Nunukan (Antara Kalbar) - Sekitar 600-an warga negara Indonesia (WNI) yang bekerja di ladang perkebunan kelapa sawit diungsikan atau diamankan ke tempat yang aman terkait gejolak antara warga Filipina dengan Malaysia di Sabah.
Konsulat Jenderal RI (KJRI) Sabah, Soepeno Sahid yang dihubungi Sabtu menjelaskan, kawasan perkebunan kelapa sawit yang diduduki warga Filipina bersenjata itu adalah Felda Sahabat 17 milik pemerintah Kerajaan Malaysia di Lahaddatu Sabah sejak 11 Februari 2013.
Melihat kondisi keamanan bagi WNI yang bekerja di kawasan itu, kata dia, maka langsung mengamankan ke kawasan lainnya yang tak jauh dari lokasi sengketa yang dianggap lebih aman pada 12 Febrauri 2013.
Namun, WNI tersebut masih berada di lokasi pengungsian karena Felda Sahabat yang dikuasai warga Filipina tersebut masih bergejolak dan terjadi tembak menembak yang dikabarkan telah menelan korban sebanyak 14 orang meinggal dunia.
"Kita langsung pindahkan warga kita yang bekerja di Felda Sahabat 17 ke tempat lain yang dianggap lebih aman tak jauh dari lokasi bergolak tersebut," sebut Soepeno yang mengaku sedang berada di Batam saat dihubungi.
Ia juga menyatakan, setelah kondisi keamanan di lokasi yang menjadi sengketa antara Filipina dan Malaysia itu benar-benar telah maka secepatnya akan dikembalikan ke tempat kerjanya semula (Felda Sahabat 17).
"Secepatnya kita kembalikan lagi ke tempat kerjanya di Felda Sahabat 17 kalau situasi keamanan benar-benar sudah kondusif," ujarnya.
Soepeno menambahkan, kawasan yang diduduki Filipina tersebut sampai sekarang masih bergejolak sehingga belum ada rencana untuk mengembalikan para WNI yang menjadi TKI ke tempatnya semula.
Terkait dengan sengketa antara Filipina dengan Malaysia yang masih berlangsung sampai sekarang itu, membuat para TKi gelisah walaupun tidak ada yang menjadi korban, kata dia.
"Tidak ada WNI yang menjadi korban baku tembak antara aparat Malaysia dengan warga bersenjata Filipina karena cepat kita ungsikan ke tempat lainnya," ujar Soepeno.
Adanya gejolak itu, Soepeno mengaku para WNI sempat gelisah terkait keamanan dirinya.
(KR-MRN)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Konsulat Jenderal RI (KJRI) Sabah, Soepeno Sahid yang dihubungi Sabtu menjelaskan, kawasan perkebunan kelapa sawit yang diduduki warga Filipina bersenjata itu adalah Felda Sahabat 17 milik pemerintah Kerajaan Malaysia di Lahaddatu Sabah sejak 11 Februari 2013.
Melihat kondisi keamanan bagi WNI yang bekerja di kawasan itu, kata dia, maka langsung mengamankan ke kawasan lainnya yang tak jauh dari lokasi sengketa yang dianggap lebih aman pada 12 Febrauri 2013.
Namun, WNI tersebut masih berada di lokasi pengungsian karena Felda Sahabat yang dikuasai warga Filipina tersebut masih bergejolak dan terjadi tembak menembak yang dikabarkan telah menelan korban sebanyak 14 orang meinggal dunia.
"Kita langsung pindahkan warga kita yang bekerja di Felda Sahabat 17 ke tempat lain yang dianggap lebih aman tak jauh dari lokasi bergolak tersebut," sebut Soepeno yang mengaku sedang berada di Batam saat dihubungi.
Ia juga menyatakan, setelah kondisi keamanan di lokasi yang menjadi sengketa antara Filipina dan Malaysia itu benar-benar telah maka secepatnya akan dikembalikan ke tempat kerjanya semula (Felda Sahabat 17).
"Secepatnya kita kembalikan lagi ke tempat kerjanya di Felda Sahabat 17 kalau situasi keamanan benar-benar sudah kondusif," ujarnya.
Soepeno menambahkan, kawasan yang diduduki Filipina tersebut sampai sekarang masih bergejolak sehingga belum ada rencana untuk mengembalikan para WNI yang menjadi TKI ke tempatnya semula.
Terkait dengan sengketa antara Filipina dengan Malaysia yang masih berlangsung sampai sekarang itu, membuat para TKi gelisah walaupun tidak ada yang menjadi korban, kata dia.
"Tidak ada WNI yang menjadi korban baku tembak antara aparat Malaysia dengan warga bersenjata Filipina karena cepat kita ungsikan ke tempat lainnya," ujar Soepeno.
Adanya gejolak itu, Soepeno mengaku para WNI sempat gelisah terkait keamanan dirinya.
(KR-MRN)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013