Jakarta (ANTARA Kalbar) - Pepatah "tua tua keladi, makin tua makin menjadi" layak dialamatkan kepada Vega, sebuah kapal pinisi bersejarah asal Swedia yang berlayar membawa misi kemanusiaan ke kawasan Indonesia bagian timur.

Kapal pinisi yang tahun ini menginjak usia 120 tahun itu sudah empat tahun mengibarkan layarnya dan menuju ke kawasan timur Indonesia dengan membawa obat-obatan dan perlengkapan sekolah untuk masyarakat di daerah terpencil.

Dengan dikapteni oleh Shane Grange, Vega terus melakukan pelayarannya dengan rute yang sama. Vega mendatangi sejumlah daerah terpencil di bagian timur dan mencatat barang keperluan yang dibutuhkan oleh masyarakat sekitar. Usai memperoleh daftar belanja, Vega lalu berlayar ke Thailand, Malaysia, Singapura dan Jakarta untuk mencari perhatian para donatur guna membeli barang kebutuhan itu.

Di Jakarta, Kapten Shane Grange, yang dibantu oleh Meggi Macoun dan beberapa awak lain, lalu singgah selama dua pekan untuk memperoleh semua barang kebutuhan bagi masyarakat di kawasan Timur tersebut.

"Setiap kami meninggalkan Jakarta, kami harus tidur di luar dan di dek karena lambung kapal penuh dengan obat-obatan, buku, tas sekolah, bahan makanan dan semua barang kebutuhan bagi masyarakat di sana," kata Kapten Shane Grange di Pantai Mutiara, dermaga tempat Vega saat berlabuh di Jakarta, baru-baru ini.

Shane biasanya hanya dibantu oleh sekitar empat atau lima awak saat berlayar. Ketika tiba di tempat tujuan, mereka kemudian dibantu oleh komunitas masyarakat lokal dalam melakukan kegiatan kemanusiaan.

"Kami bekerja untuk menyelamatkan kehidupan manusia. Perlengkapan medis dan obat-obatan itu untuk bidan yang membantu persalinan, sementara buku, tas sekolah dan alat tulis itu untuk guru dan murid di sana," kata Shane sambil sesekali menghisap inhalernya.

    
              Bencana Tsunami Aceh

Vega dibangun di Norwegia pada 1892. Selama 100 tahun lebih, Vega mengarungi lautan dengan kondisi buruk ke penjuru dunia untuk membawa muatan bahan bangunan seperti batu bata, bijih besi dan semen. Meskipun kapal pinisi bersejarah itu dibangun di Norwegia, namun Vega mencapai puncak popularitasnya di Swedia, yang dikenal dengan sebutan "Vega of Bergkvara".

Pada 2002, Kapten Shane Grange dan Meggi Macoun menemukan Vega dan merenovasinya untuk memulai perjalanan kemanusiaan. Mereka berdua memperluas jejaring pertemanan dengan masyarakat lokal untuk membantu menjalankan misi tersebut.

Hingga pada saat bencana gempa bumi dan tsunami melanda Aceh pada Desember 2004, Vega merupakan kapal pertama yang berhasil mengangkut bantuan berupa obat-obatan, bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari ke pulau paling ujung Indonesia itu.

"Karena cuaca laut sangat buruk saat itu, Vega adalah satu-satunya kapal pinisi yang berhasil mengantarkan bantuan. Vega memang dibuat untuk menghadapi cuaca Laut Utara dan beberapa wilayah dengan cuaca buruk, sehingga kami dapat mencapai ke sana (Aceh)," jelas Shane.

Sejak saat itulah, Shane dan Meggi sepakat untuk terus melanjutkan mengirim bantuan ke sejumlah daerah terpencil di bagian timur Indonesia dan Timor Timur.

Sebanyak 19 pulau terpencil di bagian timur Indonesia yang telah dijangkau Vega, termasuk Kisar dan Miangas. Dan selama itu pula, sekitar 37 komunitas masyarakat di Indonesia pernah menyokong Vega dalam melancarkan misi tersebut.

Di usianya yang ke-120 tahun, Vega diharapkan dapat terus menyalurkan bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah terpencil di kawasan timur.

"Kami tidak merasa memiliki Vega. Kami hanya penjaga sementara kapal bersejarah tersebut. Sudah menjadi tugas kita untuk menjamin bahwa Vega akan tetap dalam kondisi yang sama atau bahkan lebih baik lagi 100 tahun mendatang. Vega dibangun untuk masa depan, untuk anak-anak genarasi penerus kita kelak," kata Shane Grange, kapten yang sudah 11 tahun memutar kemudi Vega.

(F013)

Pewarta: Fransiska Ninditya

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012