Pontianak (ANTARA Kalbar) - Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya mengatakan, adanya fasilitas jobber di Sanggau itu maka biaya dan waktu yang dibutuhkan dalam distribusi BBM akan berkurang dan hal ini merupakan peningkatan efisiensi distribusi BBM.

Saat ini, katanya, guna menghadapi krisis itu Pertamina membangun terminal darurat di Sanggau yang kelayakan dan keamanannya tidak memadai. Selama penggunaan terminal darurat yang berjarak 97 kilometer ke Sintang itu Pertamina mengeluarkan Rp2-3 miliar per bulan karena menggunakan tangki minyak tambahan dan lamanya tongkang minyak bermesin bersandar.

 Untuk tahun ini, pendangkalan sungai sudah terjadi mulai April dan diperkirakan akan selesai pada Agustus.

"Kalau di terminal darurat ini pembongkaran minyak dari tongkang membutuhkan tiga hari, sementara di jobber pembongkaran hanya berlangsung enam jam," katanya.

Dikatakannya, jika jobber sudah beroperasi maka stok minyak di Sintang bakal aman karena tersedia selama 25 hari. Itu pun jika kilang minyak di Sintang yang memiliki kapasitas 20.000 kiloliter dan kilang di jobber yang berkasitas 10.000 kiloliter hanya terpenuhi 50 hingga 60 persen.  

"Ini depo yang penting bagi Kalbar. Kalu sudah beroperasi dengan baik maka distribusi BBM untuk setengah Kalbar aman," katanya menambahkan.

Pertamina sudah berupaya dalam memperkuat ketahanan energi di sebagian wilayah Kalbar tersebut, karena itu pihak terkait diharapkan juga menunjukkan partisipasinya agar krisis energi itu tidak selalu terulang setiap tahun, kata Hanung.

(A023)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012