Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta dukungan Malaysia terhadap upaya Indonesia dalam mengajukan Jalur Rempah sebagai warisan dunia kepada UNESCO.
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti menyatakan pencarian dukungan ini salah satunya dilakukan melalui pelayaran budaya bertajuk Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) dengan Melaka, Malaysia, menjadi salah satu tujuan rutenya.
“Khusus di Melaka akan dilakukan pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dengan mengangkat isu shared heritage atau warisan budaya bersama untuk mempererat persahabatan kedua negara sekaligus mendapatkan upaya dukungan pengusulan Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO,” katanya di Dermaga Markas Besar Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta, Jumat.
Sejak 2016 Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan secara aktif menggelar diskusi untuk menginisiasi pengajuan Jalur Rempah menjadi warisan dunia ke UNESCO.
Pada 2020 intensitas diskusi ditambah dengan pelaksanaan pelayaran Karavan Budaya Jalur Rempah menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.
Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar di 13 titik di antaranya Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe pada 2021.
Sejak 2022, Kemendikbudristek menggelar MBJR menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau dan Buton-Ternate, dan Tidore-Banda Neira-Kupang, kemudian dilanjutkan rute Surabaya-Kepulauan Selayar untuk edisi 2023.
Sementara MBJR 2024 pelayaran dengan KRI Dewaruci akan mengarungi wilayah barat Indonesia untuk menjelajahi kebudayaan melayu berikut berbagai aspek seperti kebaharian dan khazanah kultural.
Pada MBJR 2024 terdapat tujuh titik singgah yakni Belitung Timur, Dumai, Sabang, Melaka, Tanjung Uban, Lampung, dan berakhir di Jakarta, yang dilaksanakan pada 7 Juni sampai 17 Juli 2024.
“Program ini tidak hanya mempromosikan kekayaan budaya Indonesia tetapi juga memperkuat diplomasi budaya dengan negara-negara sahabat karena ini kali pertama pelayaran MBJR akan mengunjungi Negeri Jiran tepatnya Melaka di Malaysia,” kata Irini.
Ia menjelaskan MBJR menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengangkat rempah dan bahari sebagai khazanah budaya Nusantara karena secara geopolitik dan geoekonomi ternyata Indonesia menjadi bagian global meeting point sekaligus global melting point.
Berkat rempah, menurut Irini, Nusantara menjadi tempat bertemunya manusia dari berbagai belahan dunia sekaligus wilayah persemaian dan silang budaya serta pertemuan berbagai ilmu pengetahuan, agama, bahasa, estetika, hingga adat kebiasaan.
Sementara dalam konteks nasional, jalur rempah dan kekuatan maritim adalah wahana pembentuk sekaligus penguat konektivitas antarwilayah yang di antaranya terbentuk oleh aktivitas perdagangan maupun hubungan sosiokuktural.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kemendikbudristek Irini Dewi Wanti menyatakan pencarian dukungan ini salah satunya dilakukan melalui pelayaran budaya bertajuk Muhibah Budaya Jalur Rempah (MBJR) dengan Melaka, Malaysia, menjadi salah satu tujuan rutenya.
“Khusus di Melaka akan dilakukan pertemuan antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dengan mengangkat isu shared heritage atau warisan budaya bersama untuk mempererat persahabatan kedua negara sekaligus mendapatkan upaya dukungan pengusulan Jalur Rempah sebagai warisan dunia ke UNESCO,” katanya di Dermaga Markas Besar Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil), Jakarta, Jumat.
Sejak 2016 Kemendikbudristek melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan secara aktif menggelar diskusi untuk menginisiasi pengajuan Jalur Rempah menjadi warisan dunia ke UNESCO.
Pada 2020 intensitas diskusi ditambah dengan pelaksanaan pelayaran Karavan Budaya Jalur Rempah menggunakan Kapal Arka Kinari menelusuri jejak jalur perdagangan rempah di Sorong, Banda Neira, Kepulauan Selayar, Makassar, dan Bali.
Proses berlanjut dengan penelitian dan Festival Bumi Rempah Nusantara yang digelar di 13 titik di antaranya Banda Neira, Maluku Utara, Makassar, Banjarmasin, Belawan, Pulau Bintan, dan Lhokseumawe pada 2021.
Sejak 2022, Kemendikbudristek menggelar MBJR menggunakan KRI Dewaruci dengan rute pelayaran tahun pertama meliputi Surabaya-Makassar-Baubau dan Buton-Ternate, dan Tidore-Banda Neira-Kupang, kemudian dilanjutkan rute Surabaya-Kepulauan Selayar untuk edisi 2023.
Sementara MBJR 2024 pelayaran dengan KRI Dewaruci akan mengarungi wilayah barat Indonesia untuk menjelajahi kebudayaan melayu berikut berbagai aspek seperti kebaharian dan khazanah kultural.
Pada MBJR 2024 terdapat tujuh titik singgah yakni Belitung Timur, Dumai, Sabang, Melaka, Tanjung Uban, Lampung, dan berakhir di Jakarta, yang dilaksanakan pada 7 Juni sampai 17 Juli 2024.
“Program ini tidak hanya mempromosikan kekayaan budaya Indonesia tetapi juga memperkuat diplomasi budaya dengan negara-negara sahabat karena ini kali pertama pelayaran MBJR akan mengunjungi Negeri Jiran tepatnya Melaka di Malaysia,” kata Irini.
Ia menjelaskan MBJR menjadi bagian dari upaya berkelanjutan untuk mengangkat rempah dan bahari sebagai khazanah budaya Nusantara karena secara geopolitik dan geoekonomi ternyata Indonesia menjadi bagian global meeting point sekaligus global melting point.
Berkat rempah, menurut Irini, Nusantara menjadi tempat bertemunya manusia dari berbagai belahan dunia sekaligus wilayah persemaian dan silang budaya serta pertemuan berbagai ilmu pengetahuan, agama, bahasa, estetika, hingga adat kebiasaan.
Sementara dalam konteks nasional, jalur rempah dan kekuatan maritim adalah wahana pembentuk sekaligus penguat konektivitas antarwilayah yang di antaranya terbentuk oleh aktivitas perdagangan maupun hubungan sosiokuktural.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024