Surabaya (ANTARA Kalbar) - Perseroan Terbatas (PT) Bio Farma berencana sudah mulai memproduksi produk baru vaksin pentavalent pada akhir 2012 untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
Direktur Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Elvin Fajrul Jayasaputra, di Surabaya, Rabu (30/5) malam, mengatakan bahwa vaksin baru tersebut segera masuk fase ketiga uji klinis sebelum mendapatkan rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kementerian Kesehatan.
"Uji klinis fase ketiga dimulai pada bulan Juni dan berlangsung selama enam bulan. Kalau fase ketiga ini lolos uji klinis BPOM, pada akhir 2012 akan langsung kami launching," katanya usai menghadiri pembukaan Pertemuan Nasional Koordinasi Pelaksanaan Intensifikasi Imunisasi 2012.
Fajrul menjelaskan bahwa vaksin pentavalent berisi lima antigen sekaligus yang terdiri atas Difteri Tetanus Pertusis (DTP), Hepatitis B, dan Haemaphilus Influeanza tipe B (Hib), yang berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit meningitis dan pneumonia (radang selaput otak) pada balita.
"Dalam uji klinis fase pertama dan kedua hasilnya cukup bagus, yakni sekitar 94 persen dari vaksin itu mampu memberi proteksi pada tubuh," ujarnya.
Untuk tahap awal, vaksin pentavalent akan diproduksi untuk memenuhi pasar dalam negeri. Sementara untuk penjualan ke mancanegara harus menunggu pengakuan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Mungkin tahap awal 2013 diproduksi dulu 20 persen dari kebutuhan dalam negeri, kemudian ditingkatkan sampai 50--60 persen pada tahun 2014 dan mencapai 100 persen pada tahun 2015. Saat itu diharapkan sudah mendapatkan pengakuan dari WHO," kata Fajrul tanpa memerinci jumlah produksi yang direncanakan.
Hingga saat ini, BUMN bidang farmasi ini telah memproduksi 12 jenis vaksin yang mendapatkan pengakuan dari WHO, yakni OPV, measles 10 ds, DTP, DT, TT (vial), TT (Uniject), Hepatitis B (Uniject), DTP/Hepatitis B, measles 20 ds, mOPV1, bOPV (1,3), dan Td.
Menurut Fajrul, Bio Farma merupakan salah satu dari 24 perusahaan farmasi di dunia yang mendapatkan pengakuan dari WHO untuk memproduksi vaksin.
Dari total produksi Bio Farma yang mencapai satu miliar dosis vaksin, sekitar 40 persen untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan 60 persen kelebihannya diekspor ke 117 negara.
Selama 2011, perusahaan ini membukukan laba bersih sebesar Rp302 miliar, dengan komposisi pendapatan 30 persen dari penjualan produk di pasar dalam negeri dan 70 persen merupakan pasar ekspor.
Setelah vaksin pentavalent, Bio Farma juga sudah berancang-ancang memproduksi vaksin baru dalam dua tahun ke depan, yakni IPV Sabin (vaksin polio) pada tahun 2013 dan Rotavirus (vaksin diare) pada tahun 2014.
(D010)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Direktur Riset dan Pengembangan PT Bio Farma, Elvin Fajrul Jayasaputra, di Surabaya, Rabu (30/5) malam, mengatakan bahwa vaksin baru tersebut segera masuk fase ketiga uji klinis sebelum mendapatkan rekomendasi dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Kementerian Kesehatan.
"Uji klinis fase ketiga dimulai pada bulan Juni dan berlangsung selama enam bulan. Kalau fase ketiga ini lolos uji klinis BPOM, pada akhir 2012 akan langsung kami launching," katanya usai menghadiri pembukaan Pertemuan Nasional Koordinasi Pelaksanaan Intensifikasi Imunisasi 2012.
Fajrul menjelaskan bahwa vaksin pentavalent berisi lima antigen sekaligus yang terdiri atas Difteri Tetanus Pertusis (DTP), Hepatitis B, dan Haemaphilus Influeanza tipe B (Hib), yang berfungsi untuk pencegahan terhadap penyakit meningitis dan pneumonia (radang selaput otak) pada balita.
"Dalam uji klinis fase pertama dan kedua hasilnya cukup bagus, yakni sekitar 94 persen dari vaksin itu mampu memberi proteksi pada tubuh," ujarnya.
Untuk tahap awal, vaksin pentavalent akan diproduksi untuk memenuhi pasar dalam negeri. Sementara untuk penjualan ke mancanegara harus menunggu pengakuan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Mungkin tahap awal 2013 diproduksi dulu 20 persen dari kebutuhan dalam negeri, kemudian ditingkatkan sampai 50--60 persen pada tahun 2014 dan mencapai 100 persen pada tahun 2015. Saat itu diharapkan sudah mendapatkan pengakuan dari WHO," kata Fajrul tanpa memerinci jumlah produksi yang direncanakan.
Hingga saat ini, BUMN bidang farmasi ini telah memproduksi 12 jenis vaksin yang mendapatkan pengakuan dari WHO, yakni OPV, measles 10 ds, DTP, DT, TT (vial), TT (Uniject), Hepatitis B (Uniject), DTP/Hepatitis B, measles 20 ds, mOPV1, bOPV (1,3), dan Td.
Menurut Fajrul, Bio Farma merupakan salah satu dari 24 perusahaan farmasi di dunia yang mendapatkan pengakuan dari WHO untuk memproduksi vaksin.
Dari total produksi Bio Farma yang mencapai satu miliar dosis vaksin, sekitar 40 persen untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri dan 60 persen kelebihannya diekspor ke 117 negara.
Selama 2011, perusahaan ini membukukan laba bersih sebesar Rp302 miliar, dengan komposisi pendapatan 30 persen dari penjualan produk di pasar dalam negeri dan 70 persen merupakan pasar ekspor.
Setelah vaksin pentavalent, Bio Farma juga sudah berancang-ancang memproduksi vaksin baru dalam dua tahun ke depan, yakni IPV Sabin (vaksin polio) pada tahun 2013 dan Rotavirus (vaksin diare) pada tahun 2014.
(D010)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012