Jakarta (ANTARA Kalbar) - Kementerian Perindustrian menduga ada pihak-pihak tertentu yang menyembunyikan pasokan kedelai, sehingga permintaan bertambah dan harga kedelai kian merangkak naik.

"Seharusnya masih ada sisa jika kita impor (misalnya,red) 10 ton. Yang menjadi permasalahan adalah tidak ada yang tahu kemana pasokan itu disembunyikan," kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian Euis Saedah pada peresmian Pameran Batik Warisan Budaya V di Jakarta, Selasa.

Euis mengatakan Indonesia telah mengimpor 1,6 juta ton, sementara produksi dalam negeri hanya 600.000 ton . Namun pihak koperasi tidak mengetahui pasokan tersebut disimpan.

Dia mengatakan pihaknya masih mendalami alasan dibalik penimbunan pasokan kedelai tersebut.

"Kalo memang alasannya karena cuaca buruk, tidak seperti itu mekanismenya," kata dia.

Euis menilai koperasi tempe dan tahu butuh penyangga dalam menjamin pasokan, seperti Perum Bulog.

"Peran Bulog memang sangat dibutuhkan untuk menyangga pasokan dan itu yang diharapkan oleh koperasi tahu dan tempe," katanya.

Dia menjelaskan sebanyak 70 persen kedelai digunakan untuk bahan baku tempe dan sebanyak 30 persen untuk bahan baku lain, seperti susu kedelai.

Pihaknya menemukan ada dua jenis tempe yang dijual di pasaran, yakni tempe dengan kualitas bagus seharga Rp12 ribu per kilogram dengan tempe yang seharga Rp5 ribu per kilogram.

Dia menduga tempe  seharga Rp8 ribu yang umumnya dijual di pasaran itu adalah campuran tempe dengan permukaan mulus dan berlubang..

"Tempe yang berlubang itu untuk pakan ternak. Karena harga tempe yang kian mahal jadi terpaksa para produsen mencampurnya," katanya.

(SDP-54)

Pewarta:

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012