Jakarta (Antara Kalbar) - Dirut PT Merpati Nusantara Airlines (Merpati) Capt. Asep Ekanugraha mengklaim kedatangan calon investor yang berasal dari produsen penerbangan untuk menjadi mitra kerja sama operasional.
"Setidaknya dari 15 calon mitra KSO terdapat empat perusahaan produsen pesawat terbang. Dua diantaranya Suhkoi dan Bombardier," kata Asep di Jakarta, Senin.
Menurut Asep, ke empat perusahaan tersebut berinvestasi dengan menyiapkan pesawat termasuk menyediakan dana untuk modal kerja.
"Sukhoi Super Jet (SSJ), dan Bombardier sudah menyatakan minat untuk menjadi mitra Merpati," katanya.
Menurut catatan, pada 1 Februari 2014, Merpati terpaksa menutup sebagian besar rute penerbangan karena tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan operasional.
Perusahaan yang didirikan 6 September 1962 tersebut, saat ini terlilit utang hingga sekitar Rp7,3 triliun, meskipun restrukturisasi berupa penyuntikan dana APBN terhadap perusahaan sudah berkali-kali dilakukan.
Penyelamatan Merpati ditempuh melalui sejumlah opsi seperti konversi utang menjadi saham (debt to equity swap), pemisahan (spin off) unit usaha Merpati Maintenance Facilities (MMF) dan Merpati Training Center (MTC).
Khusus KSO diutarakan Asep, setidaknya empat kriteria yang akan menjadi mitra Merpati, yaitu pertama yang mampu menyediakan modal, kedua menyediakan pesawat, ketiga menyediakan modal dan pesawat, ke empat kombinasi modal, pesawat, dan termasuk pilot.
"Bentuk kerja sama mulai dari pesawat dan modal. Ada yang hanya menawarkan pesawat saja. Ada yang menawarkan kerja sama pengadaan pesawat, modal hingga pilot," ujarnya.
Khusus produsen pesawat tersebut, Asep menambahkan, mereka menyatakan siap mengadakan pesawat berbadan lebar atau jenis jet dengan kapasitas 60 tempat duduk hingga 100 lebih tempat duduk.
"Sedangkan untuk pesawat dengan kapasitas 20 tempat duduk, kami rasa masih cukup," ujarnya.
Terkait dengan jenis MA-60, jenis pesawat berkapasitas 60 tempat duduk yang dibeli dari China, Asep mengatakan, pihak Xian Aircraf Manufacture sudah dua kali bertemu dengan Merpati untuk meningkatkan kerja sama.
"Kerja sama lebih lanjut dalam hal pengoperasian termasuk maintenance," ujarnya.
Sedangkan pesawat berkapasitas 20 penumpang yang dimiliki Merpati masih bisa dioperasikan meskipun berusia sudah tua.
"Jenis 'twin otter' masih bisa dioperasikan meskipun keluaran tahun 1960-an, cukup dengan mengganti baling-baling karena mesinnya masih bagus. Yang sulit itu pesawat jenis jet, jika sudah berumur 35 tahun, harus segera diganti," ujarnya.
Asep menambahkan, dalam industri penerbangan masalah pesawat merupakan salah satu hal yang krusial karena terkait dengan operasi yang membutuhkan investasi luar biasa besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Setidaknya dari 15 calon mitra KSO terdapat empat perusahaan produsen pesawat terbang. Dua diantaranya Suhkoi dan Bombardier," kata Asep di Jakarta, Senin.
Menurut Asep, ke empat perusahaan tersebut berinvestasi dengan menyiapkan pesawat termasuk menyediakan dana untuk modal kerja.
"Sukhoi Super Jet (SSJ), dan Bombardier sudah menyatakan minat untuk menjadi mitra Merpati," katanya.
Menurut catatan, pada 1 Februari 2014, Merpati terpaksa menutup sebagian besar rute penerbangan karena tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan operasional.
Perusahaan yang didirikan 6 September 1962 tersebut, saat ini terlilit utang hingga sekitar Rp7,3 triliun, meskipun restrukturisasi berupa penyuntikan dana APBN terhadap perusahaan sudah berkali-kali dilakukan.
Penyelamatan Merpati ditempuh melalui sejumlah opsi seperti konversi utang menjadi saham (debt to equity swap), pemisahan (spin off) unit usaha Merpati Maintenance Facilities (MMF) dan Merpati Training Center (MTC).
Khusus KSO diutarakan Asep, setidaknya empat kriteria yang akan menjadi mitra Merpati, yaitu pertama yang mampu menyediakan modal, kedua menyediakan pesawat, ketiga menyediakan modal dan pesawat, ke empat kombinasi modal, pesawat, dan termasuk pilot.
"Bentuk kerja sama mulai dari pesawat dan modal. Ada yang hanya menawarkan pesawat saja. Ada yang menawarkan kerja sama pengadaan pesawat, modal hingga pilot," ujarnya.
Khusus produsen pesawat tersebut, Asep menambahkan, mereka menyatakan siap mengadakan pesawat berbadan lebar atau jenis jet dengan kapasitas 60 tempat duduk hingga 100 lebih tempat duduk.
"Sedangkan untuk pesawat dengan kapasitas 20 tempat duduk, kami rasa masih cukup," ujarnya.
Terkait dengan jenis MA-60, jenis pesawat berkapasitas 60 tempat duduk yang dibeli dari China, Asep mengatakan, pihak Xian Aircraf Manufacture sudah dua kali bertemu dengan Merpati untuk meningkatkan kerja sama.
"Kerja sama lebih lanjut dalam hal pengoperasian termasuk maintenance," ujarnya.
Sedangkan pesawat berkapasitas 20 penumpang yang dimiliki Merpati masih bisa dioperasikan meskipun berusia sudah tua.
"Jenis 'twin otter' masih bisa dioperasikan meskipun keluaran tahun 1960-an, cukup dengan mengganti baling-baling karena mesinnya masih bagus. Yang sulit itu pesawat jenis jet, jika sudah berumur 35 tahun, harus segera diganti," ujarnya.
Asep menambahkan, dalam industri penerbangan masalah pesawat merupakan salah satu hal yang krusial karena terkait dengan operasi yang membutuhkan investasi luar biasa besar.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014