Pontianak (Antara Kalbar) - Menteri BUMN, Dahlan Iskan, saat acara "Earth Hour" 2013 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Sabtu malam, membacakan puisi berjudul "Pokok Belian" karya Nano Basuki, seorang guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) Suster.
Dahlan Iskan membaca puisi di depan nyala 6.000 batang lilin yang dipotong menjadi dua bagian dan membentuk konfigurasi 60 + di Taman Alun Kapuas, Jalan Rahadi Oesman tempat digelarnya Earth Hour 2013 di Kota Pontianak.
Puisi berjudul "Pokok Belian" melukiskan kondisi pohon belian (kayu ulin) yang semakin langka di Indonesia. Untaian kata-kata dalam puisi tersebut;
Kalau manusia rindukan belantara hutan
Bondong-bondong mereka pada satu pokok yang sisa
Rasa tidak cukup bersama
Mereka beradu maki dan umpat
Hingga layu pokok belian yang satu itu
"Puisi ini bagus," kata Dahlan Iskan usai membaca puisi tersebut. Ia sempat bertanya, pokok belian maksudnya pohon seperti apa. Dan mendapat penjelasan Hermayani Putra, Direktur WWF Indonesia Program Kalbar.
Dahlan Iskan membacakan puisi saat "Earth Hour" tengah berlangsung, yakni pukul 20.30 - 21.30 WIB, selama 60 menit saat lampu-lampu di sekitar lokasi kegiatan dipadamkan dan hanya menyisakan nyala ribuan batang lilin.
Sebelum Menteri BUMN itu, puisi yang sama juga dibacakan penulisnya, Nano Basuki. Seorang guru SMP Suster, di Pontianak. Ia mengatakan menulis puisi itu sekitar dua tahun lalu ketika masih bertugas di Darit, Kabupaten Landak.
"Di sana saya melihat satu keluarga mengaku pohon belian yang hanya tinggal satu itu miliknya. Tetapi pohon itu diperebutkan banyak orang," katanya.
Selain sebagai guru, Nano aktif menulis. Ia menulis banyak puisi yang kemudian dibukukan dengan judul bukunya "Sarangga", termasuk di dalamnya puisi berjudul "Pokok Belian" itu.
"Bukunya sekarang diminta Pak Dahlan," kata pria asal Yogyakarta itu.
Acara Earth Hour di Pontianak berlangsung semarak dalam suasana malam yang cerah. Padahal sebelumnya, pada Jumat malam hingga Sabtu pagi, kota tersebut diguyur hujan deras. Saat acara digelar, langit tampak cerah.
Selain diisi dengan pembacaan puisi, Earth Hour di Pontianak diisi dengan sejumlah acara kesenian di antaranya marching band dari SMA Bhayangkari, musik hip hop "West Coast Borneo Community", Pontianak Basket "Freestyle Performance", "Band Always With Beach", "Band Coffee This Morning", Trippod Bank, "Farkour and Fire Dance Flexside Academy", "Deaf Pantomim".
Kemudian Solo Drum, Nano Mata Borneo Puisi Potret Negeriku dan Sarang Kenyalang, Cerpen oleh Pay Jarot, Perkusi dari Hotel Santika, Tarian tradisional Anak binaan WVI dari Batu Layang, "Flashmob dari Flexside", Pameran Produk Daur Ulang Diantama, "Shuffle Dance: Wbos", "Skateboard and BMX Freestyle", Hip hop Dance oleh "Super Frontal Crew" dan tarian tiga etnis SMK I.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku terkesan mengikuti acara Earth Hour di Pontianak karena dikemas dengan baik.
"Saya beberapa kali ikut ini. Pertama kali di Jakarta. Baru ini yang mengesankan. Atraktif, ada 6 ribu lilin. Salut untuk panitia," katanya.
(N005/Z002)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Dahlan Iskan membaca puisi di depan nyala 6.000 batang lilin yang dipotong menjadi dua bagian dan membentuk konfigurasi 60 + di Taman Alun Kapuas, Jalan Rahadi Oesman tempat digelarnya Earth Hour 2013 di Kota Pontianak.
Puisi berjudul "Pokok Belian" melukiskan kondisi pohon belian (kayu ulin) yang semakin langka di Indonesia. Untaian kata-kata dalam puisi tersebut;
Kalau manusia rindukan belantara hutan
Bondong-bondong mereka pada satu pokok yang sisa
Rasa tidak cukup bersama
Mereka beradu maki dan umpat
Hingga layu pokok belian yang satu itu
"Puisi ini bagus," kata Dahlan Iskan usai membaca puisi tersebut. Ia sempat bertanya, pokok belian maksudnya pohon seperti apa. Dan mendapat penjelasan Hermayani Putra, Direktur WWF Indonesia Program Kalbar.
Dahlan Iskan membacakan puisi saat "Earth Hour" tengah berlangsung, yakni pukul 20.30 - 21.30 WIB, selama 60 menit saat lampu-lampu di sekitar lokasi kegiatan dipadamkan dan hanya menyisakan nyala ribuan batang lilin.
Sebelum Menteri BUMN itu, puisi yang sama juga dibacakan penulisnya, Nano Basuki. Seorang guru SMP Suster, di Pontianak. Ia mengatakan menulis puisi itu sekitar dua tahun lalu ketika masih bertugas di Darit, Kabupaten Landak.
"Di sana saya melihat satu keluarga mengaku pohon belian yang hanya tinggal satu itu miliknya. Tetapi pohon itu diperebutkan banyak orang," katanya.
Selain sebagai guru, Nano aktif menulis. Ia menulis banyak puisi yang kemudian dibukukan dengan judul bukunya "Sarangga", termasuk di dalamnya puisi berjudul "Pokok Belian" itu.
"Bukunya sekarang diminta Pak Dahlan," kata pria asal Yogyakarta itu.
Acara Earth Hour di Pontianak berlangsung semarak dalam suasana malam yang cerah. Padahal sebelumnya, pada Jumat malam hingga Sabtu pagi, kota tersebut diguyur hujan deras. Saat acara digelar, langit tampak cerah.
Selain diisi dengan pembacaan puisi, Earth Hour di Pontianak diisi dengan sejumlah acara kesenian di antaranya marching band dari SMA Bhayangkari, musik hip hop "West Coast Borneo Community", Pontianak Basket "Freestyle Performance", "Band Always With Beach", "Band Coffee This Morning", Trippod Bank, "Farkour and Fire Dance Flexside Academy", "Deaf Pantomim".
Kemudian Solo Drum, Nano Mata Borneo Puisi Potret Negeriku dan Sarang Kenyalang, Cerpen oleh Pay Jarot, Perkusi dari Hotel Santika, Tarian tradisional Anak binaan WVI dari Batu Layang, "Flashmob dari Flexside", Pameran Produk Daur Ulang Diantama, "Shuffle Dance: Wbos", "Skateboard and BMX Freestyle", Hip hop Dance oleh "Super Frontal Crew" dan tarian tiga etnis SMK I.
Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku terkesan mengikuti acara Earth Hour di Pontianak karena dikemas dengan baik.
"Saya beberapa kali ikut ini. Pertama kali di Jakarta. Baru ini yang mengesankan. Atraktif, ada 6 ribu lilin. Salut untuk panitia," katanya.
(N005/Z002)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013