Tim Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) mensimulasikan upaya penyelamatan korban kebakaran atau kecelakaan kapal wisata di perairan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuhan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Simulasi penyelamatan tersebut dipimpin langsung oleh Direktur Operasi Basarnas Edy Prakoso yang diikuti oleh puluhan personel Kantor SAR Kupang, Kantor SAR Maumere, 23 wisatawan, dan penyelenggara jasa pelayaran yang merangkap sebagai korban kapal terbakar, Kamis.

Edy Prakoso menjelaskan  orientasi simulasi ini untuk meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat sekitar Labuan Bajo terhadap aspek keselamatan sehingga mampu mencegah atau meminimalisir jatuhnya korban jiwa saat terjadi kondisi kedaruratan.

Skenario dalam simulasi, kapal wisata yang hendak menuju ke Pulau Komodo itu perlahan-lahan tenggelam akibat lambung kanan jebol akibat ledakan, membuat seluruh penumpang panik. Awak kapal yang telah mendapat pelatihan sebelumnya bertindak sigap dengan mengarahkan seluruh penumpang menggunakan jaket pelampung untuk berenang menjauhi kapal dan survival (bertahan hidup).

Awak kapal juga sebelumnya dilatih untuk tidak lupa mengaktifkan Emergency Position Indicating Radio Beacon (EPIRB) dan panic button sehingga lokasi detail kapal naas itu diketahui Basarnas Command Center (BCC) yang terkoneksi ke Posko Terbadu Labuan Bajo, sehingga tim personel SAR pun langsung menggelar operasi mengirimkan kapal penolong.

Tim personel SAR dan awak kapal yang merupakan warga sekitar Labuhan Bajo itu kemudian dengan sigap melaksanakan pertolongan. Mereka mengevakuasi korban yang terapung-apung di laut itu dengan teknik Reach (meraih), Throw (melemparkan alat apung), dan Row (menghampiri korban dengan perahu). Kemudian sebanyak 23 orang korban akhirnya berhasil dievakuasi ke atas kapal SAR.

"Juga disimulasikan pelatihan pertolongan pertama darurat atas korban pingsan dan mengalami henti jantung akibat sumbatan jalan nafas. Mereka memberikan Resusitasi Jantung Paru (RJP) hingga korban sadar dan stabil, pembidaian kepada korban yang mengalami patah tulang dan penanganan korban luka bakar dengan menggunakan air bersih bersuhu normal. Hingga sampai di pelabuhan, tim ambulans sudah menunggu dan segera membawa ketiga korban ke rumah sakit untuk penanganan medis lebih lanjut," katanya. 

Menurut Edy, secara umum simulasi ini bagian kerja sama Basarnas dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) berbasis Pasal 45 Undang-undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan.

Pasal tersebut mengamanatkan bahwa penyedia jasa pariwisata yang dalam menyelenggarakan kegiatan dapat menimbulkan risiko bagi keselamatan manusia, wajib menyediakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten di bidang SAR.

Basarnas mencatat setidaknya dalam beberapa bulan terakhir ada dua kebakaran/kecelakaan kapal yang menonjol di Taman Nasional Komodo (TNK)yakni kebakaran Kapal Pinisi Wisata Sea Safari VII yang terbakar di Perairan Pulau Penga saat mengangkut 33 penumpang, penyebabnya diduga korsleting ruang mesin sempat empat orang penumpang mengalami luka dan sesak napas.

Kebakaran kapal Wisata Carpe Diem di Perairan Pulau Siaba, Labuan Bajo, saat mengangkut dua turis asal Kanada dan empat orang kru beruntung tidak ada korban jiwa atau luka-luka serius dalam peristiwa itu.

"Pada konteks DPSP Labuan Bajo, pengelola wisata sudah tersistem dengan baik. Namun, masih perlu penguatan aspek keselamatan sehingga suport sistem dari kebijakan nasional Presiden Joko Widodo benar-benar dapat diwujudkan," ujarnya.





 

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024