Jakarta (ANTARA Kalbar) - Salah satu penyebab peningkatan jumlah kasus kanker paru- paru di Indonesia adalah sulitnya mendeteksi sel kanker pada stadium awal, kata ahli onkologi paru dan pernapasan dokter Elisna Syaruddin Sp.P(K).
"Para penderita biasanya mulai mengeluhkan gejala- gejala kanker paru- paru pada stadium lanjutan, yaitu pada saat mereka mulai sesak napas dan batuk darah," kata dokter Elisna Syaruddin di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan sel kanker paru- paru tidak seperti sel kanker lainnya, seperti sel kanker payudara dan mulut rahim atau serviks yang bisa dideteksi sejak stadium awal, sehingga risiko terjadi meningkat ke stadium lanjutan bisa diantisipasi.
"Sangat sulit mendeteksi sel kanker pada stadium awal karena biasanya masih tumbuh di luar sistem pernapasan atau perifer dan belum mengganggu saluran pernapasan," kata dia.
Menurut Elisna, faktor terbesar pemicu tumbuhnya sel kanker paru- paru adalah asap rokok.
"Rata- rata penderita kanker paru- paru adalah perokok karena risikonya delapan kali lebih besar dari penderita yang bukan perokok," katanya.
Dia mengatakan setiap orang mempunyai risiko terkena kanker paru- paru, namun semua itu tergantung dari lingkungan dan gaya hidup si penderita.
"Walaupun penderita tidak merokok, jika dia terus-menerus menghirup asap rokok setiap hari atau sebagai perokok pasif, itu sangat berpotensi memicu pertumbuhan sel kanker," katanya.
Menurut dia, pengecekan kesehatan rutin merupakan langkah antisipasi yang paling mungkin dilakukan untuk meminimalisasi berkembangnya sel kanker paru- paru.
"Orang Indonesia umumnya jarang 'check up'. Mereka biasanya menganggap enteng jika terserang batuk- batuk ringan. Padahal bisa saja itu cikal bakal tumbuhnya sel kanker," katanya.
(Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Para penderita biasanya mulai mengeluhkan gejala- gejala kanker paru- paru pada stadium lanjutan, yaitu pada saat mereka mulai sesak napas dan batuk darah," kata dokter Elisna Syaruddin di Jakarta, Jumat.
Dia menambahkan sel kanker paru- paru tidak seperti sel kanker lainnya, seperti sel kanker payudara dan mulut rahim atau serviks yang bisa dideteksi sejak stadium awal, sehingga risiko terjadi meningkat ke stadium lanjutan bisa diantisipasi.
"Sangat sulit mendeteksi sel kanker pada stadium awal karena biasanya masih tumbuh di luar sistem pernapasan atau perifer dan belum mengganggu saluran pernapasan," kata dia.
Menurut Elisna, faktor terbesar pemicu tumbuhnya sel kanker paru- paru adalah asap rokok.
"Rata- rata penderita kanker paru- paru adalah perokok karena risikonya delapan kali lebih besar dari penderita yang bukan perokok," katanya.
Dia mengatakan setiap orang mempunyai risiko terkena kanker paru- paru, namun semua itu tergantung dari lingkungan dan gaya hidup si penderita.
"Walaupun penderita tidak merokok, jika dia terus-menerus menghirup asap rokok setiap hari atau sebagai perokok pasif, itu sangat berpotensi memicu pertumbuhan sel kanker," katanya.
Menurut dia, pengecekan kesehatan rutin merupakan langkah antisipasi yang paling mungkin dilakukan untuk meminimalisasi berkembangnya sel kanker paru- paru.
"Orang Indonesia umumnya jarang 'check up'. Mereka biasanya menganggap enteng jika terserang batuk- batuk ringan. Padahal bisa saja itu cikal bakal tumbuhnya sel kanker," katanya.
(Z003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012