Pontiana (ANTARA Kalbar) - Puluhan pemilik dan nakhoda kapal motor penumpang dari Demaga Pasar Kapuas Besar Pontianak tujuan perhuluan Kabupaten Kubu Raya dan Landak mengeluhkan sulitnya membeli bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi.
"Sudah hampir dua tahun ini kami terpaksa membeli solar di tingkat pengecer dengan harga Rp7 ribu/liter sehingga berdampak pada penghasilan kami yang semakin berkurang," kata nakhoda atau motoris KM Apa Kabar, Mahmud (42) warga Desa Lingga, Kabupaten Kubu Raya di Dermaga Pasar Kapuas Besar Pontianak, Kamis.
Mahmud menjelaskan, sebelumnya mereka membeli solar bersubsidi di SPBU Terapung yang jaraknya sekitar 200 meter atau berseberangan dengan Dermaga Pasar Kapuas Pontianak.
"Tetapi sekarang kami tidak bisa lagi membeli solar di SPBU Terapung itu, dengan alasan kuota tidak cukup," ujarnya.
Akibatnya, pihaknya terpaksa membeli solar di tingkat pengecer dengan harga Rp7 ribu/liter, padahal di SPBU Terapung harga solar hanya Rp4.800/liter, katanya.
"Selain harga solar yang tinggi, untuk mendapatkan solar juga sulit. Akibatnya penghasilan kami dalam sehari turun dratis, yang kini tinggal Rp400 ribu - Rp500 ribu/hari belum dipotong untuk pembelian solar sebanyak 50 liter atau seharga Rp350 ribu untuk pulang dan pergi," ungkap Mahmud.
Dalam kesempatan itu, Mahmud mempertanyakan, komitmen pemilik SPBU Terapung yang berjanji akan menjual solar bersubsidi kepada mereka.
"Oktober 2012, kami sudah diminta surat keterangan kepemilikan KM penumpang oleh pemilik SPBU Terapung untuk diajukan penambahan kuota solar bersubsidi ke Pertamina, tetapi hingga kini kami masih tetap tidak dapat jatah pembelian," ungkapnya.
Hal senada juga diakui oleh, Herianto Ripai pemilik KM Mutiara tujuan Pontianak-Kubu Raya dan Landak pulang dan pergi. "Kami minta pihak SPBU Terapung tetap menyediakan penjualan solar bagi KM penumpang yang jumlahnya tinggal 20 unit tersebut," ujarnya.
Menurut dia, lengkap sudah penderitaan mereka, selain sudah sulit mencari penumpang untuk transportasi melalui sungai akibat semakin majunya transportasi melalui darat. "Kami juga dihadapkan dengan sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi," katanya.
Herianto menambahkan, kalau permasalahan mereka tidak cepat di respon oleh PT Pertamina Perwakilan Kalimantan Barat, dia yakin, tidak lama lagi akan lebih banyak pemilik jasa transportasi sungai yang akan "gulung tikar" karena selalui merugi.
"Kami dalam waktu dekat akan menyampaikan surat terkait sulitnya mendapatkan solar bersubsidi ke Pertamina, Komisi C DPRD, Pemerintah Provinsi Kalbar, dan ke Pertamina pusat," ujarnya.
KM jurusan Pontianak-Kubu Raya hingga ke Landak, merupakan jasa transportasi sungai yang menghubungkan desa-desa yang berada di sepanjang pinggiran sungai di Provinsi Kalbar.
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Sudah hampir dua tahun ini kami terpaksa membeli solar di tingkat pengecer dengan harga Rp7 ribu/liter sehingga berdampak pada penghasilan kami yang semakin berkurang," kata nakhoda atau motoris KM Apa Kabar, Mahmud (42) warga Desa Lingga, Kabupaten Kubu Raya di Dermaga Pasar Kapuas Besar Pontianak, Kamis.
Mahmud menjelaskan, sebelumnya mereka membeli solar bersubsidi di SPBU Terapung yang jaraknya sekitar 200 meter atau berseberangan dengan Dermaga Pasar Kapuas Pontianak.
"Tetapi sekarang kami tidak bisa lagi membeli solar di SPBU Terapung itu, dengan alasan kuota tidak cukup," ujarnya.
Akibatnya, pihaknya terpaksa membeli solar di tingkat pengecer dengan harga Rp7 ribu/liter, padahal di SPBU Terapung harga solar hanya Rp4.800/liter, katanya.
"Selain harga solar yang tinggi, untuk mendapatkan solar juga sulit. Akibatnya penghasilan kami dalam sehari turun dratis, yang kini tinggal Rp400 ribu - Rp500 ribu/hari belum dipotong untuk pembelian solar sebanyak 50 liter atau seharga Rp350 ribu untuk pulang dan pergi," ungkap Mahmud.
Dalam kesempatan itu, Mahmud mempertanyakan, komitmen pemilik SPBU Terapung yang berjanji akan menjual solar bersubsidi kepada mereka.
"Oktober 2012, kami sudah diminta surat keterangan kepemilikan KM penumpang oleh pemilik SPBU Terapung untuk diajukan penambahan kuota solar bersubsidi ke Pertamina, tetapi hingga kini kami masih tetap tidak dapat jatah pembelian," ungkapnya.
Hal senada juga diakui oleh, Herianto Ripai pemilik KM Mutiara tujuan Pontianak-Kubu Raya dan Landak pulang dan pergi. "Kami minta pihak SPBU Terapung tetap menyediakan penjualan solar bagi KM penumpang yang jumlahnya tinggal 20 unit tersebut," ujarnya.
Menurut dia, lengkap sudah penderitaan mereka, selain sudah sulit mencari penumpang untuk transportasi melalui sungai akibat semakin majunya transportasi melalui darat. "Kami juga dihadapkan dengan sulitnya mendapatkan BBM bersubsidi," katanya.
Herianto menambahkan, kalau permasalahan mereka tidak cepat di respon oleh PT Pertamina Perwakilan Kalimantan Barat, dia yakin, tidak lama lagi akan lebih banyak pemilik jasa transportasi sungai yang akan "gulung tikar" karena selalui merugi.
"Kami dalam waktu dekat akan menyampaikan surat terkait sulitnya mendapatkan solar bersubsidi ke Pertamina, Komisi C DPRD, Pemerintah Provinsi Kalbar, dan ke Pertamina pusat," ujarnya.
KM jurusan Pontianak-Kubu Raya hingga ke Landak, merupakan jasa transportasi sungai yang menghubungkan desa-desa yang berada di sepanjang pinggiran sungai di Provinsi Kalbar.
(A057)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013