Jakarta (ANTARA Kalbar) - Koordinator Program Mitigasi Konflik Monyet ekor panjang "International Animal Rescue" Indonesia Diaz Sari Pusparini mengatakan sebanyak 115 monyet ekor panjang dari lima kelompok besar tinggal di kawasan Hutan Angke Kapuk Jakarta.
"Berdasarkan laporan kegiatan monitoring konflik Monyet ekor panjang per September 2012, sebanyak 92 monyet ekor panjang tinggal di kawasan konservasi Hutan Ange Kapuk dan 23 tinggal di luar kawasan konservasi," kata Diaz Sari Pusparini saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut Diaz, populasi monyet ekor panjang pada 2012 menurun sebanyak 34 jika dibandingkan dengan data pada 2011.
Ia mengungkapkan saat manusia harus hidup berdampingan dengan satwa liar, maka akan berpotensi menimbulkan konflik anta keduanya.
"Yang disebut konflik di sini, bukan hanya yang merugikan manusia tetapi kerugian terhadap satwa liar di habitatnya sendiri," kata dia.
Ia menjelaskan, efek yang akan timbul terhadap satwa liar antara lain hilangnya habitat alaminya, hilang perilaku alaminya dan yang lebih fatal adalah hilangnya nyawa satwa.
"Kebiasaan warga sekitar kawasan Hutan Angke Kapuk Jakarta memberi makan kepada secara perlahan membunuh monyet ekor panjang karena akan membuat mereka kehilangan keterampilan untuk bertahan hidup di alam," ujar dia.
Oleh sebab itu IAR Indonesia sebagai salah satu Organisasi Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang penyelamatan, rehabilitasi dan pelepasliaran jenis primata bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia mengajak semua lapisan masyarakat untuk berhenti memberi makan pada monyet ekor panjang.
Menurut dia, dalam program penanganan konflik monyet ekor panjang di kawasan Hutan Angke Kapuk, maka diadakan sosialisasi, edukasi dan penyadaran mengenai konflik monyet ekor panjang yang terjadi di kawasan tersebut.
Ia menjelaskan Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk memiliki 3 kelompok monyet ekor panjang yang tersebar di Pos 2, Pos 3 dan Pos 4. Keberadaan monyet ekor panjang ini mengundang warga sekitar untuk berinteraksi dengan kelompok-kelompok tersebut yaitu memberi makan.
"Menurut hasil laporan monitoring konflik monyet ekor panjang, lokasi Hutan Lindung ini rutin didatangi warga sekitar setiap sore untuk memberi makan pada kelompok monyet ekor panjang," ujar dia.
(A063)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
"Berdasarkan laporan kegiatan monitoring konflik Monyet ekor panjang per September 2012, sebanyak 92 monyet ekor panjang tinggal di kawasan konservasi Hutan Ange Kapuk dan 23 tinggal di luar kawasan konservasi," kata Diaz Sari Pusparini saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Menurut Diaz, populasi monyet ekor panjang pada 2012 menurun sebanyak 34 jika dibandingkan dengan data pada 2011.
Ia mengungkapkan saat manusia harus hidup berdampingan dengan satwa liar, maka akan berpotensi menimbulkan konflik anta keduanya.
"Yang disebut konflik di sini, bukan hanya yang merugikan manusia tetapi kerugian terhadap satwa liar di habitatnya sendiri," kata dia.
Ia menjelaskan, efek yang akan timbul terhadap satwa liar antara lain hilangnya habitat alaminya, hilang perilaku alaminya dan yang lebih fatal adalah hilangnya nyawa satwa.
"Kebiasaan warga sekitar kawasan Hutan Angke Kapuk Jakarta memberi makan kepada secara perlahan membunuh monyet ekor panjang karena akan membuat mereka kehilangan keterampilan untuk bertahan hidup di alam," ujar dia.
Oleh sebab itu IAR Indonesia sebagai salah satu Organisasi Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang penyelamatan, rehabilitasi dan pelepasliaran jenis primata bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia mengajak semua lapisan masyarakat untuk berhenti memberi makan pada monyet ekor panjang.
Menurut dia, dalam program penanganan konflik monyet ekor panjang di kawasan Hutan Angke Kapuk, maka diadakan sosialisasi, edukasi dan penyadaran mengenai konflik monyet ekor panjang yang terjadi di kawasan tersebut.
Ia menjelaskan Kawasan Hutan Lindung Angke Kapuk memiliki 3 kelompok monyet ekor panjang yang tersebar di Pos 2, Pos 3 dan Pos 4. Keberadaan monyet ekor panjang ini mengundang warga sekitar untuk berinteraksi dengan kelompok-kelompok tersebut yaitu memberi makan.
"Menurut hasil laporan monitoring konflik monyet ekor panjang, lokasi Hutan Lindung ini rutin didatangi warga sekitar setiap sore untuk memberi makan pada kelompok monyet ekor panjang," ujar dia.
(A063)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012