Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalimantan Barat (Kalbar) mengidentifikasi tiga kabupaten yang mengalami dampak signifikan akibat banjir, yaitu Kabupaten Landak, Kabupaten Ketapang, dan Kabupaten Sanggau.
"Upaya penanggulangan dan identifikasi penyebab banjir menjadi fokus utama BPBD dalam menangani situasi bencana ini," kata Kepala Satgas Informasi BPBD Kalimantan Barat Daniel di Pontianak, Senin.
Dia memaparkan dampak banjir di masing-masing kabupaten. Di Kabupaten Landak, sekitar 7.100 warga terdampak banjir, dengan kerusakan yang melanda 22 dusun dan 10 desa.
Sementara di Kabupaten Sanggau, sebanyak 232 kepala keluarga (KK) atau 856 orang terdampak banjir, dan di Kabupaten Ketapang, meski air mulai surut di beberapa lokasi, bencana tersebut tetap mempengaruhi area tersebut.
"Di antara ketiga kabupaten, Kabupaten Landak adalah yang paling parah terkena dampak banjir. Di Desa Daring, kedalaman air mencapai 50 hingga 100 cm selama tiga hari terakhir," tuturnya.
Di Kabupaten Sanggau, katanya, kedalaman air relatif lebih rendah, dengan maksimum mencapai 50 cm. Untuk Kabupaten Ketapang, kondisi air mulai menunjukkan perbaikan, dengan surutnya air di beberapa daerah.
Daniel menambahkan pemerintah daerah telah menyediakan tempat pengungsian bagi masyarakat yang terdampak banjir. Meski banjir merupakan bencana yang sering terjadi, masyarakat setempat telah mempersiapkan diri dengan baik, termasuk dengan menambahkan lantai dua di rumah mereka untuk mengantisipasi kemungkinan banjir.
Untuk jangka pendek, BPBD Kalbar berfokus pada pemberian bantuan logistik, medis, dan tempat pengungsian. Namun, untuk jangka panjang, BPBD tengah mengidentifikasi penyebab utama banjir yang melanda ketiga kabupaten tersebut.
Daniel menjelaskan salah satu penyebab utama banjir adalah pendangkalan anak-anak sungai, baik yang terjadi secara alami maupun akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, BPBD Kalbar telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan normalisasi sungai-sungai yang terdampak.
"Pendangkalan sungai menjadi masalah serius yang harus segera ditangani. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini dan mencegah bencana serupa di masa depan," katanya.
Dengan langkah-langkah tersebut, BPBD Kalbar berharap dapat mengurangi dampak bencana banjir dan meningkatkan kesiapsiagaan serta respons terhadap bencana di masa yang akan datang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Upaya penanggulangan dan identifikasi penyebab banjir menjadi fokus utama BPBD dalam menangani situasi bencana ini," kata Kepala Satgas Informasi BPBD Kalimantan Barat Daniel di Pontianak, Senin.
Dia memaparkan dampak banjir di masing-masing kabupaten. Di Kabupaten Landak, sekitar 7.100 warga terdampak banjir, dengan kerusakan yang melanda 22 dusun dan 10 desa.
Sementara di Kabupaten Sanggau, sebanyak 232 kepala keluarga (KK) atau 856 orang terdampak banjir, dan di Kabupaten Ketapang, meski air mulai surut di beberapa lokasi, bencana tersebut tetap mempengaruhi area tersebut.
"Di antara ketiga kabupaten, Kabupaten Landak adalah yang paling parah terkena dampak banjir. Di Desa Daring, kedalaman air mencapai 50 hingga 100 cm selama tiga hari terakhir," tuturnya.
Di Kabupaten Sanggau, katanya, kedalaman air relatif lebih rendah, dengan maksimum mencapai 50 cm. Untuk Kabupaten Ketapang, kondisi air mulai menunjukkan perbaikan, dengan surutnya air di beberapa daerah.
Daniel menambahkan pemerintah daerah telah menyediakan tempat pengungsian bagi masyarakat yang terdampak banjir. Meski banjir merupakan bencana yang sering terjadi, masyarakat setempat telah mempersiapkan diri dengan baik, termasuk dengan menambahkan lantai dua di rumah mereka untuk mengantisipasi kemungkinan banjir.
Untuk jangka pendek, BPBD Kalbar berfokus pada pemberian bantuan logistik, medis, dan tempat pengungsian. Namun, untuk jangka panjang, BPBD tengah mengidentifikasi penyebab utama banjir yang melanda ketiga kabupaten tersebut.
Daniel menjelaskan salah satu penyebab utama banjir adalah pendangkalan anak-anak sungai, baik yang terjadi secara alami maupun akibat aktivitas manusia. Oleh karena itu, BPBD Kalbar telah melakukan koordinasi dengan instansi terkait untuk melakukan normalisasi sungai-sungai yang terdampak.
"Pendangkalan sungai menjadi masalah serius yang harus segera ditangani. Kami berkomitmen untuk bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengatasi masalah ini dan mencegah bencana serupa di masa depan," katanya.
Dengan langkah-langkah tersebut, BPBD Kalbar berharap dapat mengurangi dampak bencana banjir dan meningkatkan kesiapsiagaan serta respons terhadap bencana di masa yang akan datang.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024