Hujan belum lagi reda ketika para "little monster" sabar berdiri dalam antrian panjang untuk memasuki Mall of Asia Arena, Manila, tempat "mother monster" akan menggelar konser musik yang telah dinanti dengan harap-harap cemas sejak sebulan lalu.

Tak ada keluhan walau petugas keamanan mengacak isi tas dan kantong baju mereka satu demi satu demi alasan keamanan.

Tak ada pula gerutu ketika mereka harus kembali mengantri untuk sekedar memperoleh pengganjal perut sebelum konser dimulai atau memutari gedung hanya untuk mencari pintu yang sesuai dengan warna tiket mereka.

Para "little monsters" itu telah lama bersabar, di tengah-tengah kontroversi panjang yang menentang kehadiran idola mereka, jadi "ketidaknyamanan" tambahan tersebut bukanlah suatu masalah besar.

"Tadinya kami kira konser ini batal. Saya dengar dari teman, panggung bahkan baru dibuat kemarin karena pihak penyelenggara masih ragu tentang izin," kata Maria Josephine, remaja berusia 22 tahun yang mengaku merupakan penggemar berat Lady Gaga.

Ia bersama dengan teman-teman kuliahnya khusus meluangkan waktu di tengah kuliah semester musim panas mereka untuk menjadi bagian dalam konser "kontroversial" itu.

Tidak tanggung-tanggung ia dan teman-temannya pun rela berdandan habis-habisan untuk meramaikan konser itu.

"Ini adalah modifikasi dari kostum Lady Gaga dalam MV Alejandro," kata gadis berambut biru itu merujuk pada gaun panjang wakna putih dengan simbol salib besar di dadanya.

Tidak hanya Josephine, teman-temannya juga tak mau kalah.

Setiap orang tidak peduli laki-laki atau perempuan sibuk tampil dengan pakaian terunik, yang membuat orang mengernyitkan kening dan bertanya-tanya bagaimana mereka bisa mengenakan pakaian-pakaian itu karena beberapa diantaranya tampak seperti dijahit pada kulit.

Josephine dan teman-temannya hanyalah sebagian kecil dari ribuan fans Stefani Joanne Angelina Germanotta atau yang lebih dikenal industri musik dunia sebagai Lady Gaga di Manila yang rela merogoh sekitar 500 dolar AS untuk selembar tiket kelas menengah ditengah kecaman meluas terhadap idolanya yang disebut-sebut sebagai penyebar ajaran setan.

"Dia hanya berbeda, tapi saya paham kenapa para pemimpin agama menolaknya," kata Lan Phuong (28), yang jauh-jauh datang dari Vietnam untuk menjadi saksi dari konser itu pascakonser.

Namun ia mengaku sangat terkejut saat melihat sikap Lady Gaga di panggung.

"Saya kira dia akan bersikap laiknya simbol seks atau pemberontak namun ternyata dia terlihat sangat manis. Sungguh berbeda dengan citra yang selama ini muncul di media," katanya
   
Lady Gaga bukan politisi, bukan sejarawan, bukan cendekiawan dan yang pasti bukan orang suci di mata sejumlah pihak yang menentangnya.  
   
Penyanyi dan pencipta lagu kelahiran Amerika Serikat itu bahkan dalam salah satu lagunya telah dengan jelas menyebut dirinya sebagai "holy fool" dan "fame-hooker".

Namun mencermati konser "The Born This Way Ball" yang digelar selama dua hari berturut-turut di salah satu pusat perbelanjaan megah di Manila pada 21-22 Mei tampak jelas bahwa "mother monster" itu lebih dari seorang seniman dan penampil yang berbakat.

Konsernya yang berlangsung selama lebih kurang 2,5 jam tersebut berbeda dari sekedar konser musik biasa.  
   
Dikemas dalam sebuah aksi teatrikal dengan karakter yang kuat, tata panggung kastil gothik abad pertengahan dengan simbol salib di sejumlah sisinya, lagu-lagu kontroversial, kostum adi busana yang riuh dan tarian yang cukup provokatif, "The Born This Way Ball" adalah sebuah misi. Misi untuk kebangkitan sebuah ras baru di dunia.

"The birth of a new race" adalah salah satu visi liar dari Lady Gaga yang selama beberapa waktu terakhir selalu disuarakan oleh penyanyi tersebut di berbagai kesempatan.

Tidak terkecuali di hadapan 20 ribu "little monsters" Filipina, sebuah negara Katolik Roma yang cukup sholeh.  
    
Sebelum melantunkan salah satu lagu hits-nya yang berjudul "Hair" penyanyi berusia 26 tahun itu kembali menegaskan hak untuk hidup bebas dan bahagia bagi siapapun.

Suatu sikap yang acap kali dimaknai sebagai dukungan luas bagi kelompok homoseksual, lesbian dan transgender.

"It's not about the music, it's not about anything, it's not about my clothes, it's not about having a hit record, it's the f***ing god**** truth that people in the world need to be free of who they are and be proud and feel valuable no matter where they are."  
(Ini bukan tentang musik, ini bukan tentang apapun, ini bukan tentang pakaian saya, ini bukan tentang memiliki album hits, tapi yang sesungguhnya warga dunia perlu bebas dan bangga menjadi dirinya sendiri siapapun juga mereka).

Untuk menyampaikan misinya tentang  kebebasan itu sang "Lady" tampil dalam sejumlah karakter sekaligus, ratu, pejuang, malaikat dan simbol seks masa lalu dalam balutan aneka kostum berwarna putih, kuning, merah dan hitam.

Dalam salah satu kesempatan, ia bahkan mengenakan gaun panjang --yang terlihat seperti busana tradisional Filipina-- yang membuatnya tampak seperti melayang.

Sebagaimana laiknya para penampil kelas dunia, Lady Gaga pun merasa perlu melakukan "grand-entrance" untuk mengawali "The Born This Way Ball" di Manila.

Ia muncul dari balik kastil gothik abad pertengahan dengan mengendarai kuda hitam dalam "Highway Unicorn"  untuk menyapa para "little monsters" yang telah tak sabar untuk menyaksikan idolanya setelah terlebih dahulu selama 45 menit "dipanaskan" oleh penampilan DJ papan atas asal Jerman, DJ Zedd.

Namun riuh rendah membahana di Mall of Asia Arena yang baru diresmikan beberapa hari sebelum pagelaran heboh itu ketika Lady Gaga membawakan "Government Hooker, Born this Way, Bad Romance, Judas dan Alejandro".  
 
Dengan irama yang menghentak dan tarian provokatif para dancer yang mengenakan stocking warna kulit sehingga tampak seakan-akan telanjang, Lady Gaga mengusung lagu kebangsaannya diiringi senandung ribuan penggemarnya yang rela menembus hujan dan macet Kota Manila demi sang idola.

Konser tersebut memang sepintas lalu terkesan terlalu banyak mengumbar kulit dan koreografi provokatif termasuk tarian penyanyi itu bersama salah seorang penarinya diatas sebuah motor besar yang dimodifikasi menjadi sebuah alat musik namun dibalik itu Lady Gaga memenuhi komitmennya untuk teguh dengan pandangan dan sikapnya.

Ia mengabaikan ancaman dari sejumlah pihak yang berjanji akan menangkapnya jika ia berani menyanyikan lagu "Judas dan Alejandro" yang dinilai melecehkan agama kristen dan para pemeluknya karena salah satu lirik dalam lagu-lagu itu dianggap menghina Yesus.

Namun sebagaimana sudah diduga Lady Gaga menolak untuk patuh.

          
          Kontroversi
    
Sejak kemunculannya di industri hiburan Amerika Serikat dengan dua lagu hits, "Poker Face dan Bad Romance",  Lady Gaga memang tak pernah lepas dari kontroversi.

Penyanyi yang juga pencipta lagu itu larut dalam riuh rendah "love and hate relationship" publik luas.

Saat di seluruh dunia terus bermunculan para "little monsters" pada kesempatan yang sama muncul jua gerakan meluas anti-Lady Gaga, yang rata-rata digalang oleh kelompok-kelompok yang mengatasnamakan kesucian agama.

Namun, pada akhirnya apapun sikap seseorang (entah membenci atau mencintainya), mereka tetap setia mengamati dan mengikuti gerak-gerik sang Lady, termasuk sejumlah anggota gerakan yang mengatasnamakan kesucian agama yang ikut menonton konser Lady Gaga dan menjadi bagian dari penikmat aksi panggung sang bintang.

Dan sebagai seseorang yang menyebut dirinya "haus popularitas" Lady Gaga sukses menjadi magnet dunia hiburan saat ini sehingga tidak heran ia dinobatkan sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia oleh sebuah majalah internasional, sejajar dengan para pemimpin negara yang memutuskan nasib seorang diktator sebuah negara di salah satu sudut dunia.

Namun sayangnya "The Born This Way Ball" terbilang tidak terlalu mulus di Asia. Rangkaian tur dunianya pertengahan tahun ini yang tersandung banyak permasalahan dengan izin di sejumlah negara Asia karena dinilai memandang sebelah mata terhadap norma setempat.

Tetapi setelah Korea Selatan mengkhususkan konser ibu para monster itu hanya untuk kelompok berusia 18 tahun ke atas dan Indonesia bimbang menentukan sikap maka justru Filipina salah satu negara Katolik Roma yang cukup kuat membuat kejutan dengan memberi kesempatan Lady Gaga unjuk gigi di salah satu mall terbesar di negeri itu. Tidak cukup satu kali bahkan dua kali di tengah-tengah meluasnya kecaman.

Dan Lady Gaga tampaknya sangat menghargai itu. Terbukti ia menumpahkan seluruh isi perasaannya terhadap "little monsters" di Manila.

"Saya adalah masa depan...saya adalah semua hal yang membuat kau sedih dan marah. Saya adalah kamu, little monsters. Malam ini bukan tentang membuat pernyataan. Malam ini adalah kita semua bersama-sama karena kita percaya kita semua `born this way".

Di lain kesempatan, Lady Gaga juga berkata bahwa, "sejumlah orang menilai saya sebagai pembawa citra buruk, namun yang sesungguhnya saya ingin yang terbaik bagi setiap orang...Penyanyi itu merujuk pada keinginannya mendorong persamaan hak bagi kelompok minoritas.

Secara keseluruhan di Manila Lady Gaga mengemas misinya dengan sangat profesional sehingga tidak heran jika kemudian para penikmat konser itu mengangguk setuju pada ide besar akan kebangkitan sebuah ras baru.

Apalagi penyanyi itu mampu menyampaikannya dalam balutan kualitas vokal yang memang layak diacungi jempol.

Namun terlepas dari semua itu terkait dengan kontroversi konser di Jakarta, dulu Indonesia pernah mengenal pribahasa Dimana Bumi Dipijak, Disitu Langit Dijunjung.

Mungkin pada suatu titik sang bintang juga harus berkompromi dengan bumi yang dipijak dan langit yang dijunjungnya.

(G003)

    
    

Pewarta: Gusti NC Aryani

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012