Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kalimantan Barat (Kalbar) mengajak media melawan hoaks yang muncul pasca pemilihan umum(Pemilu) 2024.
"Hingga 5 Maret 2024, Kemenkominfo telah "takedown" 1.730 konten hoaks terkait Pemilu 2024, ada pun konten hoax yang dibuat diantaranya manipulasi dan disinformasi data hasil pemilu, kemudian manipulasi data hasil survei untuk mendiskreditkan kandidat atau partai politik tertentu, serta disinformasi tentang aturan dan regulasi pemilu," kata Plt Kadis Kominfo Kalbar, Maria Wijayanti di Pontianak, Selasa.
Terkait hoaks tersebut, pihaknya mengajak Media dan organisasi pers yang ada di Kalbar untuk bergerak bersama mencegah penyebaran hoaks pasca Pemilu di Kalbar melalui kegiatan bertajuk "Strategi Merespon Dinamika Informasi Pasca Pemilu 2024" dengan tujuan utama untuk
Maria menambahkan, selain mis dan disinformasi pasca Pemilu, Kemenkominfo juga menemukan adanya propaganda dan konten negatif untuk mendukung atau menyerang kandidat atau partai politik tertentu. Selain itu ada juga konten yang memprovokasi sentimen SARA dan memicu perselisihan antar kelompok masyarakat.
"Melalui kegiatan ini, kita harapkan bisa bergerak bersama dalam memberikan informasi positif bagi masyarakat," katanya.
Dalam kegiatan tersebut, Koordinator Divisi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Faisal Riza, menekankan pentingnya melawan hoaks sebagai salah satu bentuk isu negatif yang dapat mengganggu jalannya pemilu.
Menurutnya, hoaks dapat menyebarkan informasi palsu yang menyesatkan dan menggiring opini, yang berpotensi memicu perpecahan dan sentimen negatif di masyarakat.
Faisal juga menekankan pentingnya strategi kolaboratif untuk melawan hoaks, termasuk dengan melakukan pengecekan terhadap sumber informasi yang diterima. Selain itu, literasi, edukasi, dan klarifikasi juga menjadi bagian penting dalam upaya melawan hoaks, karena ketiganya saling berkaitan.
"Kita perlu kolaborasi dengan berbagai pihak untuk ikut serta melawan hoaks yang beredar di masyarakat saat ini," ujarnya.
Faisal juga menyoroti peran penting media, terutama media massa, dalam melawan hoaks karena memiliki jangkauan yang lebih luas ke masyarakat. Meskipun Kominfo telah melakukan banyak tindakan take down terhadap konten hoaks, namun masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk melawan hoaks secara efektif.
Selain hoaks, Faisal juga menyinggung isu negatif lainnya seperti konten yang bersifat saling singgung yang dapat berujung pada ujaran kebencian dan kekerasan. Ia menegaskan bahwa bijak menyikapi konten-konten yang bersifat menyinggung sangat penting untuk mencegah kasus-kasus yang lebih serius.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Hingga 5 Maret 2024, Kemenkominfo telah "takedown" 1.730 konten hoaks terkait Pemilu 2024, ada pun konten hoax yang dibuat diantaranya manipulasi dan disinformasi data hasil pemilu, kemudian manipulasi data hasil survei untuk mendiskreditkan kandidat atau partai politik tertentu, serta disinformasi tentang aturan dan regulasi pemilu," kata Plt Kadis Kominfo Kalbar, Maria Wijayanti di Pontianak, Selasa.
Terkait hoaks tersebut, pihaknya mengajak Media dan organisasi pers yang ada di Kalbar untuk bergerak bersama mencegah penyebaran hoaks pasca Pemilu di Kalbar melalui kegiatan bertajuk "Strategi Merespon Dinamika Informasi Pasca Pemilu 2024" dengan tujuan utama untuk
Maria menambahkan, selain mis dan disinformasi pasca Pemilu, Kemenkominfo juga menemukan adanya propaganda dan konten negatif untuk mendukung atau menyerang kandidat atau partai politik tertentu. Selain itu ada juga konten yang memprovokasi sentimen SARA dan memicu perselisihan antar kelompok masyarakat.
"Melalui kegiatan ini, kita harapkan bisa bergerak bersama dalam memberikan informasi positif bagi masyarakat," katanya.
Dalam kegiatan tersebut, Koordinator Divisi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Faisal Riza, menekankan pentingnya melawan hoaks sebagai salah satu bentuk isu negatif yang dapat mengganggu jalannya pemilu.
Menurutnya, hoaks dapat menyebarkan informasi palsu yang menyesatkan dan menggiring opini, yang berpotensi memicu perpecahan dan sentimen negatif di masyarakat.
Faisal juga menekankan pentingnya strategi kolaboratif untuk melawan hoaks, termasuk dengan melakukan pengecekan terhadap sumber informasi yang diterima. Selain itu, literasi, edukasi, dan klarifikasi juga menjadi bagian penting dalam upaya melawan hoaks, karena ketiganya saling berkaitan.
"Kita perlu kolaborasi dengan berbagai pihak untuk ikut serta melawan hoaks yang beredar di masyarakat saat ini," ujarnya.
Faisal juga menyoroti peran penting media, terutama media massa, dalam melawan hoaks karena memiliki jangkauan yang lebih luas ke masyarakat. Meskipun Kominfo telah melakukan banyak tindakan take down terhadap konten hoaks, namun masih diperlukan upaya lebih lanjut untuk melawan hoaks secara efektif.
Selain hoaks, Faisal juga menyinggung isu negatif lainnya seperti konten yang bersifat saling singgung yang dapat berujung pada ujaran kebencian dan kekerasan. Ia menegaskan bahwa bijak menyikapi konten-konten yang bersifat menyinggung sangat penting untuk mencegah kasus-kasus yang lebih serius.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024