Sintang (Antara Kalbar) - Selama 10 tahun ini, perkembangan Kota Sintang terlihat sangat pesat, terutama sektor perdagangan, yang tampak dengan menjamurnya pembangunan ruko-ruko. Namun sayang, kota calon ibu kota Provinsi Kapuas Raya ini belum juga dipercantik taman rekreasi keluarga.
Salah seorang warga Masuka, Eva mengaku kesulitan mencari tempat rekreasi di Kota Sintang. Tempat-tempat yang ada hanyalah cafe-cafe yang biasa digunakan para anak muda untuk kumpul bersama kawannya. Tapi tempat rekreasi keluarga nyaris tidak ada di Kota Sintang.
Eva pun berharap ada perhatian khusus dari Pemkab Sintang untuk mempercantik kota ini. Dia mengaku merasakan kejenuhan dengan rutinitas pekerjaan setiap harinya. Tapi sayangnya tidak ada tempat untuk membuat kejenuhan dari rutinitas tersebut.
“Kota Sintang sangat minim tempat rekreasi kota seperti ruang terbuka hijau,†katanya.
Kondisi ini sangat berbeda sekali dengan Kota Pontianak yang saat ini gencar-gencarnya membangun fasilitas rekreasi keluarga dalam kota.
Eva pun menyarankan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sintang dapat mencontoh Kota Pontianak dalam membangun pariwisatanya.
“Sintang jangan hanya bergantung dengan wisata alam Bukit Kelam saja. Harusnya Pemkab Sintang mulai memikirkan pembangunan tempat-tempat rekreasi keluarga di dalam Kota Sintang,†sarannya.
Ia pun menyarankan Kota Sintang perlu dipercantik dengan adanya kawasan atau ruang terbuka publik yang menyajikan wisata kuliner.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Senen Maryono juga menyampaikan sudah saatnya Kota Sintang dipercantik dengan kehadiran ruang terbuka publik seperti ruang terbuka hijau untuk rekreasi dan kawasan wisata kuliner yang bisa menjadi ikon pariwisata bagi Kota Sintang. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sintang sebenarnya sudah memiliki konsep untuk kawasan wisata kuliner di Kota Sintang.
“Namun untuk pembangunan fisiknya bukan menjadi wewenang Dinas Pariwisata tapi bagian Tata Kota sehingga perlu ada kerja sama antar instansi,†katanya.
Senen mengaku sangat ingin mengembangkan kawasan wisata kuliner di Kota Sintang yang meniru konsep kawasan kuliner di Kuching, Malaysia. Untuk Kota Sintang, menurut Senen, ada beberapa kawasan yang dinilai baik untuk dijadikan kawasan kuliner.
Beberapa kawasan yang dianggap baik untuk dijadikan pusat kuliner diantaranya di dermaga Keraton Kesultanan Sintang. Lokasi ini sangat baik karena selain menyajikan kuliner, mata pengunjung bisa langsung dipikat dengan pemandangan Sungai Kapuas dan megahnya Keraton Kesultanan Sintang serta Masjid Jami Sultan Nata.
“Namun sayangnya, dermaga Keraton Kesultanan Sintang ini kondisi baraunya belum baik,†katanya.
Selain di dermaga tersebut, kawasan yang paling cocok untuk dijadikan kawasan wisata kuliner ialah dari Saka Tiga hingga ke Alun-Alun Kapuas. Menurutnya jika kawasan tersebut di barau dan dijadikan pusat kuliner maka akan sangat menarik bagi pengunjung.
“Tapi untuk pembangunan baraunya merupakan kewenangan Tata Kota,†ujarnya lagi.
Menurut Senen, konsep wisata kuliner yang baik ialah konsep bongkar pasang. Artinya buka di malam hari dan bongkar di siang hari. “Konsep bongkar pasang untuk wisata kuliner ini lebih baik dari konsep bangunan permanen,†ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
Salah seorang warga Masuka, Eva mengaku kesulitan mencari tempat rekreasi di Kota Sintang. Tempat-tempat yang ada hanyalah cafe-cafe yang biasa digunakan para anak muda untuk kumpul bersama kawannya. Tapi tempat rekreasi keluarga nyaris tidak ada di Kota Sintang.
Eva pun berharap ada perhatian khusus dari Pemkab Sintang untuk mempercantik kota ini. Dia mengaku merasakan kejenuhan dengan rutinitas pekerjaan setiap harinya. Tapi sayangnya tidak ada tempat untuk membuat kejenuhan dari rutinitas tersebut.
“Kota Sintang sangat minim tempat rekreasi kota seperti ruang terbuka hijau,†katanya.
Kondisi ini sangat berbeda sekali dengan Kota Pontianak yang saat ini gencar-gencarnya membangun fasilitas rekreasi keluarga dalam kota.
Eva pun menyarankan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sintang dapat mencontoh Kota Pontianak dalam membangun pariwisatanya.
“Sintang jangan hanya bergantung dengan wisata alam Bukit Kelam saja. Harusnya Pemkab Sintang mulai memikirkan pembangunan tempat-tempat rekreasi keluarga di dalam Kota Sintang,†sarannya.
Ia pun menyarankan Kota Sintang perlu dipercantik dengan adanya kawasan atau ruang terbuka publik yang menyajikan wisata kuliner.
Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sintang, Senen Maryono juga menyampaikan sudah saatnya Kota Sintang dipercantik dengan kehadiran ruang terbuka publik seperti ruang terbuka hijau untuk rekreasi dan kawasan wisata kuliner yang bisa menjadi ikon pariwisata bagi Kota Sintang. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Sintang sebenarnya sudah memiliki konsep untuk kawasan wisata kuliner di Kota Sintang.
“Namun untuk pembangunan fisiknya bukan menjadi wewenang Dinas Pariwisata tapi bagian Tata Kota sehingga perlu ada kerja sama antar instansi,†katanya.
Senen mengaku sangat ingin mengembangkan kawasan wisata kuliner di Kota Sintang yang meniru konsep kawasan kuliner di Kuching, Malaysia. Untuk Kota Sintang, menurut Senen, ada beberapa kawasan yang dinilai baik untuk dijadikan kawasan kuliner.
Beberapa kawasan yang dianggap baik untuk dijadikan pusat kuliner diantaranya di dermaga Keraton Kesultanan Sintang. Lokasi ini sangat baik karena selain menyajikan kuliner, mata pengunjung bisa langsung dipikat dengan pemandangan Sungai Kapuas dan megahnya Keraton Kesultanan Sintang serta Masjid Jami Sultan Nata.
“Namun sayangnya, dermaga Keraton Kesultanan Sintang ini kondisi baraunya belum baik,†katanya.
Selain di dermaga tersebut, kawasan yang paling cocok untuk dijadikan kawasan wisata kuliner ialah dari Saka Tiga hingga ke Alun-Alun Kapuas. Menurutnya jika kawasan tersebut di barau dan dijadikan pusat kuliner maka akan sangat menarik bagi pengunjung.
“Tapi untuk pembangunan baraunya merupakan kewenangan Tata Kota,†ujarnya lagi.
Menurut Senen, konsep wisata kuliner yang baik ialah konsep bongkar pasang. Artinya buka di malam hari dan bongkar di siang hari. “Konsep bongkar pasang untuk wisata kuliner ini lebih baik dari konsep bangunan permanen,†ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013