Khatib Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Raya Mujahidin Pontianak menyebutkan bahwa Agama Islam dan ajarannya mengantar dan membawa manusia untuk tetap sesuai fitrahnya.

"Merayakan Idul Fitri berarti kita kembali kepada kesucian batin, sesuai dengan fitrah atau asal kejadian, dan telah menemukan kembali diri kita dalam 'dienul Islam' sesuai ketentuan Allah SWT," kata khatib HM Arsyad M, di depan ribuan jamaah Shalat Id di halaman Masjid Raya Mujahidin, Pontianak, Rabu.

Khatib Arsyad menyatakan ada lima faktor yang menjadi alasan mengapa agama Islam dan ajarannya mengantar dan membawa manusia untuk tetap sesuai fitrahnya. 

Kelima hal itu, yakni pertama karena Islam mengajak dan mendidik manusia untuk meluruskan aqidahnya dengan kalimat tauhid "La Ilaha Illallahu", sebuah konsep ketuhanan yang logis dan berdasar wahyu, dituntun dengan ajaran Rasul serta bersumber kepada kitab suci. 

Kedua, Islam mengajak seluruh manusia untuk memelihara jiwa, seperti dalam Al Quran surah Al An-am ayat 151. Karena itu Allah mengharamkan membunuh manusia, termasuk anak yang masih dalam kandungan, baik karena alasan ekonomi, harga diri maupun karena alasan lainnya. Rasulullah SWA melarang orang bunuh diri, baik karena dorongan suci frustrasi tau karena patah hati. Islam mengajak manusia untuk menghormati jiwa.

Ketiga, Islam hadir agar manusia selalu memelihara dan mengembangkan akal pikiran.

Menurut khatib yang juga Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Agama Pontianak, bahwa ajaran Islam melarang dan mengharamkan minuman keras, ganja, narkotika dan sebangsanya karena semua dapat merusak pikiran.

Keempat, ajaran Islam hadir untuk memelihara dan menghargai keturunan. Karena itu Islam melarang perbuatan zina, sebab perbuatan zina merupakan perbuatan yang tidak didasari oleh keinginan luhur untuk menghargai dan memelihara keturunan. Tetapi sekadar didorong oleh nafsu kebinatangan yang tidak mengenal adab sopan santun, yang kemungkinan melahirkan keturunan yang tidak jelas asal usul nasab atau keturunannya.

Kelima, ajaran Islam mengajak umat manusia untuk melindungi dan memelihara harta benda. Karena itu ajaran Islam melarang perbuatan mencuri, merampok, manipulasi, korupsi, komersialisasi jabatan, suap, dan menerima suap dan juga melarang riba dalam perdagangan dan bisnis. Karena perbuatan itu cenderung menghancurkan kerukunan dan melahirkan putus asa karena harta, dan semua perbuatan itu mengandung unsur "penganiayaan" yang dalam Bahasa Al Quran disebut dengan "Adzulmu".

Adzulmu dalam diartian bahwa orang disuruh bekerja keras dan hasilnya diminta atau diambil dengan cara yang halus ataupun dengan kekerasan.

Khatib itu mengatakan, Islam tidak melarang manusia mencari jabatan, dan mengumpulkan harta kekayaan, tetapi mengecam keras dan mengharamkan penyalahgunaan jabatan untuk mencari kekayaan dengan menghalalkan semua cara serta mengorbankan nilai-nilai kejujuran dan keadilan.

Dalam khutbahnya, khatib juga menyampaikan bahwa persaudaraan yang diajarkan Islam tidak hanya terbatas kepada sesama Muslim. 

Persaudaraan itu hendaknya meliputi segala unsur dalam masyarakat dengan tidak mengenal perbedaan agama, ras dan etnis tertentu, karena perbedaan itu sebagai sunnah Allah yang bertalian dengan hukum-hukum sosial. 

"Profesor Qurais Syihab menyatakan hakikat persaudaraan itu adalah bagaimana kita menghormati, memuliakan orang lain seperti kita memuliakan diri sendiri," katanya mengutip pernyataan Qurais Shihab.

Shalat Idul Fitri 1445 Hijriah di Masjid Raya Mujahidin Pontianak diikuti ribuan jamaah yang datang dari berbagai kawasan. Shalat sunat muakkad dua rakaat itu dengan imam, Ustaz HM Sumardi Al Hafidz, yang merupakan Imam tetap Masjid Raya Mujahidin Pontianak. 


 

Pewarta: Nurul Hayat

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024