New York (Antara Kalbar/VOA) - Sepintas, tampaknya kanker prostat tidak berhubungan dengan kebotakan. Tapi peneliti University of Pennsylvania Charnita Zeigler-Johnson mengatakan keduanya dapat dihubungkan melalui sebuah produk testosteron yang disebut Dihydrotestosterone atau DHT.
"DHT adalah jenis testosteron yang tampaknya dikaitkan dengan pola kebotakan pada lelaki dan juga dihubungkan dengan munculnya kanker prostat dan perkembangan kanker prostat,†kata Zeigler-Johnson.
Sejumlah studi telah mengamati hubungan antara kebotakan dan kanker prostat, tapi Zeigler-Johnson mengatakan ini adalah yang pertama kali berfokus pada laki-laki keturunan Afrika, kelompok memiliki tingkat kematian kanker prostat dua setengah kali lebih tinggi dibanding laki-laki kulit putih di Amerika.
Dalam studi tersebut, Zeigler-Johnson dan koleganya menanyai sekitar 300 pasien kanker prostat dan sekitar 200 bukan penderita kanker prostat tentang sejarah kebotakan mereka. Mereka kemudian membandingkan jenis kebotakan dan usia ketika rambut para lelaki itu mulai menipis dengan sejarah kesehatan mereka.
"Di antara lelaki yang mulai botak pada usia 30, mereka lebih mungkin didiagnosia mengalami kanker prostat pada usia dini, yang berarti sebelum usia 60. Dan mereka lebih mungkin didiagnosa dengan stadium yang lebih tinggi, kanker yang lebih parah,†Zeigler-Johnson.
Mereka yang paling berisiko terkena kanker prostat yang parah adalah para lelaki yang mengalami kebotakan di bagian dahi, yang sering disebut penyusutan garis rambut. Tapi semua jenis kebotakan dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Karena studi ini dilakukan pada kelompok khusus yang berisiko tinggi, lelaki Amerika keturunan Afrika, tidak jelas apakah kaitan antara kebotakan dan kanker prostat ini berlaku juga bagi kelompok lain.
Penelitian Charnita Zeigler-Johnson dan koleganya ini dimuat dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"DHT adalah jenis testosteron yang tampaknya dikaitkan dengan pola kebotakan pada lelaki dan juga dihubungkan dengan munculnya kanker prostat dan perkembangan kanker prostat,†kata Zeigler-Johnson.
Sejumlah studi telah mengamati hubungan antara kebotakan dan kanker prostat, tapi Zeigler-Johnson mengatakan ini adalah yang pertama kali berfokus pada laki-laki keturunan Afrika, kelompok memiliki tingkat kematian kanker prostat dua setengah kali lebih tinggi dibanding laki-laki kulit putih di Amerika.
Dalam studi tersebut, Zeigler-Johnson dan koleganya menanyai sekitar 300 pasien kanker prostat dan sekitar 200 bukan penderita kanker prostat tentang sejarah kebotakan mereka. Mereka kemudian membandingkan jenis kebotakan dan usia ketika rambut para lelaki itu mulai menipis dengan sejarah kesehatan mereka.
"Di antara lelaki yang mulai botak pada usia 30, mereka lebih mungkin didiagnosia mengalami kanker prostat pada usia dini, yang berarti sebelum usia 60. Dan mereka lebih mungkin didiagnosa dengan stadium yang lebih tinggi, kanker yang lebih parah,†Zeigler-Johnson.
Mereka yang paling berisiko terkena kanker prostat yang parah adalah para lelaki yang mengalami kebotakan di bagian dahi, yang sering disebut penyusutan garis rambut. Tapi semua jenis kebotakan dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Karena studi ini dilakukan pada kelompok khusus yang berisiko tinggi, lelaki Amerika keturunan Afrika, tidak jelas apakah kaitan antara kebotakan dan kanker prostat ini berlaku juga bagi kelompok lain.
Penelitian Charnita Zeigler-Johnson dan koleganya ini dimuat dalam jurnal Cancer Epidemiology, Biomarkers & Prevention.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013