Bogor (Antara Kalbar) - Tim peneliti mahasiswa Institut Pertanian Bogor menggagas centong digital yang diberi nama "Capres" yakni sebuah centong yang berfungsi sebagai timbangan untuk memastikan jumlah takaran makanan yang pas bagi penderita obesitas atau menjalani program diet.
"Capres ini memudahkan penggunanya menyendok sekaligus menimbang 100 gram nasi dalam waktu singkat," ujar Lely Trijayanti, perwakilan tim peneliti mahasiswa penggagas Capres, dalam siaran persnya kepada Antara di Bogor, Kamis.
Menurut Lely, Centong Capres ini multifungsi, selain bisa digunakan untuk menimbang nasi, juga bisa menimbang misalnya tahu, tempe, sayur dan lain-lain.
Lely menjelaskan, gagasan menemukan Capres atau Centong digital tersebut, dalam menjawab kesulitan sejumlah orang dalam menentukan takaran jumlah makanan yang pas agar tidak melebihi kadar kesehatan yang menyebabkan obesitas.
Sementara itu, trend yang sedang berkembang di masyarakat saat ini adalah gizi berlebih atau obesitas pada anak, bukan lagi gizi buruk. Padahal, obesitas pada anak memiliki resiko yang tinggi terhadap penyakit degeneratif.
Secara umum obesitas disebabkan oleh tidak seimbangnya pengonsumsian karbohidrat yang terlalu berlebihan dan pengaturan pola makan yang tidak baik.
Hasil penelitian International Task Force (ITF), sebuah badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 80 persen anak obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan 30 persennya di pengaruhi oleh faktor genetik.
Sama halnya dengan masalah gizi lainnya, obesitas tentu dapat di cegah. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah penyesuaian porsi makan dengan total kalori yang dibutuhkan tubuh menurut jenjang usia. Misalnya jumlah konsumsi nasi yang dianjurkan per satu kali makan adalah 100 gram.
"Tentu sulit bagi kita untuk memastikan jumlah takaran yang pas (100 gram nasi). Selain itu jarang pula orang yang mau menimbang 100 gram nasi menggunakan timbangan biasa," ujar Lely.
Atas dasar tersebut, lanjut Lely, ia beserta teman-teman seangkatannya dari berbagai departemen melakukan penelitian bersama.
Tim peneliti Capres ini adalah Ida Mursyidah, Lely Trijayanti dan Fatma Putri ST, mahasiswa dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dan Alvin Fatikhunnada dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) serta Hasan Nasrullah dari Departemen Fisika Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) yang mendesain "Capres", Centong digital untuk mencegah obesitas dini.
Tim peneliti mahasiswa IPB ini mendapat bimbingan dari Prof.Dr.Ir. Ahmad Sulaeman. Mereka meciptakan "centong ajaib" yang bisa mengontrol asupan makanan sehari-hari.
Mahasiswa IPB dari berbagai jurusan ini, tidak hanya merancang bentuk fisik melainkan juga telah memperhitungkan dari segi ekonominya seperti strategi pemasaran, target pasar, hingga harga yang paling tepat saat bisa dijual bebas nanti.
"Capres ini berguna untuk mengefektifkan waktu konsumen dalam menentukan jumlah takaran saji suatu jenis pangan secara akurat sesuai anjuran. Selain itu produk ini juga bisa digunakan oleh konsumen yang sedang menjalankan program diet," ujar Lely.
Menurut Lely, produk tersebut terbilang sederhana, yang dibutuhkan hanya centong nasi yang dipasangi timbangan dengan flex sensor, baterai dan LCD. Inovasi dari sebuah centong dan timbangan untuk mempermudah dalam penimbangan ini dibanderol seharga Rp 400.000 per unit.
Jika dibandingkan dengan harga timbangan digital lain, lanjut Lely, yang berkisar Rp 150.000 Rp 200.000 per unit, harga "Capres" masih terbilang wajar.
"Karena yang kami tawarkan adalah kepraktisan dalam penggunaan produk kami," ujarnya.
Lely menambahkan, untuk mengefektifkan program pencegahan obesitas sejak dini, pemakaian "Capres" bisa diterapkan di rumah sakit, dinas kesehatan dan penyedia jasa catering sehat.
"Ke depan, tim akan mengembangkan "Capres" agar bisa mengukur kadar gula, kadar garam pada makanan," ujarnya.
Sementara itu, berkat inovasinya ini, Lely dan kawan-kawan berhasil menjadi Juara I dalam Innovation Contest 2014 di Yogyakarta pada Mei 2014. Tim IPB ini berhasil mengalahkan kontestan lain yang berasal dari 28 universitas se-tanah air.
"Kini "Capres" sedang dalam tahap pengurusan pengajuan Hak Paten dan segera dipasarkan," ujar Lely.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014
"Capres ini memudahkan penggunanya menyendok sekaligus menimbang 100 gram nasi dalam waktu singkat," ujar Lely Trijayanti, perwakilan tim peneliti mahasiswa penggagas Capres, dalam siaran persnya kepada Antara di Bogor, Kamis.
Menurut Lely, Centong Capres ini multifungsi, selain bisa digunakan untuk menimbang nasi, juga bisa menimbang misalnya tahu, tempe, sayur dan lain-lain.
Lely menjelaskan, gagasan menemukan Capres atau Centong digital tersebut, dalam menjawab kesulitan sejumlah orang dalam menentukan takaran jumlah makanan yang pas agar tidak melebihi kadar kesehatan yang menyebabkan obesitas.
Sementara itu, trend yang sedang berkembang di masyarakat saat ini adalah gizi berlebih atau obesitas pada anak, bukan lagi gizi buruk. Padahal, obesitas pada anak memiliki resiko yang tinggi terhadap penyakit degeneratif.
Secara umum obesitas disebabkan oleh tidak seimbangnya pengonsumsian karbohidrat yang terlalu berlebihan dan pengaturan pola makan yang tidak baik.
Hasil penelitian International Task Force (ITF), sebuah badan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa 80 persen anak obesitas dipengaruhi oleh faktor lingkungan, sedangkan 30 persennya di pengaruhi oleh faktor genetik.
Sama halnya dengan masalah gizi lainnya, obesitas tentu dapat di cegah. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah penyesuaian porsi makan dengan total kalori yang dibutuhkan tubuh menurut jenjang usia. Misalnya jumlah konsumsi nasi yang dianjurkan per satu kali makan adalah 100 gram.
"Tentu sulit bagi kita untuk memastikan jumlah takaran yang pas (100 gram nasi). Selain itu jarang pula orang yang mau menimbang 100 gram nasi menggunakan timbangan biasa," ujar Lely.
Atas dasar tersebut, lanjut Lely, ia beserta teman-teman seangkatannya dari berbagai departemen melakukan penelitian bersama.
Tim peneliti Capres ini adalah Ida Mursyidah, Lely Trijayanti dan Fatma Putri ST, mahasiswa dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dan Alvin Fatikhunnada dari Departemen Teknik Mesin dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) serta Hasan Nasrullah dari Departemen Fisika Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA) yang mendesain "Capres", Centong digital untuk mencegah obesitas dini.
Tim peneliti mahasiswa IPB ini mendapat bimbingan dari Prof.Dr.Ir. Ahmad Sulaeman. Mereka meciptakan "centong ajaib" yang bisa mengontrol asupan makanan sehari-hari.
Mahasiswa IPB dari berbagai jurusan ini, tidak hanya merancang bentuk fisik melainkan juga telah memperhitungkan dari segi ekonominya seperti strategi pemasaran, target pasar, hingga harga yang paling tepat saat bisa dijual bebas nanti.
"Capres ini berguna untuk mengefektifkan waktu konsumen dalam menentukan jumlah takaran saji suatu jenis pangan secara akurat sesuai anjuran. Selain itu produk ini juga bisa digunakan oleh konsumen yang sedang menjalankan program diet," ujar Lely.
Menurut Lely, produk tersebut terbilang sederhana, yang dibutuhkan hanya centong nasi yang dipasangi timbangan dengan flex sensor, baterai dan LCD. Inovasi dari sebuah centong dan timbangan untuk mempermudah dalam penimbangan ini dibanderol seharga Rp 400.000 per unit.
Jika dibandingkan dengan harga timbangan digital lain, lanjut Lely, yang berkisar Rp 150.000 Rp 200.000 per unit, harga "Capres" masih terbilang wajar.
"Karena yang kami tawarkan adalah kepraktisan dalam penggunaan produk kami," ujarnya.
Lely menambahkan, untuk mengefektifkan program pencegahan obesitas sejak dini, pemakaian "Capres" bisa diterapkan di rumah sakit, dinas kesehatan dan penyedia jasa catering sehat.
"Ke depan, tim akan mengembangkan "Capres" agar bisa mengukur kadar gula, kadar garam pada makanan," ujarnya.
Sementara itu, berkat inovasinya ini, Lely dan kawan-kawan berhasil menjadi Juara I dalam Innovation Contest 2014 di Yogyakarta pada Mei 2014. Tim IPB ini berhasil mengalahkan kontestan lain yang berasal dari 28 universitas se-tanah air.
"Kini "Capres" sedang dalam tahap pengurusan pengajuan Hak Paten dan segera dipasarkan," ujar Lely.
COPYRIGHT © ANTARA News Kalimantan Barat 2014