Jepara (ANTARA Kalbar) - Asosiasi Pengelolaan Rajungan Indonesia (APRI) menebar 100 ribu benih rajungan di perairan Laut Jepara, Jawa Tengah, Selasa.

"Penebaran benih rajungan ini adalah 'restocking' dan itu dilakukan dalam upaya pelestarian, sehingga jumlah di alam yang  berkurang bisa dijaga," kata Direktur Eksekutif APRI Arie Prabawa di sela-sela kegiatan tersebut.

Pelepasan benih itu juga diikuti peneliti dan mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro, masyarakat nelayan Demak dan Jepara, unsur Pemkab Jepara, Gladi Hardiyanto dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) serta Christo Hutabarat dari "Sustainable Fisheries Partnership", LSM internasional yang menjadi mitra APRI.

Ia menjelaskan, kegiatan tersebut adalah kerja sama antara APRI, Balai Besar Pengembangan Budi Daya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Undip, dan mitra nelayan rajungan di kawasan tersebut dan sekitarnya.

Rajungan sebagai salah satu komoditas perikanan yang penting bagi sebagian masyarakat dan nelayan di Indonesia, katanya, hingga tahun 2011 telah menghasilkan devisa sebesar 268 juta dolar AS atau berada di urutan ketiga setelah tuna dan udang.

Tidak kurang dari 65 ribu nelayan kecil terlibat dalam penangkapan rajungan di Indonesia dan lebih dari 13 ribu tenaga pengupas rajungan yang mayoritas wanita dan keluarga nelayan bekerja di industri pengolahan komoditas ini.

Menyadari pentingnya kelestarian usaha pengelolaan rajungan bagi sebagian masyarakat Indonesia, kata dia, APRI menjalin kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mengupayakan perbaikan pengelolaan perikanan rajungan yang menuju lestari dan berkelanjutan dalam sebuah kegiatan yang disebut "fisheries improvement project" (FIP).

Dalam kegiatan FIP itu, katanya, APRI menjalin kerja sama dengan pemangku kepentingan dari pemerintah, perguruan tinggi, LSM, masyarakat nelayan, ilmuwan mancanegara untuk mengadakan berbagai kegiatan.

Kegiatan itu diantaranya penyusunan rancangan pengelolaan perikanan rajungan, pemacuan stok (stock enhancement), pengkajian stok (stock assessment) dan "community pilot project".

"Penebaran rajungan hari ini adalah kegiatan penting pemacuan stok," katanya dan menambahkan bila dijaga dengan baik diyakini dari 100 ribu benih yang ditebar dapat menghasilkan 5 sampai 10 ton rajungan bernilai ekonomi tinggi dalam empat bulan ke depan.

Sementara itu, Christo Hutabarat mendukung upaya "restocking" itu sebagai bagian yang memang punya tujuan pelestarian, selain manfaat ekonominya.

Ia juga sepakat dibandingkan dengan pembenihan di kolam maupun tambak yang berdasarkan penelitian Undip banyak terjadi kanibalisasi, maka "restocking" adalah pilihan yang lebih pas saat ini.

"Mudahan-mudahan upaya ini merupakan jalan menuju arah sertifikasi ekolabel dari produk komoditas perikanan Indonesia yang diminta para pembeli dari mancanegara, khususnya Amerika Serikat," katanya. 

(A035)

Pewarta:

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012