Bogor (ANTARA Kalbar) - Islam membumi dan mengakar kuat di Indonesia delapan abad terakhir karena dipengaruhi pendekatan tepat penyebarannya oleh ulama Nusantara sejak zaman dahulu hingga sekarang, karena akulturasi budaya.
"Tanpa adanya pendekatan kesenian dan kebudayaan, Islam tidak akan mengakar kuat di Indonesia. Sejak awal kehadirannya, Islam dapat beradaptasi sekaligus mampu hidup berdampingan dengan budaya-budaya lokal Nusantara," kata Pengurus Pusat Ikatan Sarjana NU (ISNU) Ifan Haryanto di Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Berkat pendekatan akulturasi budaya tersebut, kata doktor lulusan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, Islam dapat menyebar dengan damai dan diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk dan pemuka adat di seantero nusantara.
"Apa yang telah dicapai orang tua kita pada masa silam berupa penyebaran Islam dengan cara dan pendekatan yang tepat, perlu terus kita lestarikan. Termasuk di antaranya melestarikan ajaran dan kebudayaan yang mereka wariskan," katanya.
Ia mengatakan, perlu pendekatan baru dalam mengemas pesan-pesan dakwah, termasuk menyiarkan kesenian tradisional Islam.
"Bila pada puluhan tahun silam, dakwah hanya didominasi ustadz-ustadz tamatan pesantren dengan pendekatan sangat sederhana, namun saat ini perlu dimodifikasi," kata mantan Sekretaris Tanfidzyah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Inggris raya itu.
Selain harus menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat perkotaan, kata dia, dakwah juga harus bisa memanfaatkan berbagai teknologi informasi yang ada.
Apresiasi
Oleh karena itu, Ifan mengapresiasi kegiatan "Festival Rebana dan Gebyar Shalawat dan Maulid Nabi SAW" yang digagas Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) IPB, pada akhir tahun 2012 di Graha Widya Wisuda, kampus IPB Darmaga.
"Hal inilah mengapa kegiatan Festival Rebana dan Maulid Nabi SAW di IPB sangat penting, karena masyarakat kampus memegang peran besar di tengah masyarakat," katanya.
Kegiatan bertema "Gebyar Shalawat Cinta Rasul Untuk Melestarikan Tradisi Rebana dan Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah" itu diprakarsai KMNU IPB, yang didukung penuh Direktorat Kemahasiswaan IPB, serta melibatkan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA sebagai "media partner".
Selain diisi dengan pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW, tahlil dan "simtud duror" yang dipimpin oleh Al-Habib Hasan bin Abdul Qodir Al-Athas dari Kramat Empang, kegiatan yang melibatkan kalangan habaib dan alim ulama se-Bogor tersebut juga dirangkai dengan Festival Rebana se-Bogor Raya, diikuti 15 tim.
"Sungguh di luar dugaan, IPB menyelenggarakan kegiatan seperti ini. Ini kegiatan Maulid Nabi pertama yang saya ikuti di IPB. Semoga ke depan kegiatan seperti ini dapat terus dilangsungkan di IPB," kata Habib Hasan.
Direktur Kemahasiswaan IPB Dr Rimbawan mengatakan, kegiatan tersebut sebagai syiar Islam yang perlu didukung penuh.
"Kegiatan ini tidak hanya sekedar lomba atau kreativitas mahasiswa, namun juga wujud syiar dan kepedulian terhadap pelestarian seni tradisional Islam," katanya.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Tanpa adanya pendekatan kesenian dan kebudayaan, Islam tidak akan mengakar kuat di Indonesia. Sejak awal kehadirannya, Islam dapat beradaptasi sekaligus mampu hidup berdampingan dengan budaya-budaya lokal Nusantara," kata Pengurus Pusat Ikatan Sarjana NU (ISNU) Ifan Haryanto di Bogor, Jawa Barat, Minggu.
Berkat pendekatan akulturasi budaya tersebut, kata doktor lulusan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB) ini, Islam dapat menyebar dengan damai dan diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk dan pemuka adat di seantero nusantara.
"Apa yang telah dicapai orang tua kita pada masa silam berupa penyebaran Islam dengan cara dan pendekatan yang tepat, perlu terus kita lestarikan. Termasuk di antaranya melestarikan ajaran dan kebudayaan yang mereka wariskan," katanya.
Ia mengatakan, perlu pendekatan baru dalam mengemas pesan-pesan dakwah, termasuk menyiarkan kesenian tradisional Islam.
"Bila pada puluhan tahun silam, dakwah hanya didominasi ustadz-ustadz tamatan pesantren dengan pendekatan sangat sederhana, namun saat ini perlu dimodifikasi," kata mantan Sekretaris Tanfidzyah Pengurus Cabang Istimewa (PCI) NU Inggris raya itu.
Selain harus menyesuaikan dengan tuntutan masyarakat perkotaan, kata dia, dakwah juga harus bisa memanfaatkan berbagai teknologi informasi yang ada.
Apresiasi
Oleh karena itu, Ifan mengapresiasi kegiatan "Festival Rebana dan Gebyar Shalawat dan Maulid Nabi SAW" yang digagas Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) IPB, pada akhir tahun 2012 di Graha Widya Wisuda, kampus IPB Darmaga.
"Hal inilah mengapa kegiatan Festival Rebana dan Maulid Nabi SAW di IPB sangat penting, karena masyarakat kampus memegang peran besar di tengah masyarakat," katanya.
Kegiatan bertema "Gebyar Shalawat Cinta Rasul Untuk Melestarikan Tradisi Rebana dan Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah" itu diprakarsai KMNU IPB, yang didukung penuh Direktorat Kemahasiswaan IPB, serta melibatkan Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA sebagai "media partner".
Selain diisi dengan pembacaan maulid Nabi Muhammad SAW, tahlil dan "simtud duror" yang dipimpin oleh Al-Habib Hasan bin Abdul Qodir Al-Athas dari Kramat Empang, kegiatan yang melibatkan kalangan habaib dan alim ulama se-Bogor tersebut juga dirangkai dengan Festival Rebana se-Bogor Raya, diikuti 15 tim.
"Sungguh di luar dugaan, IPB menyelenggarakan kegiatan seperti ini. Ini kegiatan Maulid Nabi pertama yang saya ikuti di IPB. Semoga ke depan kegiatan seperti ini dapat terus dilangsungkan di IPB," kata Habib Hasan.
Direktur Kemahasiswaan IPB Dr Rimbawan mengatakan, kegiatan tersebut sebagai syiar Islam yang perlu didukung penuh.
"Kegiatan ini tidak hanya sekedar lomba atau kreativitas mahasiswa, namun juga wujud syiar dan kepedulian terhadap pelestarian seni tradisional Islam," katanya.
(A035)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013