Jakarta (Antara Kalbar) - Lembaga Survey Nusantara Network (SNN) menilai bakal capres Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo harus dipasangkan dengan bakal cawapres muda yang berkualitas unggul untuk menghasilkan duet kepemimpinan yang tangguh.
"Dalam survei SNN, kami menemukan lima nama. Mereka adalah Gita Wirjawan, Ganjar Pranowo, Priyo Budisantoso, Ali Masykur Musa, dan Sukardi Rinakit," kata Meidy Poluan, Direktur Eksekutif SNN, dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Menurut Meidy, ada tiga kriteria sosok pendamping Jokowi, yakni memiliki pengalaman kepemimpinan mumpuni tetapi masih berusia muda, menguasai persoalan-persoalan terkait upaya memerangi ketimpangan struktural di berbagai lapangan berbarengan dengan pembenahan infrastruktur secara besar-besaran, penguatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan mutu sumber daya manusia, serta mengembangkan kemitraan internasional secara berwibawa.
"Ketika ketiga kriteria ini diajukan, mencuatlah beberapa nama figur muda yang dinilai memenuhi kriteria sekaligus membuktikan bahwa publik semakin cerdas memilih pemimpinnya saat ini, bukan karena urusan popularitas semata," ujarnya.
Menurut dia, kelima tokoh tersebut bagus dan dianggap bebas dari berbagai konflik kepentingan, mempunyai rekam jejak baik, sehat fisik dan rohani, serta dapat diandalkan dalam melakukan tugas-tugas berat yang menantang, baik di lingkup nasional, bahkan internasional.
Diakuinya, dalam banyak survei, Joko Widodo atau yang disapa Jokowi itu kerap muncul sebagai tokoh yang paling disukai masyarakat. Hal itu karena Jokowi memiliki tiga karakter yakni selalu bisa tampil apa adanya, berusaha menangani persoalan rakyat secara langsung dan mengandalkan manajemen kepemimpinan kerakyatan.
"Itulah suara rakyat dari berbagai daerah. Tetapi, bagi kalangan kelas menengah yang banyak berkiprah di dunia profesionalitas, juga sebagian besar para 'pemimpin' kelompok-keompok kaum marhaen, Jokowi tidak bisa dibiarkan bertarung sendiri. Mereka lalu mengajukan kriteria tambahan menyangkut perlunya seorang mitra tangguh dalam memaksimalkan kinerja kabinet Jokowi, baik dalam kaitan peningkatan kesejahteraan rakyat, juga membangun kemmitraan internasional yang menguntungkan RI," ujarnya.
Ibarat Lionel Messi, sambung Meidy, kendati berpredikat megabintang sepakbola internasional, pemain Klub Barcelona itu kurang maksimal menghasilkan gol-gol spektakuler, jika tak didukung mitra tangguh seperti Xavi Hernandez.
"Dan semakin dahsyat lagi, ketika ada pilar-pilar dahsyat sekaliber Andres Iniesta serta Alexis Sanchez. Jadi setidaknya, ada kesimpulan umum dari publik, jangan membiarkan Jokowi bertarung sendirian di lapangan percaturan global yang gelombangnya sangat dahsyat serta semakin sulit diprediksi arahnya," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia itu.
Menurut dia, sehebat-hebatnya Jokowi, bahkan Messi dalam analogi di lapangan sepakbola, akan mubazir jika tak memiliki mitra tangguh untuk menghasilkan target-target kemenangan di berbagai pertarungan.
"Mayoritas publik sudah cerdas melihat sisi-sisi kelebihan, tetapi juga kelemahan Jokowi yang masih perlu kematangan lebih dalam mengelola kebijakan publik untuk menjawab beragam isu dan menawarkan solusi-solusi strategik bagi kepentingan peningkatan kesejahteran rakyat, keadilan bernegara, keharmonisan berbangsa, termasuk berwibawa dalam percaturan global," tutur Meidy.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Dalam survei SNN, kami menemukan lima nama. Mereka adalah Gita Wirjawan, Ganjar Pranowo, Priyo Budisantoso, Ali Masykur Musa, dan Sukardi Rinakit," kata Meidy Poluan, Direktur Eksekutif SNN, dalam siaran pers yang diterima Antara di Jakarta, Kamis.
Menurut Meidy, ada tiga kriteria sosok pendamping Jokowi, yakni memiliki pengalaman kepemimpinan mumpuni tetapi masih berusia muda, menguasai persoalan-persoalan terkait upaya memerangi ketimpangan struktural di berbagai lapangan berbarengan dengan pembenahan infrastruktur secara besar-besaran, penguatan kesejahteraan rakyat dan peningkatan mutu sumber daya manusia, serta mengembangkan kemitraan internasional secara berwibawa.
"Ketika ketiga kriteria ini diajukan, mencuatlah beberapa nama figur muda yang dinilai memenuhi kriteria sekaligus membuktikan bahwa publik semakin cerdas memilih pemimpinnya saat ini, bukan karena urusan popularitas semata," ujarnya.
Menurut dia, kelima tokoh tersebut bagus dan dianggap bebas dari berbagai konflik kepentingan, mempunyai rekam jejak baik, sehat fisik dan rohani, serta dapat diandalkan dalam melakukan tugas-tugas berat yang menantang, baik di lingkup nasional, bahkan internasional.
Diakuinya, dalam banyak survei, Joko Widodo atau yang disapa Jokowi itu kerap muncul sebagai tokoh yang paling disukai masyarakat. Hal itu karena Jokowi memiliki tiga karakter yakni selalu bisa tampil apa adanya, berusaha menangani persoalan rakyat secara langsung dan mengandalkan manajemen kepemimpinan kerakyatan.
"Itulah suara rakyat dari berbagai daerah. Tetapi, bagi kalangan kelas menengah yang banyak berkiprah di dunia profesionalitas, juga sebagian besar para 'pemimpin' kelompok-keompok kaum marhaen, Jokowi tidak bisa dibiarkan bertarung sendiri. Mereka lalu mengajukan kriteria tambahan menyangkut perlunya seorang mitra tangguh dalam memaksimalkan kinerja kabinet Jokowi, baik dalam kaitan peningkatan kesejahteraan rakyat, juga membangun kemmitraan internasional yang menguntungkan RI," ujarnya.
Ibarat Lionel Messi, sambung Meidy, kendati berpredikat megabintang sepakbola internasional, pemain Klub Barcelona itu kurang maksimal menghasilkan gol-gol spektakuler, jika tak didukung mitra tangguh seperti Xavi Hernandez.
"Dan semakin dahsyat lagi, ketika ada pilar-pilar dahsyat sekaliber Andres Iniesta serta Alexis Sanchez. Jadi setidaknya, ada kesimpulan umum dari publik, jangan membiarkan Jokowi bertarung sendirian di lapangan percaturan global yang gelombangnya sangat dahsyat serta semakin sulit diprediksi arahnya," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia itu.
Menurut dia, sehebat-hebatnya Jokowi, bahkan Messi dalam analogi di lapangan sepakbola, akan mubazir jika tak memiliki mitra tangguh untuk menghasilkan target-target kemenangan di berbagai pertarungan.
"Mayoritas publik sudah cerdas melihat sisi-sisi kelebihan, tetapi juga kelemahan Jokowi yang masih perlu kematangan lebih dalam mengelola kebijakan publik untuk menjawab beragam isu dan menawarkan solusi-solusi strategik bagi kepentingan peningkatan kesejahteran rakyat, keadilan bernegara, keharmonisan berbangsa, termasuk berwibawa dalam percaturan global," tutur Meidy.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014