layar selama beberapa tahun di laut dan samudra di seluruh dunia.
"Dia mengunjungi Kepulauan Melayu beberapa kali. Ketika Joseph Conrad berusia 32 tahun, ia mulai menulis buku dan novel, dan novel pertama Joseph Conrad adalah "Almayer's Folly," yang diterbitkan pada tahun 1895," katanya.
Novel ini berlatar di Borneo, di mana cerita ini membuat Borneo semakin terkenal sebagai tempat yang menarik. Selain itu, cerita ini menunjukkan konteks sejarah Borneo pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20.
Novel ini mengeksplorasi berbagai tema seperti benturan budaya dan pilihan pribadi yang sulit. "Almayer's Folly" menetapkan gaya naratif Conrad dan meletakkan dasar bagi bahasa yang kompleks dan atmosferik yang akan menjadi ciri khas karya-karya Conrad yang kemudian.
"Novel paling terkenal Joseph Conrad berjudul "Lord Jim". Dalam buku ini, Borneo juga disebutkan beberapa kali dan cerita ini mengikuti Jim, seorang kapten laut muda, yang terlibat dalam kejadian tragis di laut, di mana novel ini memberikan sekilas tentang dunia maritim di Asia Tenggara pada masa Conrad," kata Piotr Firlus.
Dia menambahkan, Kedutaan Besar Polandia di Jakarta sangat senang untuk memperingati karya-karya Joseph Conrad. Buku-buku Joseph Conrad menunjukkan semangat kemanusiaan, cinta akan kebebasan, dan termasuk deskripsi brilian tentang kehidupan maritim di abad ke-19.
Buku-buku tersebut juga menekankan situasi di Asia Tenggara pada abad ke-19. Yang sangat penting adalah novel-novel Joseph Conrad menjelaskan keindahan, keajaiban, dan kehidupan yang bersemangat di Borneo.
"Kedutaan Besar senang untuk mengunjungi Pontianak pada tahun 2024, dalam peringatan 100 tahun setelah meninggalnya Joseph Conrad. Senang untuk mengunjungi kota di mana sungai Kapuas yang indah bermuara ke Laut Jawa dan kota dengan Tugu Khatulistiwa," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024