Kuta, Bali (Antara Kalbar) - Menjelang penerapan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir 2015, kondisi Indonesia dinilai masih mengkhawatirkan mengingat banyaknya "pekerjaan rumah" yang masih harus diselesaikan oleh pemerintah.

"Posisi Indonesia jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya relatif mulai mengkhawatirkan, karena jika dibandingkan dengan Singapura, Malaysia dan Thailand kita masih berada di bawah mereka," kata Kepala Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri Kementerian Perindustrian, Ariyanto Sagala di Kuta, Jumat    
    
Ariyanto, dalam Workshop Pendalaman Kebijakan Industri di Kuta, Bali menjelaskan, kekhawatiran tersebut berdasarkan indeks daya saing yang berdasarkan laporan World Economic Forum (WEF) berada pada urutan ke-38 untuk periode 2013-2014 dari sebelumnya pada urutan ke-50.

"Sementara peringkat Indonesia di kawasan ASEAN masih berada di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan juga Thailand," ujar Ariyanto.

Selain itu hal lainnya yang mengkhawatirkan juga diakibatkan oleh sisi logistik yang masih berada posisi enam untuk wilayah ASEAN di mana posisi Indonesia di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

"Selain itu juga ada masalah terkait dengan produktivitas tenaga kerja," katanya.

Dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 40,60 persen dari keseluruhan total masyarakat ASEAN yang berjumlah 612 juta orang tersebut, Indonesia merupakan pangsa pasar yang sangat besar, namun apabila tidak mengambil sikap yang benar maka Indonesia hanya akan dijadikan pasar saja oleh negara-negara lainnya.

"Pasar ASEAN dalam beberapa waku ke depan akan besar dan terus berkembang, bisa menjadi peluang yang seharusnya dimanfaatkan oleh industri dalam negeri," kata Ariyanto.

Namun secara umum Indonesia relatif masih belum menguasai pasar ASEAN dikarenakan nilai perdagangan Indonesia baik Intra-ASEAN maupun Exra-ASEAN masih berada di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand.

Untuk ekspor impor di wilayah ASEAN, Indonesia hanya mengantongi surplus dari Myanmar di mana ekspor sebesar 556,37 juta dolar AS sementara impor 73,15 juta dolar AS, Kamboja sebesar 312,41 juta dolar AS untuk ekspor dan impor sebesar 17,84 juta dolar AS dan Filipina ekspor 3,81 miliar dolar dan impornya 777,38 juta dolar AS.

Sementara untuk negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih mengalami defisit dalam perdagangan. Ekspor Indonesia ke Thailand tercatat 6,06 miliar dolar AS, sementara impor mencapai 10,70 miliar dolar AS.

Kinerja ekspor impor Indonesia dengan Singapura juga mengalami defisit di mana ekspor Indonesia tercatat 16,69 miliar dolar AS dan impor mencapai 25,58 miliar dolar AS. Sedangkan dengan Laos, Indonesia hanya mampu mengekspor senilai 5,85 juta dolar AS sementara impornya sebesar 7,54 juta dolar AS.

Pewarta: Vicki Febrianto

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014