Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak memberikan edukasi tentang pentingnya latihan fisik bagi penderita atau komunitas diabetes saat menjalankan ibadah puasa agar tetap terjaga kesehatannya.
"Latihan fisik merupakan jenis aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan dilakukan secara berulang-ulang untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik," ujar Edukator Diabetes RSUD SSMA Pontianak Ns Istafiyana Rahayu, SKep di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa latihan fisik tidak bisa disamakan dengan rutinitas pekerjaan rumah, aktivitas berbelanja atau sekadar berjalan di pusat hiburan.
Menurutnya selama latihan fisik, pada penderita diabetes akan terjadi peningkatan penggunaan glukosa sehingga kerja hormon insulin akan membaik, aliran darah menjadi lancar, dan kontraksi otot juga semakin baik.
"Latihan fisik dapat menurunkan HbA1c secara rerata sebanyak 0,66 persen dan mengurangi risiko penyakit jantung pembuluh darah. Namun, latihan tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan ketika berpuasa, baik dari segi jumlah frekuensi, intensitas, maupun durasinya," jelasnya.
Untuk menghindari terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia, infark jantung, serangan jantung, dan pendarahan pada retina, penderita diabetes harus melakukan latihan fisik yang efektif dan aman.
"Idealnya, penderita diabetes sebaiknya tidak melakukan latihan fisik jika kadar glukosa darah < 70 mg/dL atau > 250 mg/dL, tekanan darah ≥ 180 mmHg, terjadi mati rasa atau nyeri pada tubuh, dehidrasi, pusing, nyeri dada, atau adanya masalah pada mata," paparnya.
Selain faktor kondisi tubuh yang sebelumnya disebutkan, dia juga menyarankan pasien diabetes untuk mengikuti urutan tata cara latihan fisik yang benar saat berpuasa, yaitu dimulai dengan pemanasan selama 7-10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti seperti aerobik atau latihan beban selama 10-15 menit, kemudian diakhiri dengan pendinginan atau peregangan selama 7-10 menit.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Latihan fisik merupakan jenis aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan dilakukan secara berulang-ulang untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran fisik," ujar Edukator Diabetes RSUD SSMA Pontianak Ns Istafiyana Rahayu, SKep di Pontianak, Selasa.
Ia menjelaskan bahwa latihan fisik tidak bisa disamakan dengan rutinitas pekerjaan rumah, aktivitas berbelanja atau sekadar berjalan di pusat hiburan.
Menurutnya selama latihan fisik, pada penderita diabetes akan terjadi peningkatan penggunaan glukosa sehingga kerja hormon insulin akan membaik, aliran darah menjadi lancar, dan kontraksi otot juga semakin baik.
"Latihan fisik dapat menurunkan HbA1c secara rerata sebanyak 0,66 persen dan mengurangi risiko penyakit jantung pembuluh darah. Namun, latihan tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan ketika berpuasa, baik dari segi jumlah frekuensi, intensitas, maupun durasinya," jelasnya.
Untuk menghindari terjadinya hipoglikemia, hiperglikemia, infark jantung, serangan jantung, dan pendarahan pada retina, penderita diabetes harus melakukan latihan fisik yang efektif dan aman.
"Idealnya, penderita diabetes sebaiknya tidak melakukan latihan fisik jika kadar glukosa darah < 70 mg/dL atau > 250 mg/dL, tekanan darah ≥ 180 mmHg, terjadi mati rasa atau nyeri pada tubuh, dehidrasi, pusing, nyeri dada, atau adanya masalah pada mata," paparnya.
Selain faktor kondisi tubuh yang sebelumnya disebutkan, dia juga menyarankan pasien diabetes untuk mengikuti urutan tata cara latihan fisik yang benar saat berpuasa, yaitu dimulai dengan pemanasan selama 7-10 menit, dilanjutkan dengan latihan inti seperti aerobik atau latihan beban selama 10-15 menit, kemudian diakhiri dengan pendinginan atau peregangan selama 7-10 menit.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024