Sintang (Antara Kalbar) - Situasi Lapas Kelas II B Sintang pasca kerusuhan pada Rabu (25/9) berangsur kondusif. Pantauan pada Kamis dan Jumat, kondisi Lapas Kelas II B baik di dalam lapas maupun di luar lapas kondusif.

Puluhan aparat kepolisian dari Polres Sintang, Satuan Brimob dibantu TNI AD dari Kodim 1205/Sintang masih tetap berjaga-jaga di sekitar lapas dengan senjata laras panjang.

Polres Sintang sendiri telah mendirikan tenda darurat untuk pengamanan lapas sejak Rabu sore. Sekitar satu peleton Satuan Brimob Sintang yang didukung dua peleton Satuan Brimob dari Pontianak diturunkan untuk mengamankan Lapas Kelas II B Sintang dari luar lapas. Sementara untuk pengamanan di dalam lapas, selain petugas lapas, sekitar 10 personil TNI AD dari Kodim 1205/Sintang disiagakan.

Aktivitas di Lapas Kelas II B Sintang pun kembali berjalan normal. Jam besuk sesuai dengan jadwal biasanya tetap dilaksanakan. Beberapa keluarga dari para warga binaan lapas tampak datang untuk membesuk. Sejumlah masyarakat yang membesuk keluarganya di lapas terlihat masih panik setelah mendengar terjadi kerusuhan di lapas tersebut pada Rabu kemarin. Seperti dituturkan salah seorang pembesuk yang tidak mau namanya disebutkan. Pembesuk inipun bertanya-tanya kepada para petugas lapas tentang kejadian kerusuhan kemarin.

Ia menuturkan informasi mengenai kerusuhan di Lapas Kelas II B Sintang sempat menghebohkan keluarganya. Sebab kabar yang ia dapat, banyak napi yang terluka akibat bentrok dengan petugas dan aparat.

Namun kabar tersebut diluruskan oleh salah seorang petugas Lapas. Petugas tersebut menyampaikan tidak ada Napi yang terluka akibat kerusuhan yang terjadi di lapas.

Ketua Forum Kajian Percepatan Pemekaran Pembangunan Timur Kalbar, Syech Mukarram menilai banyaknya kejadian kerusuhan di lapas di seluruh Indonesia disebabkan kurangnya pembinaan para napi oleh pihak lapas.

Dikatakannya, penanganan terhadap Napi yang menjadi warga binaan lembaga permasyarakatan seringkali over tindakan. Emosi dilawan dengan emosi.

“Seharusnya petugas lapas dalam menangani warga binaan jangan terlalu emosi karena para warga binaan inikan orang yang bermasalah dan harusnya dibina. Pembinaannya pun bukan dengan cara kekerasan,” tuturnya.

Ia meminta petugas lapas dalam menangani para warga binaan jangan membuat warga binaan seperti yang digambarkan dalam lirik lagu “Hidup Di Bui” seperti Bangun pagi makan nasi jagung, tidur di ubin, pikiran bingung dan badan hidup terasa mati.

Syech menilai timbulnya kerusuhan karena penanganan kurang tepat. Dia pun meminta Kantor Hukum dan HAM Wilayah Kalbar mengevaluasi pembinaan di lapas-lapas. Dikatakannya, dalam penanganan warga binaan, apakah petugas benar-benar melaksanakan protap-nya.

“Kurang bijaksana rasanya menggunakan kekerasan dalam menangani warga binaan karena para warga binaan ini hidupnya sudah pasti penuh tekanan mental dan ekonomi sehingga penanganannya harus baik,” sarannya.

Pewarta: Tantra Nur Andi

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013