Pontianak (Antara Kalbar) - Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof Azyumardi Azra mengatakan kajian tentang sejarah Islam di Kalimantan masih bersifat parsial.
"Sekarang tepat waktu, sebagai inisiatif bagi IAIN Pontianak menjadi pusat kajian Islam Borneo," kata Azyumardi Azra di Pontianak, Rabu.
Menurut dia, selama ini di Kalimantan, kajian tentang masih terfokus di wilayah masing-masing.
Misalnya kajian Islam di Brunei Darussalam, Sabah, Sarawak, Kalbar, Kaltim atau Kalsel dan Kalteng.
Ia mengatakan, meski Kalimantan terpecah dalam tiga negara, namun sebenarnya menjadi Islam yang terintegrasi.
"Dengan budaya lokal masing-masing, tetapi ada faktor yang menyatukan secara tradisi," ujarnya.
Ke depan, kata dia, IAIN Pontianak akan mengembangkan pusat-pusat kajian yang sifatnya otonom. "Saling kerja sama dengan Brunei Darussalam dan Malaysia, penelitian bersama, supaya hasilnya bisa lengkap dan terintegrasi," ujar Azyumardi Azra.
Ketua IAIN Pontianak Dr Hamka Siregar mengatakan berbagai informasi dan sumber autentik yang dihasilkan dalam konteks Islam Borneo menjadi penting untuk dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai bahan kajian.
"Khazanah Islam di Borneo dapat dianggap sebagai representasi dari berbagai sumber lokal yang paling otoritatif dan paling autentik dalam memberikan berbagai informasi sejarah Islam pada masa tertentu di Borneo," kata Hamka Siregar.
Khazanah dapat berupa naskah atau artefak, yang isinya mencerminkan berbagai pemikiran, pengetahuan, adat istiadat serta perilaku masyarakat Muslim Borneo di masa lalu.
"Upaya pemeliharaan dan pelestarian khazanah Islam menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen masyarakat," katanya menegaskan.
Namun, perguruan tinggi Agama Islam harus mengambil porsi yang lebih besar. Ia berharap, IAIN Pontianak dapat ikut berperan dalam pemanfaatan dan pelestarian khazanah Islam Borneo.
"Kalau perlu, IAIN Pontianak menjadi pusat kajian Islam Borneo," katanya menegaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013
"Sekarang tepat waktu, sebagai inisiatif bagi IAIN Pontianak menjadi pusat kajian Islam Borneo," kata Azyumardi Azra di Pontianak, Rabu.
Menurut dia, selama ini di Kalimantan, kajian tentang masih terfokus di wilayah masing-masing.
Misalnya kajian Islam di Brunei Darussalam, Sabah, Sarawak, Kalbar, Kaltim atau Kalsel dan Kalteng.
Ia mengatakan, meski Kalimantan terpecah dalam tiga negara, namun sebenarnya menjadi Islam yang terintegrasi.
"Dengan budaya lokal masing-masing, tetapi ada faktor yang menyatukan secara tradisi," ujarnya.
Ke depan, kata dia, IAIN Pontianak akan mengembangkan pusat-pusat kajian yang sifatnya otonom. "Saling kerja sama dengan Brunei Darussalam dan Malaysia, penelitian bersama, supaya hasilnya bisa lengkap dan terintegrasi," ujar Azyumardi Azra.
Ketua IAIN Pontianak Dr Hamka Siregar mengatakan berbagai informasi dan sumber autentik yang dihasilkan dalam konteks Islam Borneo menjadi penting untuk dilestarikan dan dimanfaatkan sebagai bahan kajian.
"Khazanah Islam di Borneo dapat dianggap sebagai representasi dari berbagai sumber lokal yang paling otoritatif dan paling autentik dalam memberikan berbagai informasi sejarah Islam pada masa tertentu di Borneo," kata Hamka Siregar.
Khazanah dapat berupa naskah atau artefak, yang isinya mencerminkan berbagai pemikiran, pengetahuan, adat istiadat serta perilaku masyarakat Muslim Borneo di masa lalu.
"Upaya pemeliharaan dan pelestarian khazanah Islam menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen masyarakat," katanya menegaskan.
Namun, perguruan tinggi Agama Islam harus mengambil porsi yang lebih besar. Ia berharap, IAIN Pontianak dapat ikut berperan dalam pemanfaatan dan pelestarian khazanah Islam Borneo.
"Kalau perlu, IAIN Pontianak menjadi pusat kajian Islam Borneo," katanya menegaskan.
Editor : Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2013