Bogor (Antara Kalbar) - Menteri Riset dan Teknologi Gusti M Hatta mengharapkan keberadaan kandang peragaan "Komodo Dragon Island" yang baru diluncurkan Lembaga konservasi satwa "ex-situ" (di luar habitat alamii) Taman Safari Indonesia Cisarua, Bogor, juga dimanfaatkan untuk penelitian.

"Riset (tentang Komodo) dibutuhkan karena Taman safari memiliki sumber daya manusia (SDM) yang andal, selain bisa bekerja sama dengan universitas atau lembaga riset," katanya seperti disampaikan Humas Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Yulius H Suprihardo kepada Antara di Bogor, Minggu.

Ia menjelaskan harapan tersebut disampaikan langsung Menristek kepada tiga direksi TSI, yakni Drs Jansen Manansang, MSc, Frans Manansang dan dan Tony Sumampau saat berkunjung ke komplek "Komodo Dragon Island" pada Jumat (9/8).

Dalam kesempatan itu, katanya, Menristek mengaku "surprised" karena ternyata di TSI Cisarua juga terdapat satwa Komodo.

Menurut Yulius, selain melihat "Komodo Dragon Island" Menristek juga berkesempatan mengunjungi area riset komodo yang merupakan rangkaian dari kandang pamer satwa tersebut.

Menurut dia, terlihat decak kagum Menristek mengamati "Komodo Dragon Island", di mana tampak dalam ekpresi pada wajah Gusti M Hatta.

Kepada pimpinan TSI Jansen Manansang yang didampingi kurator Imam Purwadi dan drh Bongot, Menristek mengakui perkembangan TSI ternyata cukup pesat, termasuk peningkatan pelayanan terhadap pengunjung.

"Komodo Dragon Island", kata Yulius merupakan inovasi terbaru di TSI di mana dalam konsep ini, pengunjung akan memasuki tambang tua, melihat berbagai koleksi ular, dan sekaligus melihat kadal purba yang masih turunan dinosaurus tersebut.

Masih di lokasi tersebut, para pengunjung juga akan disambut oleh para penambang penambang minyak.

Jansen Manansang menambahkan "Komodo Dragon Island" diluncurkan guna menyambut libur Lebaran Idul Fitri 1434 Hijriah.

"Pada era modern saat ini, presentasi satwa tidak hanya sekadar penampilan saja, tetapi harus mampu mengangkat sisi budaya, ekologi, edukasi dan memberikan hiburan yang yang sehat, itulah yang kami ingin sampaikan melalui wahana 'exhibition' (ruang pamer besar) Komodo ini," paparnya.

Ia menjelaskan sebagai negara dengan julukan "Mega Biodiversity", Indonesia patut berbangga karena memliki banyak sekali keanekaragaman hayati yang tidak akan pernah ditemukan di belahan dunia manapun.

Di kawasan Indonesia timur, khususnya di Pulau Komodo, Nusa Tenggara Timur, masih terjaga kadal terbesar di dunia yaitu Komodo.

"Komodo diyakini adalah satwa peninggalan zaman purba yang masih tersisa menempati kawasan kecil di kepulauan Nusa Tenggara Timur," tuturnya.

Dikemukakannya bahwa satwa Komodo sangat unik, yakni mempersenjatai dirinya dengan ludah yang banyak mengandung bakteri.

Kurangnya persaingan predator di habitatnya, katanya, membuat komodo tumbuh meraksasa.

Masyarakat di Pulau Komodo meyakini bahwa mereka masih satu keturunan dengan satwa tersebut, sehingga mereka bisa hidup berdampingan dengan damai bersama satwa tersebut.

"Keunikan tersebut yang berusaha ditangkap oleh Taman Safari Indonesia dengan adanya wahana tersebut," ucapnya.

Ia menjelaskan dengan luas sekitar 2000 meter persegi (m2), wilayah bangunan dan sekitarnya terlihat megah, dengan kolaborasi antara satwa dan budaya, juga dipadu dengan toko cenderamata dan kafe.

"Kami berusaha mengedukasi pengunjung, tanpa pengunjung menyadarinya. Sehingga kami membuat seolah-olah ada lorong tambang, rumah adat dan tentu saja kandang pamer Komodonya," ujarnya.

Tanpa disadari, kata dia, pengunjung akan teredukasi mengenai rusaknya ekosistem akibat pertambangan, kemudian mereka harus menghargai satwa endemik Indonesia dan seterusnya.

Menurut dia guna menghargai Pulau Komodo sebagai salah satu ikon tujuh keajaiban dunia, wahana itu dirancang secara modern dan yang terbaik di dunia.

"Kandang pamer dirancang dengan konsep 'green' sehingga mampu menyerap energi matahari sebanyak-banyaknya," kata Jansen Manansang.  

(C. Hamdani)

Pewarta: Andi Jauhari

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013