Jakarta (Antara Kalbar) - Sekjen Rabithah Al Alam Al Islami (Liga Muslim Dunia) DR. Abdullah bin Abdul Mohsin Al Turki, menegaskan, agama Islam mengajarkan kedamaian dan antikekerasan, memerangi terorisme, menjauhi intoleransi dan karena itu pihaknya mendukung Indonesia sebagai mitra untuk menyelenggarakan Konferensi Media Islam di Jakarta.

Pernyataan tersebut disampaikan Sekjen Liga Muslim Dunia kepada pers seusai pembukaan Konferensi Media Islam di Jakarta, Selasa. Konferensi itu sendiri diselenggarakan mulai 3 - 5 Desember 2013 dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai negara Islam.

Ia mengatakan, agama Islam sangat mengedepankan kedamaian. Karena itu sangat antikekerasan, termasuk memerangi terorisme. Karena itu pula para tokoh Islam diharapkan dapat memberi pencerahan kepada umat melalui media massa. Media memiliki peran penting, memiliki pengaruh dan dapat mendorong umat Islam patuh akan perintah Allah.

Meski media memiliki sisi negatif, tetapi dapat diarahkan lebih baik agar umat dapat meningkatkan ketaqwaannya terhadap perintah Allah. Untuk itu, kerja sama dengan media massa sangat penting, mengingat opini yang dibangun dapat membawa ke arah positif, kata Sekjen Liga Muslim Dunia itu.

Perhelatan akbar itu diselenggarakan Kemenag bekerja sama dengan Rabithah Alam Islami di Hotel Shangri-La Jakarta. Konferensi ini merupakan yang ketiga. Pertama di Jakarta pada 1981 dan kedua pada 2011 di Jakarta.

Event ini dilatarbelakangi adanya peristiwa baru yang fenomenal di dunia Islam, terutama beberapa negara dengan mayoritas penduduk muslim di Timur Tengah, sejak 2011. Di Tunisia misalnya, Presiden Zainal Abidin Ben Ali dipaksa turun dari jabatannya setelah menjabat lebih dari 20 tahun.

Konferensi dibuka Menteri Agama Suryadharma Ali. Sebelumnya Menag meminta maaf kepada para undangan karena Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tak dapat hadir dan pembukaan acara tersebut diwakilkan dirinya.

Menag mengatakan, kini umat manusia dihadapkan pada perubahan nilai. Seolah apa yang dikatakan media adalah benar, akurat dan dapat dipercaya. Realitas sosial telah mempersempit maknanya menjadi realitas media atau realitas seperti apa yang tertera dalam media.

Kecenderungan penyempitan makna informasi bukan hanya harus menjadi kesadaran bersama, tapi menambah besar tanggung jawab sosial media. Untuk itu masyarakat harus cerdas dan kritis terhadap informasi. Untuk itu ia mengingatkan masyarakat untuk melakukan "tabayyun" terhadap informasi dan berita yang tidak jelas asal usulnya.

Perhelatan konferensi itu, lanjut Menag, yang dihadiri para pakar dan sarjana dari berbagai disiplin ilmu, baik dari dalam dan luar negeri, dinilai sangat penting. Karena berbagai aspek yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial media mendapat perhatian. Pendekatannya pun bercorak multi disiplin, sehingga diharapkan dapat menghasilkan rumusan komprehensif dan memberi sumbangan berarti pada tingkat akademik.

Menurut catatan, Konferensi Media Islam Internasional pertama diselenggarakan di Jakarta pada 1-3 September 1980, diikuti 327 peserta dari 49 negara. Saat itu Delegasi RI diketuai oleh Menteri Penerangan RI. Pada konferensi pertama tahun 1980 telah dihasilkan deklarasi Jakarta yang berisi kode etik wartawan Islam; penetapan Sekjen Rabithah Alam Islami (Ali Al Harakan) sebagai Sekjen tetap Media Massa Islam sedunia yang berkedudukan di Makkah; dan Pendirian Dewan Tertinggi Penerangan Islam yang berkedudukan di Makkah.

Menurut Sekjen Kemenag Bahrul Hayat, konferensi ini memiliki peran strategis bagi pemberitaan Islam di dunia. Diharapkan konferensi ini bisa menghapus stereotip negatif yang selama ini diberitakan oleh media asing terkait dengan Islam di dunia. ''Kita juga berkepentingan untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia sebagai penduduk Islam terbesar di dunia, memiliki perilaku yang demokratis dan moderat,'' kata Bahrul.

Diharapkan event itu bisa menjalin kerja sama dengan praktisi media di berbagai negara Islam di dunia. "Konferensi ini tidak ada sama sekali berniat untuk dijadikan wadah politik. Tetapi kami ingin menjadikan konferensi ini sebagai wadah memperkuat ukhuwah di antara media-media di negara Islam," kata Bahrul.

Pewarta: Edy Supriatna Sjafei

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013