Pontianak (Antara Kalbar) - Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Cabang Provinsi Kalimantan Barat, Marsia Dewi mengatakan, kegiatan menyusui seorang ibu kepada anaknya sangat tergantung dari dukungan positif lingkungannya.
"Dukungan tersebut adalah dari ayah, keluarga dan relasi sosial atau teman, lingkungan kerja, pemerintah maupun legislatif," kata Ketua Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) Cabang Provinsi Kalbar, Marsia Dewi di Pontianak, Jumat.
Ia melanjutkan, tahun ini Pekan Menyusui Dunia berlangsung pada 1 hingga - 7 Agustus. Tema yang diangkat tahun ini adalah "close to mothers".
Menurut Marsia, bertahannya seorang ibu untuk terus menyusui anaknya juga membutuhkan dukungan. Misalnya ketika sang ibu menyusui dengan HIV.
Sementara dukungan yang kuat bisa diperoleh dari relasi sosial berupa kelompok pendukung asi. "Sehingga perlu diberdayakan kelompok-kelompok kecil pendukung ASI, misalnya di Posyandu dan sebagainya," ujar dia.
Ia mengajak semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang positif bagi ibu menyusui. "Ibu juga harus berperan aktif untuk mencari ilmu dan lingkungannya," kata Marsia.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan setiap tanggal 1-7 Agustus sebagai pekan menyusui sedunia. Peringatan ini dirayakan di 170 negara, termasuk Indonesia. Tahun ini tema yang diangkat adalah pentingnya memberikan dukungan bagi ibu menyusui.
Pekan menyusui sedunia digagas oleh WHO dan UNICEF pada bulan Agustus tahun 1990 untuk melindungi, mengampanyekan, dan mendukung pemberian ASI bagi bayi.
Di Indonesia, secara hukum pemberian ASI dilindungi melalui pengesahan PP No.33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Melalui peraturan tersebut, semua pihak wajib mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusui dini, menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat. Selain itu, ada juga keharusan penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta pembatasan promosi susu formula.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Dukungan tersebut adalah dari ayah, keluarga dan relasi sosial atau teman, lingkungan kerja, pemerintah maupun legislatif," kata Ketua Asosiasi Ibu Menyusui (AIMI) Cabang Provinsi Kalbar, Marsia Dewi di Pontianak, Jumat.
Ia melanjutkan, tahun ini Pekan Menyusui Dunia berlangsung pada 1 hingga - 7 Agustus. Tema yang diangkat tahun ini adalah "close to mothers".
Menurut Marsia, bertahannya seorang ibu untuk terus menyusui anaknya juga membutuhkan dukungan. Misalnya ketika sang ibu menyusui dengan HIV.
Sementara dukungan yang kuat bisa diperoleh dari relasi sosial berupa kelompok pendukung asi. "Sehingga perlu diberdayakan kelompok-kelompok kecil pendukung ASI, misalnya di Posyandu dan sebagainya," ujar dia.
Ia mengajak semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang positif bagi ibu menyusui. "Ibu juga harus berperan aktif untuk mencari ilmu dan lingkungannya," kata Marsia.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) menetapkan setiap tanggal 1-7 Agustus sebagai pekan menyusui sedunia. Peringatan ini dirayakan di 170 negara, termasuk Indonesia. Tahun ini tema yang diangkat adalah pentingnya memberikan dukungan bagi ibu menyusui.
Pekan menyusui sedunia digagas oleh WHO dan UNICEF pada bulan Agustus tahun 1990 untuk melindungi, mengampanyekan, dan mendukung pemberian ASI bagi bayi.
Di Indonesia, secara hukum pemberian ASI dilindungi melalui pengesahan PP No.33/2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.
Melalui peraturan tersebut, semua pihak wajib mendukung ibu menyusui. Tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan wajib melakukan inisiasi menyusui dini, menempatkan ibu dan bayi dalam satu ruang rawat. Selain itu, ada juga keharusan penyediaan ruang menyusui di tempat kerja dan fasilitas umum serta pembatasan promosi susu formula.
Editor : Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013