Damaskus (ANTARA Kalbar) - Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Pemelihara Perdamaian Herve
Ladsous tiba di ibu kota Suriah, Damaskus, Jumat larut malam (18/5),
untuk memeriksa misi pengamat PBB di negara Arab tersebut.
"Saya telah datang ke sini untuk meneliti cara keadaan berjalan," kata Ladsous, yang datang bersama dengan wakil PBB untuk Timur Tengah Judi Helton, kepada Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu pagi-- setibanya di Damaskus.
Ladsous menyatakan misi pengamat mengatakan misi pengamat PBB itu bertujuan mengupayakan dihentikannya kekerasan di Suriah dan berusaha mewujudkan kerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam upaya menciptakan ruang bagi dialog politik.
Ia menyatakan misi tersebut juga akan mengupayakan akses ke tahanan dan mengungkap pelanggaran hak asasi manusia di negara yang dilanda kerusuhan itu.
Pada Rabu (16/5) Amerika Serikat dilaporkan surat kabar The Washington Post membantu pengadaan senjata lebih banyak dan lebih baik bagi pemberontak Suriah termasuk senjata antitank, bagi perang mereka melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Pemerintah Presiden Barack Obama menekankan bantuan itu tidak secara langsung dipasok atau memberikan dana, sementara negara Teluk membayar senjata baru itu, kata surat kabar itu --yang mengutip para pejabat AS dan asing.
Tetapi Washington meningkatkan hubungan dengan gerilyawan dan militer regional yang bersekutu dengan mereka, dan memainkan peran dalam jaringan dukungan luar negeri, kata laporan itu.
Sehari kemudian Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan ia percaya Al Qaida bertanggung jawab atas dua bom mobil bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 55 orang di Suriah sepekan sebelumnya.
Sekjen juga mencatat bahwa korban tewas dalam konflik 14 bulan terakhir di negara itu kini mencatat setidaknya 10.000.
Dua pelaku bom mobil bunuh diri menewaskan 55 orang dan melukai 372 orang di Damaskus pada 10 Maret, kata media pemerintah, serangan yang paling mematikan di ibu kota Suriah sejak aksi perlawanan terhadap Presiden Bashar al-Assad dimulai pada Maret 2011.
(C003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Saya telah datang ke sini untuk meneliti cara keadaan berjalan," kata Ladsous, yang datang bersama dengan wakil PBB untuk Timur Tengah Judi Helton, kepada Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Sabtu pagi-- setibanya di Damaskus.
Ladsous menyatakan misi pengamat mengatakan misi pengamat PBB itu bertujuan mengupayakan dihentikannya kekerasan di Suriah dan berusaha mewujudkan kerja sama dengan semua pihak yang terlibat dalam upaya menciptakan ruang bagi dialog politik.
Ia menyatakan misi tersebut juga akan mengupayakan akses ke tahanan dan mengungkap pelanggaran hak asasi manusia di negara yang dilanda kerusuhan itu.
Pada Rabu (16/5) Amerika Serikat dilaporkan surat kabar The Washington Post membantu pengadaan senjata lebih banyak dan lebih baik bagi pemberontak Suriah termasuk senjata antitank, bagi perang mereka melawan pemerintah Presiden Bashar al-Assad.
Pemerintah Presiden Barack Obama menekankan bantuan itu tidak secara langsung dipasok atau memberikan dana, sementara negara Teluk membayar senjata baru itu, kata surat kabar itu --yang mengutip para pejabat AS dan asing.
Tetapi Washington meningkatkan hubungan dengan gerilyawan dan militer regional yang bersekutu dengan mereka, dan memainkan peran dalam jaringan dukungan luar negeri, kata laporan itu.
Sehari kemudian Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan ia percaya Al Qaida bertanggung jawab atas dua bom mobil bunuh diri yang menewaskan sedikitnya 55 orang di Suriah sepekan sebelumnya.
Sekjen juga mencatat bahwa korban tewas dalam konflik 14 bulan terakhir di negara itu kini mencatat setidaknya 10.000.
Dua pelaku bom mobil bunuh diri menewaskan 55 orang dan melukai 372 orang di Damaskus pada 10 Maret, kata media pemerintah, serangan yang paling mematikan di ibu kota Suriah sejak aksi perlawanan terhadap Presiden Bashar al-Assad dimulai pada Maret 2011.
(C003)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012