Jakarta (Antara Kalbar) - Masalah gigi dan mulut pada ibu hamil dapat memicu terjadinya kelahiran lebih awal atau prematur, bahkan keguguran sebagaimana dikatakan Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Drg Zaura Anggraini.
"Ibu hamil dengan kondisi gigi yang mengalami kerusakan parah akan merangsang keluarnya hormon prostaglandin," jelas Zaura pada jumpa pers di Jakarta, Jumat malam.
Hormon prostaglandin ini bersifat merangsang timbulnya kontraksi pada rahim, sehingga bila rahim terus menerus mengalami kontraksi maka kelahiran prematur bahkan keguguran dapat terjadi.
Perubahan hormon yang dialami oleh ibu hamil dapat menyebabkan kondisi gusi menjadi lebih lunak sehingga dapat memicu terjadinya peradangan gusi, terutama pada ibu hamil dengan kondisi gigi dan mulut yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.
"Ini diawali dengan tanda gusi berdarah, meskipun seringkali dianggap sepele, tapi ini bisa berbahaya," jelas Zaura.
Zaura memaparkan bahwa gusi berdarah sudah menandakan adanya peradangan gusi. "Kalau terjadi pendarahan gusi pada saat menyikat gigi, berarti ada yang belum bersih sehingga terjadi inflamasi," jelas Zaura.
Oleh sebab itu bila saat menyikat gigi terjadi pendarahan sebaiknya jangan takut dan teruskan menyikat gigi supaya bersih, karena kondisi ini menandakan adanya plak atau sisa makanan yang masih menempel.
Lebih lanjut Zaura juga menjelaskan bahwa perubahan hormon pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi.
Sebagai contoh, ibu hamil yang pada trimester pertama sering mengalami mual dan muntah akan mengalami kelebihan liur.
Bila tidak rajin berkumur dan menyikat gigi, maka kuman dan bakteri di sekitar gigi dan mulut akan lebih mudah tumbuh, bau mulut (halitosis) dan jamur atau sariawan pada rongga mulut juga akan lebih mudah terjadi.
Zaura mengemukakan bahwa kondisi ini dapat dicegah dengan merawat dan menyikat gigi setidaknya dua kali sehari yaitu saat pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Pada malam hari, aktivitas mulut berkurang dan secara otomatis air liur juga berkurang. Hal ini mengakibatkan jumlah bakteri di dalam mulut meningkat dua kali lipat.
"Sisa makanan lalu akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. Nah, asam inilah yang berbahaya karena melarutkan mineral gigi sehingga mengakibatkan karies serta masalah mulut dan gigi lainnya," kata dia.
Oleh sebab itu sebelum masa kehamilan, kaum perempuan juga sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara berkala atau setiap enam bulan sekali ke dokter gigi.
"Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, hanya 13,3 persen masyarakat Indonesia yang rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi. Ini sangat memprihatinkan," keluh Zaura.
Zaura mengemukakan bahwa masyarakat seharusnya sadar akan pentingnya merawat dan menjaga kesehatan gigi, karena menurut dia gigi merupakan salah satu organ penting yang dapat memengaruhi kesehatan.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Ibu hamil dengan kondisi gigi yang mengalami kerusakan parah akan merangsang keluarnya hormon prostaglandin," jelas Zaura pada jumpa pers di Jakarta, Jumat malam.
Hormon prostaglandin ini bersifat merangsang timbulnya kontraksi pada rahim, sehingga bila rahim terus menerus mengalami kontraksi maka kelahiran prematur bahkan keguguran dapat terjadi.
Perubahan hormon yang dialami oleh ibu hamil dapat menyebabkan kondisi gusi menjadi lebih lunak sehingga dapat memicu terjadinya peradangan gusi, terutama pada ibu hamil dengan kondisi gigi dan mulut yang tidak dirawat dan dibersihkan dengan baik.
"Ini diawali dengan tanda gusi berdarah, meskipun seringkali dianggap sepele, tapi ini bisa berbahaya," jelas Zaura.
Zaura memaparkan bahwa gusi berdarah sudah menandakan adanya peradangan gusi. "Kalau terjadi pendarahan gusi pada saat menyikat gigi, berarti ada yang belum bersih sehingga terjadi inflamasi," jelas Zaura.
Oleh sebab itu bila saat menyikat gigi terjadi pendarahan sebaiknya jangan takut dan teruskan menyikat gigi supaya bersih, karena kondisi ini menandakan adanya plak atau sisa makanan yang masih menempel.
Lebih lanjut Zaura juga menjelaskan bahwa perubahan hormon pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan mulut dan gigi.
Sebagai contoh, ibu hamil yang pada trimester pertama sering mengalami mual dan muntah akan mengalami kelebihan liur.
Bila tidak rajin berkumur dan menyikat gigi, maka kuman dan bakteri di sekitar gigi dan mulut akan lebih mudah tumbuh, bau mulut (halitosis) dan jamur atau sariawan pada rongga mulut juga akan lebih mudah terjadi.
Zaura mengemukakan bahwa kondisi ini dapat dicegah dengan merawat dan menyikat gigi setidaknya dua kali sehari yaitu saat pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Pada malam hari, aktivitas mulut berkurang dan secara otomatis air liur juga berkurang. Hal ini mengakibatkan jumlah bakteri di dalam mulut meningkat dua kali lipat.
"Sisa makanan lalu akan difermentasi oleh bakteri menjadi asam. Nah, asam inilah yang berbahaya karena melarutkan mineral gigi sehingga mengakibatkan karies serta masalah mulut dan gigi lainnya," kata dia.
Oleh sebab itu sebelum masa kehamilan, kaum perempuan juga sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan gigi secara berkala atau setiap enam bulan sekali ke dokter gigi.
"Sayangnya, menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, hanya 13,3 persen masyarakat Indonesia yang rutin memeriksakan gigi setiap enam bulan sekali ke dokter gigi. Ini sangat memprihatinkan," keluh Zaura.
Zaura mengemukakan bahwa masyarakat seharusnya sadar akan pentingnya merawat dan menjaga kesehatan gigi, karena menurut dia gigi merupakan salah satu organ penting yang dapat memengaruhi kesehatan.
(Ant News)
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013