Samarinda (Antara Kalbar) - Usaha penggemukkan sapi di Provinsi Kaltim sangat menjanjikan karena tiap ekornya mampu memperoleh keuntungan pada kisaran Rp5 juta hingga Rp7 juta hanya dalam waktu 4 hingga 6 bulan.
"Ini kalau cuma satu ekor, bagaimana kalau satu peternak memiliki lima ekor sapi yang khusus untuk program penggemukkan, tentu keuntungannya akan pada kisaran Rp25 juta hingga Rp35 juta," ujar Kepala Bidang Perbibitan dan Budidaya Dinas Peternakan Provinsi Kaltim IG Made Jaya Adhi di Samarinda, Rabu.
Keuntungan per ekor sapi yang mencapai Rp5 hingga Rp7 juta itu didapat dari harga beli sapi sekitar Rp7 juta per ekor. Kemudian digemukkan sekitar 4-6 bulan, lalu harga jualnya akan berada pada kisaran Rp12 hingga 15 juta per ekor.
Hanya saja, menurut Made, baru ada beberapa peternak saja yang berani melakukan penggemukkan itu sehingga peternak tersebut hidupnya lebih mapan secara ekonomi.
Sementara ratusan peternak lainnnya di Kaltim masih banyak yang tidak membaca peluang itu, bahkan ketika peluang itu muncul karena adanya tawaran kredit dari bank, mereka juga takut tidak berhasil sehingga untuk mencoba menggemukkan sapi saja tidak berani.
Sebenarnya, kata dia lagi, usaha pengembangan sapi di Kaltim sangat menjanjikan baik sebagai usaha penggemukkan maupun untuk pembibitan, apalagi hingga kini kebutuhan konsumsi daging sapi di Kaltim baru dapat dipenuhi peternak lokal sebanyak 25 persen, sedangkan selebihnya yang 75 persen harus didatangkan dari luar Kaltim.
Populasi atau jumlah sapi di seluruh wilayah Kaltim saat ini baru tedapat sekitar 108 ribu ekor. Dari jumlah itu, berdasarkan ketentuan yang berlaku hanya 10 persen atau sekitar 10 ribu ekor sapi per tahun yang boleh dipotong untuk memenuhi konsumsi daging lokal.
Di sisi lain, kebutuhan konsumsi daging sapi warga Kaltim mencapai 50 ribu ekor sapi per tahun. Ini berarti selebihnya yang sebanyak 40 ribu ekor atau sekitar 75 persen terpaksa didatangkan dari luar Kaltim karena peternak lokal belum mampu menyediakan.
Kondisi inilah yang menjadikan peluang besar bagi masyarakat Kaltim untuk menjadkan peternakan sebagai usaha utama, bukan sebagai usaha sampingan seperti yang terjadi selama ini.
"Apabila usaha ternak sapi dijadikan usaha utama, maka semua energi dan pola pikir peternak akan tercurah pada sapi peliharaannya, sehingga hal ini akan dapat menjadikan peternak memiliki kekuatan besar dan sukses mengembangkan peternakan," kata Made.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Ini kalau cuma satu ekor, bagaimana kalau satu peternak memiliki lima ekor sapi yang khusus untuk program penggemukkan, tentu keuntungannya akan pada kisaran Rp25 juta hingga Rp35 juta," ujar Kepala Bidang Perbibitan dan Budidaya Dinas Peternakan Provinsi Kaltim IG Made Jaya Adhi di Samarinda, Rabu.
Keuntungan per ekor sapi yang mencapai Rp5 hingga Rp7 juta itu didapat dari harga beli sapi sekitar Rp7 juta per ekor. Kemudian digemukkan sekitar 4-6 bulan, lalu harga jualnya akan berada pada kisaran Rp12 hingga 15 juta per ekor.
Hanya saja, menurut Made, baru ada beberapa peternak saja yang berani melakukan penggemukkan itu sehingga peternak tersebut hidupnya lebih mapan secara ekonomi.
Sementara ratusan peternak lainnnya di Kaltim masih banyak yang tidak membaca peluang itu, bahkan ketika peluang itu muncul karena adanya tawaran kredit dari bank, mereka juga takut tidak berhasil sehingga untuk mencoba menggemukkan sapi saja tidak berani.
Sebenarnya, kata dia lagi, usaha pengembangan sapi di Kaltim sangat menjanjikan baik sebagai usaha penggemukkan maupun untuk pembibitan, apalagi hingga kini kebutuhan konsumsi daging sapi di Kaltim baru dapat dipenuhi peternak lokal sebanyak 25 persen, sedangkan selebihnya yang 75 persen harus didatangkan dari luar Kaltim.
Populasi atau jumlah sapi di seluruh wilayah Kaltim saat ini baru tedapat sekitar 108 ribu ekor. Dari jumlah itu, berdasarkan ketentuan yang berlaku hanya 10 persen atau sekitar 10 ribu ekor sapi per tahun yang boleh dipotong untuk memenuhi konsumsi daging lokal.
Di sisi lain, kebutuhan konsumsi daging sapi warga Kaltim mencapai 50 ribu ekor sapi per tahun. Ini berarti selebihnya yang sebanyak 40 ribu ekor atau sekitar 75 persen terpaksa didatangkan dari luar Kaltim karena peternak lokal belum mampu menyediakan.
Kondisi inilah yang menjadikan peluang besar bagi masyarakat Kaltim untuk menjadkan peternakan sebagai usaha utama, bukan sebagai usaha sampingan seperti yang terjadi selama ini.
"Apabila usaha ternak sapi dijadikan usaha utama, maka semua energi dan pola pikir peternak akan tercurah pada sapi peliharaannya, sehingga hal ini akan dapat menjadikan peternak memiliki kekuatan besar dan sukses mengembangkan peternakan," kata Made.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013