Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyebutkan, hingga saat ini pengembangan budi daya ikan air tawar di Mataram masih aman dari dampak kemarau.
"Meskipun terjadi penurunan debit air, tapi kebutuhan air untuk kolam-kolam budi daya ikan masih terpenuhi," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram Irwan Harimansyah di Mataram, Selasa.
Dikatakan, Kota Mataram berada di wilayah hilir sehingga menguntungkan bagi petani budi daya bahkan ketika terjadi puncak kemarau.
Di samping itu, sebagai langkah antisipasi pihaknya juga aktif menurunkan penyuluh selain memberikan pembinaan dan pendampingan juga memastikan ketersediaan air budi daya tercukupi saat puncak musim kemarau.
Penyuluh akan memastikan sumber-sumber aliran air untuk kebutuhan sebanyak 97 kelompok budi daya ikan air tawar jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal agar tidak terjadi kekurangan yang bisa berdampak pada usaha mereka.
"Melalui upaya itu, Alhamdulillah sejauh ini belum ada laporan dari penyuluh maupun kelompok budi daya ikan air tawar yang tidak mendapatkan air untuk kolam budidaya," katanya.
Irwan menambahkan, produksi ikan air tawar di Kota Mataram dengan jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal selama ini tercatat rata-rata mencapai 380.297 kilogram, dengan nilai produksi Rp9,66 miliar.
"Kebutuhan air untuk petani budi daya ikan air tawar sejauh ini memang belum ada masalah, tapi yang menjadi kendala kami adalah tingginya harga pakan," katanya.
Irwan mengatakan, persoalan harga pakan menjadi keluhan petani budidaya ikan air tawar yang sering disampaikan. Apalagi harganya terus naik dan hingga kini mencapai Rp300 ribu per 50 kilogram.
Sementara pakan dari maggot yang ditawarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kurang disukai untuk jenis ikan nila, sedangkan untuk jenis lele, patin, dan gurami masih mau.
Dari hasil uji coba pakan maggot untuk nila, tambahnya, nila kurang suka dengan pakan maggot, karena maggot masih dalam kondisi hidup.
Tapi kalau maggot sudah diolah menjadi pelet kemungkinan bisa menjadi pakan alternatif nila yang lebih murah.
"Ini menjadi tantangan bagi pihak-pihak terkait termasuk DLH untuk mengembangkan pakan ikan alternatif dari maggot," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
"Meskipun terjadi penurunan debit air, tapi kebutuhan air untuk kolam-kolam budi daya ikan masih terpenuhi," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Mataram Irwan Harimansyah di Mataram, Selasa.
Dikatakan, Kota Mataram berada di wilayah hilir sehingga menguntungkan bagi petani budi daya bahkan ketika terjadi puncak kemarau.
Di samping itu, sebagai langkah antisipasi pihaknya juga aktif menurunkan penyuluh selain memberikan pembinaan dan pendampingan juga memastikan ketersediaan air budi daya tercukupi saat puncak musim kemarau.
Penyuluh akan memastikan sumber-sumber aliran air untuk kebutuhan sebanyak 97 kelompok budi daya ikan air tawar jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal agar tidak terjadi kekurangan yang bisa berdampak pada usaha mereka.
"Melalui upaya itu, Alhamdulillah sejauh ini belum ada laporan dari penyuluh maupun kelompok budi daya ikan air tawar yang tidak mendapatkan air untuk kolam budidaya," katanya.
Irwan menambahkan, produksi ikan air tawar di Kota Mataram dengan jenis nila, lele, patin, dan ikan bawal selama ini tercatat rata-rata mencapai 380.297 kilogram, dengan nilai produksi Rp9,66 miliar.
"Kebutuhan air untuk petani budi daya ikan air tawar sejauh ini memang belum ada masalah, tapi yang menjadi kendala kami adalah tingginya harga pakan," katanya.
Irwan mengatakan, persoalan harga pakan menjadi keluhan petani budidaya ikan air tawar yang sering disampaikan. Apalagi harganya terus naik dan hingga kini mencapai Rp300 ribu per 50 kilogram.
Sementara pakan dari maggot yang ditawarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) kurang disukai untuk jenis ikan nila, sedangkan untuk jenis lele, patin, dan gurami masih mau.
Dari hasil uji coba pakan maggot untuk nila, tambahnya, nila kurang suka dengan pakan maggot, karena maggot masih dalam kondisi hidup.
Tapi kalau maggot sudah diolah menjadi pelet kemungkinan bisa menjadi pakan alternatif nila yang lebih murah.
"Ini menjadi tantangan bagi pihak-pihak terkait termasuk DLH untuk mengembangkan pakan ikan alternatif dari maggot," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024