Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) terus menggalakkan pertanian perkotaan (urban farming) di wilayah itu sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan.

"Hingga saat ini telah terdata sekitar 381 lokasi 'urban farming' di Jakarta Timur dengan total luas lahan yang dikelola sekitar 3,2 hektare," kata Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Perikanan (KPKP) Jakarta Timur Taufik Yulianto ketika dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, pemanfaatan lahan umum seperti lahan di kolong tol Becakayu, kolong jalan layang (fly over), bantaran Banjir Kanal Timur (BKT) dan sungai Ciliwung merupakan salah satu upaya Pemkot Jaktim dalam memanfaatkan lahan kosong untuk dijadikan sebagai lahan pertanian.

"Pemanfaatan lahan tersebut juga menjadi solusi pemenuhan pangan di tengah keterbatasan lahan di Jakarta," ujarnya.

Oleh karena itu, pihaknya terus melakukan dukungan berupa pembinaan kepada para penggiat "urban farming" atau pengelola lahan, pemberian sarana produksi pertanian, hingga fasilitasi kolaborasi dengan para pelaku usaha serta pemangku kepentingan dan organisasi perangkat daerah (OPD) terkait.
 

"Kami juga melakukan pelatihan terkait pengembangan pertanian perkotaan setiap tahunnya, dengan sasaran peserta di antaranya dari kelompok tani, PPSU, pengelola RPTRA, PKK dan karang taruna. Tahun ini target peserta pelatihan sebanyak 400 orang," kata Taufik.

Selain itu, para penggiat "urban farming" juga diajarkan cara membuat olahan dari hasil budidaya pertanian dengan jumlah target peserta sebanyak 200 orang.

"Mereka juga diberikan informasi terkait peningkatan mutu produk, cara pengemasan, sertifikasi produk serta pemasaran hasil produk yang dipasarkan baik secara luring maupun daring melalui serangkaian kegiatan di 'Jakpreneur'," ucapnya.

Taufik menilai pertanian perkotaan berdampak positif terhadap isu ketahanan pangan di wilayah Jakarta Timur karena mampu mengurangi ketergantungan pada hasil pertanian pedesaan dengan memanfaatkan lahan terbatas di perkotaan.

"Ini juga membantu masyarakat perkotaan untuk meningkatkan ketahanan pangan secara mandiri, meningkatkan hasil pertanian lokal, memanfaatkan ruang-ruang perkotaan yang tidak terpakai, seperti atap gedung, taman- taman kota, atau halaman belakang rumah," ucapnya.
 

Tanaman yang diprioritaskan dalam pertanian perkotaan itu, di antaranya tanaman cabai, bawang merah, sayuran dan lainnya.

Pada 2023, Pemkot Jaktim berkolaborasi dengan salah satu perusahaan meluncurkan Program Rawita Peti (Pedaskan Timur) yang bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan menekan inflasi pangan.

Program ini berupa gerakan menanam cabai rawit di lahan kosong, termasuk pemanfaatan lahan di 76 lokasi rumah ibadah.

"Kegiatan ini telah sukses menurunkan inflasi sebanyak tiga persen melalui budidaya cabai di seluruh kelurahan dan kecamatan pada Program Rawita Peti (Pedaskan Timur)," katanya. 

Pada 2024 ini, kata Taufik, Pemkot Jaktim juga meluncurkan Program Budidaya Bawang Merah di Jaktim. Program penanaman cabai dan bawang merah ini masih terus berjalan dan masif dilakukan.
 

"Kami juga akan menggencarkan program penanaman jagung seperti jagung manis dan jagung pulut," ucapnya.


 

Pewarta: Syaiful Hakim

Editor : Admin Antarakalbar


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2024