Jakarta (ANTARA) - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) membahas penggunaan teknologi untuk menangani deepfake dalam pertemuan dengan perwakilan perusahaan asal Amerika Serikat.
Deepfake adalah foto, video, dan audio yang diedit atau dibuat menggunakan perangkat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
"Jadi dia kan bertemu dan bahas soal teknologi anti-deepfake, menganalisa soal deepfake," kata Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi di Kantor Kemenkominfo di Jakarta Pusat, Rabu.
Hasil pertemuan dengan perwakilan perusahaan yang didirikan oleh Sam Altman, pemimpin OpenAI, tersebut belum disampaikan.
Budi hanya mengatakan bahwa pemerintah Indonesia terbuka untuk mengenal teknologi-teknologi baru.
Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik Kemenkominfo Prabunindya Revta Revolusi menyampaikan bahwa perusahaan WorldID dari Amerika Serikat mengajukan permintaan untuk mempresentasikan teknologi baru mereka.
"Jadi, awalnya mereka ingin presentasi soal teknologi baru mereka, jadi ya sudah yang paling benar datang ke Indonesia saja, jadi sekarang mereka membuktikan mereka datang ke Indonesia sekarang," kata Prabu.
Menurut informasi dalam situs web Worldcoin, aplikasi WorldID memungkinkan pengguna memverifikasi akun daring yang sudah ada dan menerapkan status verifikasi atau mengaktifkan World ID sebagai metode masuk.
Dengan menggunakan aplikasi terbuka ini, hanya pengguna saja yang bisa mengakses dan mengontrol perangkat.
Deepfake menimbulkan kekhawatiran karena dapat menimbulkan misinformasi serta bisa digunakan untuk melakukan tindak kejahatan seperti perundungan, penipuan, dan penyebaran berita bohong.
Sebagai contoh, video deepfake yang menunjukkan Presiden Joko Widodo berpidato menggunakan Bahasa Mandarin pada Oktober 2023 sempat menimbulkan keresahan. Pemerintah kemudian menyatakan bahwa video itu dibuat menggunakan perangkat AI.