Belitang Hilir (Antara Kalbar) - Sebuah kuali penanak gambir dalam ukuran besar menjadi barang peninggalan sejarah dari masa Penjajahan Belanda, terdapat di kawasan Engkuning, Kabupaten Sekadau, Kalbar.
Menurut Y Beatus, salah satu pewaris kuali tersebut menceritakan kuali tersebut didapatkan dari zaman kakeknya yang hidup semasa penjajahan Belanda. Kuali penanak gambir yang biasa disebut warga setempat sebagai Kawah Gamer itu tetap pada posisi yang ada sekarang, tanpa berpindah tempat.
"Dahulu kakek saya, Gandi yang mendapatkan kuali itu dari penjajah, karena menurut kisahnya almarhum kakedan beberapa kawannya adalah tukang masak gambir. Gambir dahulu katanya sebagai bahan pencelup kain, dulunya ada empat orang warga indonesia yang dipekerjakan menanak di satu kuali itu. Selain itu kakek juga menceritakan jika pekerjaan mereka adalah pekerjaan wajib untuk mencari kayu bakar setiap harinya, kayu juga terbilang besar karena selain menyediakan buat menanak gambir, kayu juga untuk kapal penjajah," jelas Kakek tiga cucu yang berusia 55 tahun itu.
Dia mengungkapkan tak bisa dipungkiri, kuali itu bisa berusia ratusan tahun, sebab semasa kecil saya dulu sudah melihat kuali itu ditempat sekarang ini. Dulunya tempat itu waktu kami kecil biasa buat mandi, karena tak ada lagi aktivitas membuat gambir.
"Kecilnya dulu kalau kakek bercerita, kami tidak pernah tertarik dengan cerita dan ini membuat penyesalan tersendiri karena sulit menggali sejarah tanpa saksi sejarah. Kebun gambir banyak di daerah Batu Biukuk, dan daerah tempat kuali gambir sekarang dulu disebut Menala Rusa' ( tempat rusa/menjangan mandi, red. ). Jika pemerintah daerah tertarik memugar kuali itu, kami tidak keberatan dan silakan karena itu bagian dari aset sejarah daerah ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Menurut Y Beatus, salah satu pewaris kuali tersebut menceritakan kuali tersebut didapatkan dari zaman kakeknya yang hidup semasa penjajahan Belanda. Kuali penanak gambir yang biasa disebut warga setempat sebagai Kawah Gamer itu tetap pada posisi yang ada sekarang, tanpa berpindah tempat.
"Dahulu kakek saya, Gandi yang mendapatkan kuali itu dari penjajah, karena menurut kisahnya almarhum kakedan beberapa kawannya adalah tukang masak gambir. Gambir dahulu katanya sebagai bahan pencelup kain, dulunya ada empat orang warga indonesia yang dipekerjakan menanak di satu kuali itu. Selain itu kakek juga menceritakan jika pekerjaan mereka adalah pekerjaan wajib untuk mencari kayu bakar setiap harinya, kayu juga terbilang besar karena selain menyediakan buat menanak gambir, kayu juga untuk kapal penjajah," jelas Kakek tiga cucu yang berusia 55 tahun itu.
Dia mengungkapkan tak bisa dipungkiri, kuali itu bisa berusia ratusan tahun, sebab semasa kecil saya dulu sudah melihat kuali itu ditempat sekarang ini. Dulunya tempat itu waktu kami kecil biasa buat mandi, karena tak ada lagi aktivitas membuat gambir.
"Kecilnya dulu kalau kakek bercerita, kami tidak pernah tertarik dengan cerita dan ini membuat penyesalan tersendiri karena sulit menggali sejarah tanpa saksi sejarah. Kebun gambir banyak di daerah Batu Biukuk, dan daerah tempat kuali gambir sekarang dulu disebut Menala Rusa' ( tempat rusa/menjangan mandi, red. ). Jika pemerintah daerah tertarik memugar kuali itu, kami tidak keberatan dan silakan karena itu bagian dari aset sejarah daerah ini," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013