Berlin (ANTARA Kalbar/Dw.de) - Lelaki dengan lemak berlebihan di sekitar perut memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung dan diabetes tipe 2. Kini periset menambahkan osteoporosis ke dalam potensi penyakit.
Lebih dari 37 juta lelaki di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 20 tahun tergolong gemuk menurut Pusat Statistik Kesehatan Nasional. Sementara obesitas dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, asma, gangguan pernafasan saat tidur dan penyakit sendi.
Sementara selama ini diyakini bahwa lelaki yang kegemukan berisiko rendah terkena penyakit osteoporosis. "Tidak benar," tegas Dr. Miriam Bredella, seorang radiolog dan profesor di Sekolah Medis Harvard. "Semua orang mengira kerapuhan tulang sebagai penyakit perempuan. Penelitian selama ini fokus kepada perempuan, dan lelaki dipandang bebas risiko. Kami terutama ingin meneliti lelaki muda."
Bredella dan tim perisetnya mengevaluasi 35 lelaki tambun dengan usia rata-rata 34 dan indeks massa tubuh (BMI) rata-rata 36,5.
Mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok dengan penderita lemak subkutan atau lemak di bawah jaringan kulit dan tersebar di seluruh tubuh. Satu kelompok lagi terdiri dari penderita lemak mendalam atau dalam perut yang terletak dalam jaringan otot pada rongga perut.
Lemak mendalam lebih berbahaya
Lemak mendalam yang menyebabkan perut buncit bahkan pada orang kurus ternyata lebih berbahaya karena lemak terletak diantara organ bagian dalam dan terkait erat dengan penyakit jantung. Faktor genetika, diet tinggi lemak dan gaya hidup tanpa olahraga berkontribusi terhadap lemak mendalam.
"Yang paling mengejutkan kami adalah ternyata lelaki dengan lemak mendalam memiliki tulang yang lebih rapuh ketimbang kelompok lelaki dengan lemak subkutan. Para lelaki ini berada pada tingkat obesitas dan kelompok usia yang sama," jelas Bredella.
Dalam penelitian, para lelaki melalui 'CT scan' atau tomografi terkomputasi pada perut dan paha untuk menghitung massa lemak dan otot, serta CT resolusi tinggi pada lengan bawah. Kekuatan tulang ikut dinilai untuk memprediksi risiko keretakan tulang menggunakan sebuah teknik yang disebut analisa elemen terbatas (FEA) yang digunakan dalam teknik mesin untuk menentukan kekuatan material untuk desain jembatan dan pesawat.
Penelitian menemukan bahwa tulang pada kelompok lemak mendalam dua kali lebih rapuh daripada kelompok lemak subkutan atau lemak di sekujur tubuh. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa massa otot terkait secara positif dengan kekuatan tulang.
Kekurangan penelitian
Profesor Bredella menyatakan skala studinya terbatas pada kecanggihan dan biaya alat pencitraan yang digunakan untuk memprediksi risiko. Sejak studi yang pertama, ia telah mengevaluasi 30 lelaki lainnya dengan metode yang sama, dan hasilnya tetap sama.
Tampaknya ada 2 alasan utama mengapa lemak mendalam dapat berujung pada osteoporosis, menurut Bredella. Alasan pertama, semua orang dengan lemak mendalam mensekresikan lebih sedikit hormon pertumbuhan yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang. Alasan kedua adalah lemak mendalam mensekresikan molekul-molekul tertentu yang mengakibatkan peradangan yang membuat tulang rapuh.
Sekresi molekul-molekul ini dan dampaknya terhadap tubuh menjadi fokus riset Bredella berikutnya.
(CP/VLZ /Rtr)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012
Lebih dari 37 juta lelaki di Amerika Serikat yang berusia lebih dari 20 tahun tergolong gemuk menurut Pusat Statistik Kesehatan Nasional. Sementara obesitas dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, asma, gangguan pernafasan saat tidur dan penyakit sendi.
Sementara selama ini diyakini bahwa lelaki yang kegemukan berisiko rendah terkena penyakit osteoporosis. "Tidak benar," tegas Dr. Miriam Bredella, seorang radiolog dan profesor di Sekolah Medis Harvard. "Semua orang mengira kerapuhan tulang sebagai penyakit perempuan. Penelitian selama ini fokus kepada perempuan, dan lelaki dipandang bebas risiko. Kami terutama ingin meneliti lelaki muda."
Bredella dan tim perisetnya mengevaluasi 35 lelaki tambun dengan usia rata-rata 34 dan indeks massa tubuh (BMI) rata-rata 36,5.
Mereka dibagi menjadi 2 kelompok. Satu kelompok dengan penderita lemak subkutan atau lemak di bawah jaringan kulit dan tersebar di seluruh tubuh. Satu kelompok lagi terdiri dari penderita lemak mendalam atau dalam perut yang terletak dalam jaringan otot pada rongga perut.
Lemak mendalam lebih berbahaya
Lemak mendalam yang menyebabkan perut buncit bahkan pada orang kurus ternyata lebih berbahaya karena lemak terletak diantara organ bagian dalam dan terkait erat dengan penyakit jantung. Faktor genetika, diet tinggi lemak dan gaya hidup tanpa olahraga berkontribusi terhadap lemak mendalam.
"Yang paling mengejutkan kami adalah ternyata lelaki dengan lemak mendalam memiliki tulang yang lebih rapuh ketimbang kelompok lelaki dengan lemak subkutan. Para lelaki ini berada pada tingkat obesitas dan kelompok usia yang sama," jelas Bredella.
Dalam penelitian, para lelaki melalui 'CT scan' atau tomografi terkomputasi pada perut dan paha untuk menghitung massa lemak dan otot, serta CT resolusi tinggi pada lengan bawah. Kekuatan tulang ikut dinilai untuk memprediksi risiko keretakan tulang menggunakan sebuah teknik yang disebut analisa elemen terbatas (FEA) yang digunakan dalam teknik mesin untuk menentukan kekuatan material untuk desain jembatan dan pesawat.
Penelitian menemukan bahwa tulang pada kelompok lemak mendalam dua kali lebih rapuh daripada kelompok lemak subkutan atau lemak di sekujur tubuh. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa massa otot terkait secara positif dengan kekuatan tulang.
Kekurangan penelitian
Profesor Bredella menyatakan skala studinya terbatas pada kecanggihan dan biaya alat pencitraan yang digunakan untuk memprediksi risiko. Sejak studi yang pertama, ia telah mengevaluasi 30 lelaki lainnya dengan metode yang sama, dan hasilnya tetap sama.
Tampaknya ada 2 alasan utama mengapa lemak mendalam dapat berujung pada osteoporosis, menurut Bredella. Alasan pertama, semua orang dengan lemak mendalam mensekresikan lebih sedikit hormon pertumbuhan yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang. Alasan kedua adalah lemak mendalam mensekresikan molekul-molekul tertentu yang mengakibatkan peradangan yang membuat tulang rapuh.
Sekresi molekul-molekul ini dan dampaknya terhadap tubuh menjadi fokus riset Bredella berikutnya.
(CP/VLZ /Rtr)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2012