Bogor (ANTARA Kalbar) - Rektor Institut Pertanian Bogor Prof Herry Suhardiyanto berpendapat sebagai produsen utama minyak sawit mentah (CPO) dunia, Indonesia dan Malaysia seharusnya kompak mengendalikan harga.

"Saat ini harga CPO dikendalikan oleh Eropa. Padahal jika kita (Indonesia dan Malaysia) kompak, harga CPO bisa kita kendalikan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat," katanya melalui Kantor Humas IPB di Bogor, Jawa Barat, Minggu.

Rektor IPB menyampaikan itu setelah menandatangani nota kesepahaman dengan Pimpinan Universitas Sultan Zainal Abidin (UniSZa) Malaysia Dato Prof Alias Bin Daud di Kampus IPB Darmaga, pekan ini.

Pimpinan IPB yang ikut hadir menyaksikan penandatanganan  naskah tersebut di antaranya Dr Naresworo Nugroho, Prof Ahmad Sulaeman, dan drh Agus Setiono.

Indonesia dan Malaysia, kata Herry Suhardiyanto, adalah negara serumpun karena banyaknya kesamaan.

Jadi, sudah seharusnya bisa saling bekerja sama untuk  meningkatkan kesejahteraan rakyatnya," katanya.

Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian dan Bioteknologi UnisZA Prof Mat bin Zakaria memaparkan maksud dan tujuan mereka dalam kunjungannya ke IPB.

Ia menjelaskan bahwa UniSZa memiliki sebuah ladang yang berada di Trengganu.

"Kami berharap, IPB bisa membantu mengelola ladang tersebut untuk kemajuan akademik di UniSZA," katanya.

Menanggapi keinginan UniSZa, Dekan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB  Dr Sam Herodian mengusulkan dalam mengelola ladang tersebut bisa menggunakan mekanisasi pertanian.

(A035)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012