Pontianak (Antara Kalbar) - Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalimantan Barat mewaspadai potensi kebakaran lahan di kawasan penyangga Kota Pontianak terutama dalam jarak 50 kilometer dari Bandara Supadio.
"Tidak hanya pengawasan, juga penanggulangan supaya tidak terjadi kabut asap," ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalbar, Darmawan di Pontianak, Jumat.
Menurut dia, salah satu yang menjadi prioritas adalah terjaminnya keamanan lalu lintas udara di Bandara Supadio Pontianak.
"Karena pada jarak pandang tertentu, kalau kabut asap pekat, dapat membahayakan penerbangan," kata dia.
Ia mengakui, dengan tekstur lahan yang didominasi gambut di kawasan penyangga Kota pontianak, maka sulit untuk memadamkan secara tuntas kalau terjadi kebakaran.
"Rata-rata ketebalan gambut sekitar 3 meter. Kecuali kalau ada hujan lebat, berhari-hari baru bisa padam," ujar Darmawan.
Ia melanjutkan, yang dapat dilakukan kalau terjadi kebakaran lahan adalah dengan memperkecil luasan yang terbakar.
Namun, ia mengungkapkan, untuk melakukan hal itu, pihaknya kesulitan karena tidak memiliki armada.
"Penanganan kebakaran lahan harus melibatkan banyak pihak, tidak bisa hanya oleh BLHD," kata dia.
Ia mengingatkan, perubahan iklim kini semakin dirasakan. Ia mencontohkan pada bulan tertentu seperti Oktober, November dan Desember, dinyatakan sebagai musim hujan.
"Namun faktanya sekarang tidak seperti itu. Perbedaan cuaca juga sangat kontras meski dalam satu kawasan," katanya.
Di Jakarta terjadi hujan lebat hingga banjir namun di Kalbar sebaliknya, cuaca panas menyengat.
Ada tiga daerah yang masuk dalam radius 50 kilometer dari Bandara Supadio Pontianak yakni Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.
(T.T011/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Tidak hanya pengawasan, juga penanggulangan supaya tidak terjadi kabut asap," ujar Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Kalbar, Darmawan di Pontianak, Jumat.
Menurut dia, salah satu yang menjadi prioritas adalah terjaminnya keamanan lalu lintas udara di Bandara Supadio Pontianak.
"Karena pada jarak pandang tertentu, kalau kabut asap pekat, dapat membahayakan penerbangan," kata dia.
Ia mengakui, dengan tekstur lahan yang didominasi gambut di kawasan penyangga Kota pontianak, maka sulit untuk memadamkan secara tuntas kalau terjadi kebakaran.
"Rata-rata ketebalan gambut sekitar 3 meter. Kecuali kalau ada hujan lebat, berhari-hari baru bisa padam," ujar Darmawan.
Ia melanjutkan, yang dapat dilakukan kalau terjadi kebakaran lahan adalah dengan memperkecil luasan yang terbakar.
Namun, ia mengungkapkan, untuk melakukan hal itu, pihaknya kesulitan karena tidak memiliki armada.
"Penanganan kebakaran lahan harus melibatkan banyak pihak, tidak bisa hanya oleh BLHD," kata dia.
Ia mengingatkan, perubahan iklim kini semakin dirasakan. Ia mencontohkan pada bulan tertentu seperti Oktober, November dan Desember, dinyatakan sebagai musim hujan.
"Namun faktanya sekarang tidak seperti itu. Perbedaan cuaca juga sangat kontras meski dalam satu kawasan," katanya.
Di Jakarta terjadi hujan lebat hingga banjir namun di Kalbar sebaliknya, cuaca panas menyengat.
Ada tiga daerah yang masuk dalam radius 50 kilometer dari Bandara Supadio Pontianak yakni Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya.
(T.T011/N005)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013