Pontianak (Antara Kalbar) - Warga Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat, diimbau hemat menggunakan air bersih yang didistribusikan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Khatulistiwa setempat, karena bahan baku air dari Sungai Kapuas sudah terintrusi air asin.

"Kadar intrusi air laut sudah di atas ambang batas sehingga sangat berpengaruh terhadap produksi air bersih PDAM," kata Wali Kota Pontianak Sutarmidji di Pontianak, Rabu.

Ambang batas pengolahan air berkadar asin berkisar 600 miligram, sementara intrusi air laut sekarang kadarnya sudah di atas 700 miligram, katanya.

"Agar tetap berproduksi PDAM Pontianak saat ini terpaksa mencampur air yang diambil dari Sungai Kapuas dengan air di Sungai Penetap yang belum terintrusi air laut," ungkapnya.

Dia meminta, masyarakat Kota Pontianak agar hemat dalam menggunakan air PDAM, dengan tidak menggunakan air PDAM untuk mencuci kendaraan atau menggunakannya untuk hal-hal yang tidak penting.

Wali Kota Pontianak berharap, hujan segera turun sehingga air hujan bisa mendorong air asin ke laut, sehingga produksi air bersih PDAM kembali normal.

Menurut dia, sebenarnya untuk mengolah air asin itu menjadi air tawar bisa dilakukan tetapi biaya produksi yang harus dikeluarkan cukup mahal dan dikhawatirkan akan membebani warga.

"Saat ini tarif air PDAM berkisar Rp2.000 hingga Rp2.900/meter kubik. Sementara kalau air asin diolah menjadi air tawar harganya menjadi Rp18 ribu/meter kubik atau naik sekitar 700 persen," katanya.

Sebagai alternatif maka disiapkan sumber air baku dari penepat yang jaraknya 24 kilometer dari Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM di Jalan Imam Bonjol, dan harus dipompa dua kali dorongan dengan mesin baru bisa mencapai ke Imam Bonjol.

"Untuk memompa air dari Sungai Penetap ke Imam Bonjol membutuhkan biaya yang cukup besar, sehingga hanya kami gunakan pada waktu-waktu darurat seperti saat ini," katanya.

(B012)

Pewarta: Andilala

Editor : Nurul Hayat


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014