Jakarta (ANTARA kalbar) - Rendahnya produktivitas minyak sawit mentah dalam negeri menyebabkan proses intensifikasi belum berjalan, padahal luasan lahan sawit Indonesia cukup tinggi, kata seorang konsultan kelapa sawit.

"Selama ini, pertumbuhan produk sawit masih bergantung pada perluasan lahan. Biaya untuk intensifikasi masih lebih mahal dibandingkan dengan pembukaan lahan baru," kata Manager Jasa Konsultasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Lukman Fadli di Jakarta, Selasa.

Lukman mengatakan, untuk produktivitas kebun sawit rata-rata mencapai 3,7 ton per tahun. Beberapa kebun sawit produktivitasnya memang sudah bisa mencapai tujuh ton per tahun, namun luasannya tidak banyak.

"Produktivitas kebun sawit di Indonesia lebih rendah dibandingkan Malaysia yang luas lahannya lebih kecil dari Indonesia. Untuk produktivitas kebun sawit di dalam negeri tidak bisa mencapai rata-rata tujuh ton karena sebagian besar kebun sawit merupakan kebun rakyat," katanya.

Lebih lanjut Lukman mengatakan kebun sawit yang dikelola oleh petani tidak mempunyai akses terhadap teknologi benih yang baik, pupuk maupun manajemen pengolahan lahan. Sekitar 10 persen dari total luas kebun sawit tidak menggunakan bibit unggul.

Sedangkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Fadil Hasan mengatakan produksi sawit dari petani kecil masih rendah dan benih yang dipakai masih kurang bagus. Hal tersebut membuat kualitas sawit menjadi kurang maksimal.

(KR-IAZ)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012