Pontianak (Antara Kalbar) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Pontianak dan seniman menyatakan, kesiapannya untuk mensukseskan peringatan puncak kulminasi matahari yang terjadi dua kali setahun, yakni 21 - 23 Maret, dan 21 - 23 September, di kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak.

"Kami akan menggandeng seniman yang ada di Kota Pontianak, agar peringatan titik kulminasi matahari di kawasan Tugu Khatulistiwa Pontianak lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya," kata Kepala Disbudpar Kota Pontianak Hilfira Hamid di Pontianak, Jumat.

Nantinya, kata Hilfira semua seniman-seniman merancang apa yang akan di buat dalam memeriahkan peringatan kulminasi matahari tersebut.

"Hingga saat ini kami terus melakukan rapat dan persiapan agar pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar dan sukses. Selain itu kami juga akan menggandeng beberapa komunitas, diantaranya Dewan Kesenian Kota Pontianak, Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asita, serta dengan lurah dan masyarakat setempat untuk melakukan beberapa kegiatan terkait peristiwa hari tanpa bayangan, selama 3 hari mulai 21 hingga 23 September," ungkapnya.

Hilfira menambahkan, tanggal 21 September 2013, pihaknya juga akan mengadakan lomba desain meriam karbit, lomba tersebut bertujuan untuk mengangkat komunitas meriam karbit agar lebih berkreasi dan berinovasi dalam membuat meriam karbit.

Sehingga meriam karbit ini bukan hanya dikenal sebagai permainan tradisional saja melainkan permainan itu juga bisa mendatangkan keuntungan atau penghasilan, misalnya membuta miniatur meriam karbit yang nantinya bisa dipromosikan oleh masyarakat, katanya.

Sebagaimana lazimnya, pada saat peristiwa kulminasi matahari terjadi, benda yang ditancapkan tegak lurus tidak terlihat bayangannya.

Pasalnya, matahari berada tegak lurus di atas kepala manusia, yakni pada tanggal 21-23 Maret pukul 11.50 WIB, dan tanggal 21-23 September jam pukul 11.38 WIB di Tugu Khatulistiwa Pontianak.

Kulminasi matahari merupakan peristiwa alam yang hanya terjadi di lima negara, antara lain di Indonesia, tepatnya di Pontianak.

Ke-4 negara lain, masing-masing Afrika, yaitu Gabon, Zaire, Uganda, Kenya dan Somalia.

Di Amerika Latin, garis itu juga melintasi empat negara yaitu, Equador, Peru, Columbia dan Brazil.

Dari semua kota atau negara yang dilewati tersebut, hanya ada satu di dunia ini yang dibelah atau dilintasi secara persis oleh garis khatulistiwa, yaitu Kota Pontianak.

Sehingga itu menjadi ciri khusus. Karena itulah Kota Pontianak juga dikenal dengan sebutan Kota Khatulistiwa.

Pewarta: Andilala

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013