Komunitas Wisata Sejarah (KUWAS)  mengedukasi 40 peserta yang terdiri dari mahasiswa, akademisi, dan masyarakat umum, terkait sejarah Kota Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). 
 
"Wisata sejarah kali ini mengusung tema pendidikan, sehingga diskusi heritage kali ini dilaksanakan di SD Suster yang berada di Jalan RA Kartini," kata Dosen Pendidikan Sejarah Universitas Tanjungpura (Untan) Rikaz Prabowo di Pontianak, Senin.
 
Rikaz menyampaikan diskusi sejarah digelar guna mengenalkan kepada masyarakat terkait peninggalan sejarah yang telah maupun belum ditetapkan sebagai cagar budaya. Satu diantaranya ialah bangunan SD Suster yang juga satu komplek dengan SMP Suster yang merupakan bangunan Volkschool atau sekolah tingkat I pertama di Pontianak, bahkan Kalbar. 
 
"Bangunan ini berumur hampir satu abad dan inilah Volkschool atau Vervolgschool atau sekolah tingkat dasar yang didirikan karya misi di Pontianak seperti HIS, ELS, HCS. Lokasi bangunan ini merupakan bangunan sekolah pertama di Pontianak yang kemudian pengelolaannya diambil alih oleh SFIC," ujarnya.
 
Dosen Arsitektur Polnep Pontianak Wahyudin Ciptadi juga menjelaskan tentang gaya bangunan SD Suster yang bergaya seperti pelana, sedangkan di Kalbar terdapat tiga gaya atap yakni pelana, limasan, dan perisai.
 
Sembari menerima penjelasan terkait bangunan bersejarah tersebut, para peserta pun menjelajahi seluruh bangunan SD Suster baik ruang kelas, kolam penyimpanan air, dan laboratorium. Peserta diberikan bekal mengenai tahap pendokumentasian arsitektur bangunan cagar budaya SD Suster Pontianak.
 
Peserta juga menjelajah bangunan Biara Immaculata atau tempat tinggal suster dan terakhir ke Kerkoff atau pekuburan Belanda yang merupakan makam misionaris antara lain Z H EXC Mgr Pasificus Johannes Boss.
 
Sementara itu Koordinator KUWAS Reyhan mengatakan dalam kunjungan kali ini terdapat beberapa peserta yang baru pertama kali menjelajahi bangunan bersejarah. Ia menilai wisata sejarah ini tak hanya sekadar memperkenalkan cagar budaya, namun juga mengajarkan nilai budaya, moral, dan toleransi kepada peserta.
 
Rehyan berharap diskusi ini dapat menjadi gerakan kecil yang berkesinambungan untuk mengenalkan cagar budaya kepada masyarakat umum.
 
"Dengan adanya diskusi haritage, semoga dapat memberikan ruang kepada masyarakat Kota Pontianak untuk melihat secara langsung bangunan cagar budaya dan mendengar dari para ahlinya. Semoga dan selalu kami upayakan kegiatan seperti ini kontinyu dilaksanakan," ucapnya.
 

Pewarta: Rizki Fadriani

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024