Pemerintah Kota Surabaya, Jawa Timur menggelar simulasi tanggap penanganan bencana gempa bumi dan kebakaran di Mal Pelayanan Publik (MPP) Siola dalam rangka memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana (PRB) Tahun 2024.
Kegiatan dimulai saat sirine tanda bencana mulai berbunyi. Ratusan karyawan dan karyawati di lingkungan MPP Siola mulai menampilkan aksi simulasi kebencanaan. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya langsung bergegas melakukan penanganan kebencanaan. Sebagian pegawai melakukan evakuasi mandiri, sedangkan pegawai lainnya dievakuasi oleh tim gabungan.
Penjabat Sementara Wali Kota Surabaya Restu Novi Widiani di Surabaya, Kamis, menyampaikan apresiasi kepada segenap tim BPBD Kota Surabaya yang juga didukung oleh sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkup Pemkot Surabaya beserta masyarakat atas terselenggara kegiatan ini.
"Simulasi tanggap bencana ini sudah sesuai SOP, saya harap ini menjadi bekal sebagai langkah mitigasi bencana. Kita mengajak masyarakat mencegah terjadinya bencana, tadi sudah disimulasikan bagaimana ketanggapan ketika terjadi bencana. Semua terlibat, semua mempunyai SOP yang jelas, sehingga nanti risikonya tidak terlalu besar," kata Restu Novi.
Ia mengatakan, saat berkoordinasi dengan Forkopimda Kota Surabaya dalam menangani kebencanaan harus berbasis kemasyarakatan. Sehingga, saat melaksanakan simulasi turut melibatkan para pelajar hingga para pengunjung MPP Siola.
"Harus melibatkan partisipasi masyarakat karena mitigasi itu penting. Jika mitigasi sudah dipahami, bagaimana pencegahan, dan kesiapannya ketika terjadi bencana, maka risiko nantinya tidak terlalu besar," katanya.
Ia mengatakan, DPRD Kota Surabaya, forkopimda, beserta jajarannya akan saling berkolaborasi dalam pelaksanaan percepatan mitigasi, penanganan, hingga kesiapan pascakebencanaan.
"Pascabencana terkadang menimbulkan masalah sosial baru. Contoh gempa atau kebakaran, mungkin warga kehilangan harta benda, tentu saja Pemkot Surabaya akan hadir beserta segala programnya supaya tidak menimbulkan efek masyarakat miskin baru," tuturnya.
Kepala BPBD Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, dalam memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana yang tengah berlangsung secara nasional di Aceh pada 10-13 Oktober 2024, maka Pemkot Surabaya menggelar simulasi penanganan bencana. Tujuannya untuk mengedukasi warga tentang kesiapsiagaan kebencanaan, dimana tagline yang diusung adalah “Siap untuk Selamat”.
"Alasan memilih simulasi gempa bumi dan kebakaran karena pengalaman yang kemarin, saat gempa bumi dirasakan di Surabaya semuanya bingung dan tidak mempunyai pengetahuan bagaimana menangani bencana gempa," kata Hebi.
Ia menjelaskan bahwa saat kejadian warga panik dan berlarian. Seharusnya, mereka mencari tempat aman untuk melindungi diri agar tidak tertimpa reruntuhan. Setelah guncangan berhenti, barulah dilaksanakan evakuasi.
"Hal-hal inilah yang harus dipahami oleh warga. Sekarang, simulasi tujuannya untuk mengedukasi dan menambah literasi sebagai pemahaman dan pembelajaran untuk warga," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024
Kegiatan dimulai saat sirine tanda bencana mulai berbunyi. Ratusan karyawan dan karyawati di lingkungan MPP Siola mulai menampilkan aksi simulasi kebencanaan. Tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Surabaya langsung bergegas melakukan penanganan kebencanaan. Sebagian pegawai melakukan evakuasi mandiri, sedangkan pegawai lainnya dievakuasi oleh tim gabungan.
Penjabat Sementara Wali Kota Surabaya Restu Novi Widiani di Surabaya, Kamis, menyampaikan apresiasi kepada segenap tim BPBD Kota Surabaya yang juga didukung oleh sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkup Pemkot Surabaya beserta masyarakat atas terselenggara kegiatan ini.
"Simulasi tanggap bencana ini sudah sesuai SOP, saya harap ini menjadi bekal sebagai langkah mitigasi bencana. Kita mengajak masyarakat mencegah terjadinya bencana, tadi sudah disimulasikan bagaimana ketanggapan ketika terjadi bencana. Semua terlibat, semua mempunyai SOP yang jelas, sehingga nanti risikonya tidak terlalu besar," kata Restu Novi.
Ia mengatakan, saat berkoordinasi dengan Forkopimda Kota Surabaya dalam menangani kebencanaan harus berbasis kemasyarakatan. Sehingga, saat melaksanakan simulasi turut melibatkan para pelajar hingga para pengunjung MPP Siola.
"Harus melibatkan partisipasi masyarakat karena mitigasi itu penting. Jika mitigasi sudah dipahami, bagaimana pencegahan, dan kesiapannya ketika terjadi bencana, maka risiko nantinya tidak terlalu besar," katanya.
Ia mengatakan, DPRD Kota Surabaya, forkopimda, beserta jajarannya akan saling berkolaborasi dalam pelaksanaan percepatan mitigasi, penanganan, hingga kesiapan pascakebencanaan.
"Pascabencana terkadang menimbulkan masalah sosial baru. Contoh gempa atau kebakaran, mungkin warga kehilangan harta benda, tentu saja Pemkot Surabaya akan hadir beserta segala programnya supaya tidak menimbulkan efek masyarakat miskin baru," tuturnya.
Kepala BPBD Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, dalam memperingati Bulan Pengurangan Risiko Bencana yang tengah berlangsung secara nasional di Aceh pada 10-13 Oktober 2024, maka Pemkot Surabaya menggelar simulasi penanganan bencana. Tujuannya untuk mengedukasi warga tentang kesiapsiagaan kebencanaan, dimana tagline yang diusung adalah “Siap untuk Selamat”.
"Alasan memilih simulasi gempa bumi dan kebakaran karena pengalaman yang kemarin, saat gempa bumi dirasakan di Surabaya semuanya bingung dan tidak mempunyai pengetahuan bagaimana menangani bencana gempa," kata Hebi.
Ia menjelaskan bahwa saat kejadian warga panik dan berlarian. Seharusnya, mereka mencari tempat aman untuk melindungi diri agar tidak tertimpa reruntuhan. Setelah guncangan berhenti, barulah dilaksanakan evakuasi.
"Hal-hal inilah yang harus dipahami oleh warga. Sekarang, simulasi tujuannya untuk mengedukasi dan menambah literasi sebagai pemahaman dan pembelajaran untuk warga," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024