Bogor (ANTARA Kalbar) - Staf pengajar Institut Pertanian Bogor Dr Ir Ricky Avenzora, menyatakan tidak salah jika banyak pihak menginginkan IPB mampu menjadi "kompas" nya pembangunan pertanian di Indonesia.

"Sama halnya tidak salah jika banyak pihak yang mempertanyakan eksistensi IPB dalam beberapa dekade belakangan ini," katanya di Bogor, Jawa Barat, Rabu.

Memberikan pandangan menjelang pelaksanaan pemilihan rektor di IPB, ia mengemukakan bahwa semakin banyak perhatian khalayak umum terhadap IPB, maka itu berarti di satu sisi harus bisa dimaknai dan diterima sebagai wujud cinta kasih masyarakat terhadap IPB.

"Sedangkan di sisi lain tentu juga harus bisa disadari bahwa itu sebagai dorongan bagi IPB untuk terus berbenah diri," katanya.

Terkait perspektif khalayak umum yang menyatakan IPB "gagal" membuat terobosan dan program, ia menilai sebagai pandangan yang sah saja.

"Namun saya kira masalah utamanya adalah bukan pada program. Jika IPB saat ini dipandang sedang berada dalam ruang 'kegagalan', maka itu sesungguhnya adalah juga merupakan cermin seluruh institusi pendidikan tinggi di Indonesia," kata doktor lulusan Universitas Goettingen, Jerman itu.

Karena itu, kata dia, yang gagal bukan hanya IPB, melainkan hampir seluruh institusi pendidikan tinggi di negeri ini sedang berada dalam "ruang kegagalan" dan bahkan ibarat sedang "di ujung tanduk".

Menurut dia, jika hanya berbicara perihal program, maka itu sesungguhnya adalah masalah yang sangat kecil dan bahkan sepele.

"Bagi para ahli perencanaan, membuat suatu program yang baik, benar dan mumpuni serta terukur adalah hanya ibarat makan kacang goreng, sedangkan bagi para 'marketer' program malah hanya dianggap sejenis prospektus yang bisa diganti tiap hari dan bahkan dibuang setiap saat," katanya.

    Harkat Pendidikan

Menurut dia, jika semua sepakat untuk menggunakan terminologi "gagal", maka kegagalan institusi pendidikan tinggi di Indonesia saat ini --tentunya termasuk IPB yang sedang menjadi soroton publik-- adalah kegagalan dalam menegakkan harkat pendidikan secara utuh.

"Inilah yang menjadi sumber utama dari berbagai 'kegagalan' yang sedang dialami banyak perguruan tinggi di Indonesia saat ini," katanya menegaskan.

Selama hal mendasar tersebut tidak disadari bersama, katanya, maka berbagai program yang dipertanyakan tersebut hanya akan menjadi prospektus di tangan para "marketer".

Ia mengatakan, sesungguhnya bukan hanya puluhan tapi ratusan ahli perencana ada di IPB, di antara puluhan ribu ahli perencana di seluruh perguruan tinggi di Indonesia.

Namun selama ini mereka semua seperti mandul di institusi pendidikan mereka sendiri karena lebih banyak berkarya di luar.

(A035)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012