Diare merupakan kondisi yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari serta menimbulkan ketidaknyamanan. Diare umumnya disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman yang kurang higienis dan mengandung bakteri berbahaya.
Selain itu, diare juga bisa dipicu oleh keracunan makanan, alergi atau intoleransi laktosa. Hal ini diungkapkan oleh Apoteker (Apt) Bonita Dwi Anggraeni, S Farm dalam sesi edukasi tentang Obat Diare bagi 20 pasien dan pengunjung UPT RSUD SSMA Kota Pontianak, Rabu, (3/7/2024).
"Diare terjadi ketika seseorang mengalami lebih dari tiga kali buang air besar dalam sehari dengan tinja encer, disertai sakit perut, kram, kembung, demam, mual,
dan muntah," jelasnya mengawali materi edukasi.
Diare dapat dialami oleh siapa pun, termasuk bayi. Penanganan diare umumnya dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Pada bayi yang masih diberi ASI, disarankan untuk tetap memberikan ASI lebih sering dari biasanya dan minum oralit sesuai petunjuk yang diberikan.
"Anak-anak yang mengalami diare disarankan untuk minum oralit, zinc selama 10 hari berturut-turut, serta ASI dan makanan sesuai dengan usia mereka, hindari pemberian antibiotik jika tidak diperlukan terkecuali diare berdarah, kolera," tambahnya.
Bonita menjelaskan bahwa obat diare dibagi menjadi tiga golongan, yaitu kemoterapeutika untuk penanganan kausal seperti antibiotik, sulfonamida, kinolonndan furazolidon. Terdapat pula golongan loperamida (tidak sesuai untuk bayi dan anak) serta golongan obstipansia untuk penanganan simtomatis yang bisa menghentikan diare.
"Beberapa jenis obat diare yang umum digunakan termasuk norit, diatabs, diapet, dan entrostop, yang terbukti efektif menyembuhkan diare," lanjutnya.
Bonita juga mengingatkan pentingnya upaya pencegahan diare, antara lain dengan mencuci tangan dengan benar, mengonsumsi air sehat atau air yang telah diolah, mengelola sampah dengan baik agar tidak menarik serangga (seperti lalat atau kecoa), serta menggunakan jamban yang bersih.
"Jika gejala diare semakin parah dan terus berlanjut, segera konsultasikan ke dokter dan jangan abaikan tanda-tanda dehidrasi yang mungkin sudah terjadi," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Selain itu, diare juga bisa dipicu oleh keracunan makanan, alergi atau intoleransi laktosa. Hal ini diungkapkan oleh Apoteker (Apt) Bonita Dwi Anggraeni, S Farm dalam sesi edukasi tentang Obat Diare bagi 20 pasien dan pengunjung UPT RSUD SSMA Kota Pontianak, Rabu, (3/7/2024).
"Diare terjadi ketika seseorang mengalami lebih dari tiga kali buang air besar dalam sehari dengan tinja encer, disertai sakit perut, kram, kembung, demam, mual,
dan muntah," jelasnya mengawali materi edukasi.
Diare dapat dialami oleh siapa pun, termasuk bayi. Penanganan diare umumnya dilakukan dengan mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Pada bayi yang masih diberi ASI, disarankan untuk tetap memberikan ASI lebih sering dari biasanya dan minum oralit sesuai petunjuk yang diberikan.
"Anak-anak yang mengalami diare disarankan untuk minum oralit, zinc selama 10 hari berturut-turut, serta ASI dan makanan sesuai dengan usia mereka, hindari pemberian antibiotik jika tidak diperlukan terkecuali diare berdarah, kolera," tambahnya.
Bonita menjelaskan bahwa obat diare dibagi menjadi tiga golongan, yaitu kemoterapeutika untuk penanganan kausal seperti antibiotik, sulfonamida, kinolonndan furazolidon. Terdapat pula golongan loperamida (tidak sesuai untuk bayi dan anak) serta golongan obstipansia untuk penanganan simtomatis yang bisa menghentikan diare.
"Beberapa jenis obat diare yang umum digunakan termasuk norit, diatabs, diapet, dan entrostop, yang terbukti efektif menyembuhkan diare," lanjutnya.
Bonita juga mengingatkan pentingnya upaya pencegahan diare, antara lain dengan mencuci tangan dengan benar, mengonsumsi air sehat atau air yang telah diolah, mengelola sampah dengan baik agar tidak menarik serangga (seperti lalat atau kecoa), serta menggunakan jamban yang bersih.
"Jika gejala diare semakin parah dan terus berlanjut, segera konsultasikan ke dokter dan jangan abaikan tanda-tanda dehidrasi yang mungkin sudah terjadi," tutupnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024