Pontianak (Antara Kalbar) - "Ceng beng" atau sembahyang kubur menjadi momentum untuk mengenang jasa orang tua yang telah bersusah payah menghidupi keluarga, kata Wakil Gubernur Kalimantan Barat, Christiandy Sanjaya.

"Kita tidak boleh melupakan jasa orang tua, walau mereka sudah meninggal," kata Christiandy Sanjaya di Pontianak, Selasa.

Salah satunya, lanjut dia, dengan menziarahi makam orang tua sekaligus merawat agar tidak terbengkalai.

Christiandy Sanjaya merupakan keturunan Tionghoa yang lahir dengan nama Bong Hong San di Singkawang, 29 Maret 1964. Ia merupakan pemeluk agama Kristen Protestan.

Sedangkan ayahnya bernama B Kurniadi atau Bong Kui Hin. Sang ibu, bernama C Tjukriati atau Djong Tjuk Tjhin. Keduanya sudah meninggal dunia. Sang ayah sekitar 20 tahun silam, sementara Tjukriati belum lama ini.

Warga keturunan Tionghoa dalam setahun dua kali melakukan sembahyang kubur. Tahun ini, bertepatan dengan Maret dan Juli. Christiandy Sanjaya berziarah ke makam orang tuanya di Singkawang pada Minggu (24/3).

Meski sembahyang kubur lebih terkait budaya warga Tionghoa, Christiandy Sanjaya tetap mengupayakan untuk hadir. "Di Kristen juga tidak ada larangan untuk berziarah," kata dia.

Ia menilai, di sisi lain, sembahyang kubur juga memberi dampak bagi ekonomi Kalbar. "Warga asal Kalbar yang sudah sukses di berbagai daerah, berdatangan. Bahkan saat di Singkawang, ada yang datang dari Australia," ujar Christiandy Sanjaya.

Parameter lain, harga tiket pesawat dari dan ke Pontianak biasanya melonjak tinggi. "Mereka yang berziarah tetapi sudah tidak punya keluarga, pasti menginap di hotel atau penginapan. Ini ikut menggerakkan ekonomi daerah," kata dia.

Sembahyang kubur periode Maret tahun ini akan berakhir pada tanggal 28 - 29.

Pewarta: Teguh Imam Wibowo

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013